aditya25ulaeman's Blog This is a site for yayan aditya sulaeman from WordPres.com
Category Archives: Uncategorized
Jend. Besar TNI Purn. H.M. Soeharto APR 30 Posted by AdityaZu Soeharto
(https://aditya25u.files.wordpress.com/2014/04/wpid-375px-president_suharto2c_19932.jpg) Presiden Indonesia ke-2 Masa jabatan 12 Maret 1967 – 21 Mei 1998 (31 tahun) Wakil Presiden Sri Sultan Hamengkubuwono IX (1973–1978) Adam Malik (1978–1983) Umar Wirahadikusumah (1983–1988) Sudharmono (1988–1993) Try Sutrisno (1993–1998) B.J. Habibie (1998) Didahului oleh Soekarno Digantikan oleh B.J. Habibie Menteri Pertahanan ke-14 Masa jabatan 28 Maret 1966 – 17 Oktober 1967 Presiden Soekarno Didahului oleh A. H. Nasution Masa jabatan 17 Oktober 1967 – 28 Maret 1973 Presiden Soeharto Digantikan oleh Maraden Panggabean Informasi pribadi Lahir 8 Juni 1921 Kemusuk, Bantul, Yogyakarta, Hindia Belanda Meninggal 27 Januari 2008 (umur 86) Jakarta, Indonesia Kebangsaan Indonesia Partai politik Golkar Suami/istri Tien Soeharto Anak Siti Hardijanti Rukmana (Tutut)[1] Sigit Harjojudanto (Sigit) Bambang Trihatmodjo (Bambang) Siti Hediati Hariyadi (Titiek) Hutomo Mandala Putra (Tommy) Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek) Profesi Tentara, Politikus Agama Islam Tanda tangan Jend. Besar TNI Purn. Haji Muhammad Soeharto, (ER, EYD: Suharto) (lahir di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta, 8 Juni 1921 – meninggal di Jakarta, 27 Januari 2008 pada umur 86 tahun) adalah Presiden Indonesia yang kedua (1967-1998), menggantikan Soekarno. Di dunia internasional, terutama di Dunia Barat, Soeharto sering dirujuk dengan sebutan populer “The Smiling General” (bahasa Indonesia: “Sang Jenderal yang Tersenyum”) karena raut mukanya yang selalu tersenyum di muka pers dalam setiap acara resmi kenegaraan. Sebelum menjadi presiden, Soeharto adalah pemimpin militer pada masa pendudukan Jepang dan Belanda, dengan pangkat terakhir Mayor Jenderal. Setelah Gerakan 30 September, Soeharto menyatakan bahwa PKI adalah pihak yang bertanggung jawab dan memimpin operasi untuk menumpasnya. Operasi ini menewaskan lebih dari 500.000 jiwa.[2][3] Soeharto kemudian mengambil alih kekuasaan dari Soekarno, dan resmi menjadi presiden pada tahun 1968. Ia dipilih kembali oleh MPR pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Pada tahun 1998, masa jabatannya berakhir setelah mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei tahun tersebut, menyusul terjadinya Kerusuhan Mei 1998 dan pendudukan gedung DPR/MPR oleh ribuan mahasiswa. Ia merupakan orang Indonesia terlama dalam jabatannya sebagai presiden. Soeharto digantikan oleh B.J. Habibie. Peninggalan Soeharto masih diperdebatkan sampai saat ini. Dalam masa kekuasaannya, yang disebut Orde Baru, Soeharto membangun negara yang stabil dan mencapai kemajuan ekonomi dan infrastruktur.[4][5][6][7] Suharto juga membatasi kebebasan warganegara Indonesia keturunan Tionghoa, menduduki Timor Timur, dan dianggap sebagai rezim paling korupsi sepanjang masa dengan jumlah $AS 15 miliar sampai $AS 35 miliar.[8] Usaha untuk mengadili Soeharto gagal karena kesehatannya yang memburuk. Setelah menderita sakit berkepanjangan, ia meninggal karena kegagalan organ multifungsi di Jakarta pada tanggal 27 Januari 2008. Keluarga Soeharto
(https://aditya25u.files.wordpress.com/2014/04/wpid-suharto_family1.jpg) Foto keluarga Soeharto Artikel utama untuk bagian ini adalah: Keluarga Soeharto Pada saat itu keluarga Prawirowihardjo, orang tua angkatnya mengutus Mbok Bongkek sebagai pembawa pesan lamaran disertai foto Soeharto yang ketika itu berusia sekitar 26 tahun. Akhirnya, ia resmi menikah dengan Raden Ayu Siti Hartinah, anak KRMT Soemoharyomo. Soemoharyomo adalah seorang Wedana di Solo. Perkawinan Letnan Kolonel (Letkol) Soeharto dengan Siti Hartinah (yang kemudian dikenal dengan Tien Soeharto) dilangsungkan pada 26 Desember 1947 di Solo. Ketika itu, usia Soeharto 26 tahun dan Siti Hartinah berusia 24 tahun. Pasangan ini dikarunia enam putra-putri, yaitu Siti Hardiyanti Hastuti (Tutut), Sigit Harjojudanto, Bambang Trihatmodjo, Siti Hediati Harijadi (Titiek) , Hutomo Mandala Putra (Tommy), dan Siti Hutami Endang Adiningsih (Mamiek). Awal hidup dan pendidikan Pada 8 Juni 1921, Sukirah melahirkan bayi laki-laki di rumahnya yang sederhana di Dusun Kemusuk, Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Bantul, Yogyakarta. Kelahiran itu dibantu dukun bersalin bernama Mbah Kromodiryo yang juga adik kakek Sukirah, Mbah Kertoirono. Oleh ayahnya, Kertoredjo alias Wagiyo alias Panjang alias Kertosudiro bayi laki-laki itu diberi nama Soeharto. Dia adalah anak ketiga Kertosudiro dengan Sukirah yang dinikahinya setelah lama menduda. Dengan istri pertama, Kertosudiro yang menjadi petugas pengatur air desa atau ulu-ulu, dikaruniai dua anak. Perkawinan Kertosudiro dan Sukirah tidak bertahan lama. Keduanya bercerai tidak lama setelah Soeharto lahir. Sukirah menikah lagi dengan Pramono dan dikaruniai tujuh anak, termasuk putra kedua, Probosutedjo. Belum genap 40 hari, bayi Soeharto dibawa ke rumah Mbah Kromo karena ibunya sakit dan tidak bisa menyusui. Mbah Kromo kemudian mengajari Soeharto kecil untuk berdiri dan berjalan. Soeharto juga sering diajak ke sawah. Sering, Mbah Kromo menggendong Soeharto kecil di punggung ketika sedang membajak sawah. Kenangan itu tidak pernah dilupakan Soeharto. Terlebih ketika kakeknya memberi komando pada kerbau saat membajak sawah. Karena dari situlah, Soeharto belajar menjadi pemimpin. Soeharto juga suka bermain air, mandi lumpur atau mencari belut.
Ketika semakin besar, Soeharto tinggal bersama kakeknya, Mbah Atmosudiro, ayah dari ibunya. Soeharto sekolah ketika berusia delapan tahun, tetapi sering berpindah. Semula disekolahkan di Sekolah Dasar (SD) di Desa Puluhan, Godean. Lalu, pindah ke SD Pedes (Yogyakarta) lantaran ibu dan ayah tirinya, Pramono pindah rumah ke Kemusuk Kidul. Kertosudiro kemudian memindahkan Soeharto ke Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Soeharto dititipkan di rumah bibinya yang menikah dengan seorang mantri tani bernama Prawirowihardjo. Soeharto diterima sebagai putra paling tua dan diperlakukan sama dengan putra-putri Prawirowihardjo. Soeharto kemudian disekolahkan dan menekuni semua pelajaran, terutama berhitung. Dia juga mendapat pendidikan agama yang cukup kuat dari keluarga bibinya. Kegemaran bertani tumbuh selama Soeharto menetap di Wuryantoro. Di bawah bimbingan pamannya yang mantri tani, Soeharto menjadi paham dan menekuni pertanian. Sepulang sekolah, Soeharto belajar mengaji di sanggar bersama teman-temannya. Belajar mengaji bahkan dilakukan sampai semalam suntuk. Ia juga aktif di kepanduan Hizbul Wathan dan mulai mengenal para pahlawan seperti Raden Ajeng Kartini dan Pangeran Diponegoro dari sebuah koran yang sampai ke desa. Setamat Sekolah Rendah (SR) empat tahun, Soeharto disekolahkan oleh orang tuanya ke sekolah lanjutan rendah di Wonogiri. Setelah berusia 14 tahun, Soeharto tinggal di rumah Hardjowijono. Pak Hardjowijono adalah teman ayahnya yang pensiunan pegawai kereta api. Hardjowijono juga seorang pengikut setia Kiai Darjatmo, tokoh agama terkemuka di Wonogiri waktu itu. Karena sering diajak, Soeharto sering membantu Kiai Darjatmo membuat resep obat tradisional untuk mengobati orang sakit. Soeharto kembali ke kampung asalnya, Kemusuk untuk melanjutkan sekolah di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Muhammadiyah di Yogyakarta. Itu dilakukannya karena di sekolah itu siswanya boleh mengenakan sarung dan tanpa memakai alas kaki (sepatu). Setamat SMP, Soeharto sebenarnya ingin melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi. Apa daya, ayah dan keluarganya yang lain tidak mampu membiayai karena kondisi ekonomi. Soeharto pun berusaha mencari pekerjaan ke sana ke mari, namun gagal. Ia kembali ke rumah bibinya di Wuryantoro. Di sana, ia diterima sebagai pembantu klerek pada sebuah Bank Desa (Volkbank). Tidak lama kemudian, dia minta berhenti. Suatu hari pada tahun 1942, Soeharto membaca pengumuman penerimaan anggota Koninklijk Nederlands Indisce Leger (KNIL). KNIL adalah tentara kerajaan Belanda. Ia mendaftarkan diri dan diterima menjadi tentara. Waktu itu, ia hanya sempat bertugas tujuh hari dengan pangkat sersan, karena Belanda menyerah kepada Jepang. Sersan Soeharto kemudian pulang ke Dusun Kemusuk. Justru di sinilah, karier militernya dimulai. Karier militer Pada 1 Juni 1940, ia diterima sebagai siswa di sekolah militer di Gombong, Jawa Tengah. Setelah enam bulan menjalani latihan dasar, ia tamat sekolah militer sebagai lulusan terbaik dan menerima pangkat kopral. Ia terpilih menjadi prajurit teladan di Sekolah Bintara, Gombong serta resmi menjadi anggota TNI pada 5 Oktober 1945. Dia bergabung dengan pasukan kolonial Belanda, KNIL. Saat Perang Dunia II berkecamuk pada 1942, ia dikirim ke Bandung untuk menjadi tentara cadangan di Markas Besar Angkatan Darat selama seminggu. Setelah berpangkat sersan tentara KNIL, dia kemudian menjadi komandan peleton, komandan kompi di dalam militer yang disponsori Jepang yang dikenal sebagai tentara PETA, komandan resimen dengan pangkat mayor, dan komandan batalyon berpangkat letnan kolonel. Setelah Perang Kemerdekaan berakhir, ia tetap menjadi Komandan Brigade Garuda Mataram dengan pangkat letnan kolonel. Ia memimpin Brigade Garuda Mataram dalam operasi penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi. Kemudian, ia ditunjuk sebagai Komadan APRIS (Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat) Sektor Kota Makassar yang bertugas mengamankan kota dari gangguan eks KNIL/KL. Pada 1 Maret 1949, ia ikut serta dalam serangan umum yangberhasil menduduki Kota Yogyakarta selama enam jam. Inisiatif itu muncul atas saran Sri Sultan Hamengkubuwono IX kepada Panglima Besar Soedirman bahwa Brigade X pimpinan Letkol Soeharto segera melakukan serangan umum di Yogyakarta dan menduduki kota itu selama enam jam untuk membuktikan bahwa Republik Indonesia (RI) masih ada. Pada usia sekitar 32 tahun, tugasnya dipindahkan ke Markas Divisi dan diangkat menjadi Komandan Resimen Infenteri 15 dengan pangkat letnan kolonel (1 Maret 1953). Pada 3 Juni 1956, ia diangkat menjadi Kepala Staf Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro di Semarang. Dari Kepala Staf, ia diangkat sebagai pejabat Panglima Tentara dan Teritorium IV Diponegoro. Pada 1 Januari 1957, pangkatnya dinaikkan menjadi kolonel. Lembaran hitam juga sempat mewarnai lembaran kemiliterannya. Ia dipecat oleh Jenderal Nasution sebagai Pangdam Diponegoro. Peristiwa pemecatan pada 17 Oktober 1959 tersebut akibat ulahnya yang diketahui menggunakan institusi militernya untuk meminta uang dari perusahaan-perusahan di Jawa Tengah. Kasusnya hampir dibawa ke pengadilan militer oleh Kolonel Ahmad Yani[rujukan?]. Atas saran Jendral Gatot Subroto saat itu, dia dibebaskan dan dipindahkan ke Sekolah Staf dan Komando Angkatan Darat (SESKOAD) di Bandung, Jawa Barat. Pada usia 38 tahun, ia mengikuti kursus C SSKAD (Sekolah Staf dan Komando AD) di Bandung dan pangkatnya dinaikkan menjadi brigadir jenderal pada 1 Januari 1960. Kemudian, dia diangkat sebagai Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat di usia 39 tahun. Pada 1 Oktober 1961, jabatan rangkap sebagai Panglima Korps Tentara I Caduad (Cadangan Umum AD) yang telah diembannya ketika berusia 40 tahun bertambah dengan jabatan barunya sebagai Panglima Kohanudad (Komando Pertahanan AD). Pada tahun 1961 tersebut, ia juga mendapatkan tugas sebagai Atase Militer Republik Indonesia di Beograd, Paris (Perancis), dan Bonn (Jerman). Di usia 41 tahun, pangkatnya dinaikkan menjadi mayor jenderal (1 Januari 1962) dan menjadi Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dan merangkap sebagai Deputi Wilayah Indonesia Timur di Makassar. Sekembalinya dari Indonesia Timur, Soeharto yang telah naik pangkat menjadi mayor jenderal, ditarik ke markas besar ABRI oleh Jenderal A.H. Nasution. Di pertengahan tahun 1962, Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Kostrad) hingga 1965. Sekitar setahun kemudian, tepatnya, 2 Januari 1962, Brigadir Jenderal Soeharto diangkat sebagai Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat. Mayor Jenderal Soeharto dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat dan segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) dan ormas-ormasnya. Setelah diangkat sebagai Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (Kostrad) pada 1 Mei 1963, ia membentuk Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) untuk mengimbangi G-30-S yang berkecamuk pada 1 Oktober 1965. Dua hari kemudian, tepatnya 3 Oktober 1965, Mayjen Soeharto diangkat sebagai Panglima Kopkamtib. Jabatan ini memberikan wewenang besar untuk melakukan pembersihan terhadap orang-orang yang dituduh sebagai pelaku G-30-S/PKI. Naik ke kekuasaan Kenetralan sebagian atau keseluruhan artikel ini dipertentangkan. Silakan melihat pembicaraan di halaman diskusi artikel ini. Pergantian tampuk pimpinan pemerintahan Indonesia. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Gerakan 30 September Pada pagi hari 1 Oktober 1965, beberapa pasukan pengawal Kepresidenan, Tjakrabirawa di bawah Letnan Kolonel Untung Syamsuri bersama pasukan lain menculik dan membunuh enam orang jendral. Pada peristiwa itu Jendral A.H. Nasution yang menjabat sebagai Menteri Koordinator bidang Hankam dan Kepala Staf Angkatan Bersenjata berhasil lolos. Satu yang terselamatkan, yang tidak menjadi target dari percobaan kudeta adalah Mayor Jendral Soeharto, meski menjadi sebuah pertanyaan apakah Soeharto ini terlibat atau tidak dalam peristiwa yang dikenal sebagai G-30-S itu. Beberapa sumber mengatakan, Pasukan Tjakrabirawa yang terlibat itu menyatakan bahwa mereka mencoba menghentikan kudeta militer yang didukung oleh CIA yang direncanakan untuk menyingkirkan Presiden Soekarno dari kekuasaan pada “Hari ABRI”, 5 Oktober 1965 oleh badan militer yang lebih dikenal sebagai Dewan Jenderal.
Peristiwa ini segera ditanggapi oleh Mayjen Soeharto untuk segera mengamankan Jakarta, menurut versi resmi sejarah pada masa Orde Baru, terutama setelah mendapatkan kabar bahwa Letjen Ahmad Yani, Menteri / Panglima Angkatan Darat tidak diketahui keberadaannya. Hal ini sebenarnya berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima Kostrad yang menjalankan tugasnya. Tindakan ini diperkuat dengan turunnya Surat Perintah yang dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno yang memberikan kewenangan dan mandat kepada Soeharto untuk mengambil segala tindakan untuk memulihkan keamanan dan ketertiban. Langkah yang diambil Soeharto adalah segera membubarkan Partai Komunis Indonesia (PKI) sekalipun sempat ditentang Presiden Soekarno, penangkapan sejumlah menteri yang diduga terlibat G30-S (Gerakan 30 September). Tindakan ini menurut pengamat internasional dikatakan sebagai langkah menyingkirkan Angkatan Bersenjata Indonesia yang pro-Soekarno dan pro-Komunis yang justru dialamatkan kepada Angkatan Udara Republik Indonesia di mana jajaran pimpinannya khususnya Panglima Angkatan Udara Laksamana Udara Omar Dhani yang dinilai pro Soekarno dan Komunis, dan akhirnya memaksa Soekarno untuk menyerahkan kekuasaan eksekutif. Tindakan pembersihan dari unsur-unsur komunis (PKI) membawa tindakan penghukuman mati anggota Partai Komunis di Indonesia yang menyebabkan pembunuhan sistematis sekitar 500 ribu “tersangka komunis”, kebanyakan warga sipil, dan kekerasan terhadap minoritas Tionghoa Indonesia. Soeharto dikatakan menerima dukungan CIA dalam penumpasan komunis. Diplomat Amerika 25 tahun kemudian mengungkapkan bahwa mereka telah menulis daftar “operasi komunis” Indonesia dan telah menyerahkan sebanyak 5.000 nama kepada militer Indonesia. Been Huang, bekas anggota kedutaan politik AS di Jakarta mengatakan di 1990 bahwa: “Itu merupakan suatu pertolongan besar bagi Angkatan Bersenjata. Mereka mungkin membunuh banyak orang, dan saya kemungkinan memiliki banyak darah di tangan saya, tetapi tidak seburuk itu. Ada saatnya di mana anda harus memukul keras pada saat yang tepat.” Howard Fenderspiel, ahli Indonesia di State Department’s Bureau of Intelligence and Research di 1965: “Tidak ada yang peduli, selama mereka adalah komunis, bahwa mereka dibantai. Tidak ada yang bekerja tentangnya.”1 Dia mengakhiri konfrontasi dengan Malaysia dalam rangka membebaskan sumber daya di militer. Setelah dilantik sebagai Menteri Panglima Angkatan Darat pada 14 Oktober 1965, ia segera membubarkan PKI dan ormas-ormasnya. Tepat 11 Maret 1966, dia menerima Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) dari Presiden Soekarno melalui tiga jenderal, yaitu Basuki Rachmat, Amir Machmud, dan M Yusuf. Isi Supersemar adalah memberikan kekuasaan kepada Soeharto untuk dan atas nama Presiden/Panglima Tertinggi/Panglima Besar Revolusi agar mengambil tindakan yang dianggap perlu demi terjaminnya keamanan, ketenangan, serta kestabilan jalannya pemerintahan dan jalannya revolusi. Sehari kemudian, 12 Maret 1966, Menpangad Letjen Soeharto membubarkan PKI dan menyatakan sebagai partai terlarang di Indonesia. Karena situasi politik yang memburuk setelah meletusnya G-30-S/PKI, Sidang Istimewa MPRS pada Maret 1967, Soeharto yang telah menerima kenaikan pangkat sebagai jenderal bintang empat pada 1 Juli 1966 ditunjuk sebagai pejabat presiden berdasarkan Tap MPRS No XXXIII/1967 pada 22 Februari 1967. Selaku pemegang Ketetapan MPRS No XXX/1967, Soeharto kemudian menerima penyerahan kekuasaan pemerintahan dari Presiden Soekarno. Melalui Sidang Istimewa MPRS, pada 7 Maret 1967, Soeharto ditunjuk sebagai pejabat presiden sampai terpilihnya presiden oleh MPR hasil pemilihan umum. Jenderal Soeharto ditetapkan sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967 setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno (NAWAKSARA) ditolak MPRS. Kemudian, Soeharto menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (Tap MPRS No XLIV/MPRS/1968) pada 27 Maret 1968. Selain sebagai presiden, ia juga merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan. Pada 1 Juni 1968 Lama. Mulai saat ini dikenal istilah Orde Baru. Susunan kabinet yang diumumkan pada 10 Juni 1968 diberi nama Kabinet Pembangunan “Rencana Pembangunan Lima Tahun” I. Pada 15 Juni 1968, Presiden Soeharto membentuk Tim Ahli Ekonomi Presiden yang terdiri atas Prof Dr Widjojo Nitisastro, Prof Dr Ali Wardhana, Prof Dr Moh Sadli, Prof Dr Soemitro Djojohadikusumo, Prof Dr Subroto, Dr Emil Salim, Drs Frans Seda, dan Drs Radius Prawiro. Pada 3 Juli 1971, presiden mengangkat 100 anggota DPR dari Angkatan Bersenjata dan memberikan 9 kursi wakil Provinsi Irian Barat untuk wakil dari Golkar. Setelah menggabungkan kekuatan-kekuatan partai politik, Soeharto dipilih kembali menjadi presiden oleh Sidang Umum MPR (Tap MPR No IX/MPR/1973) pada 23 Maret 1973 untuk jabatan yang kedua kali. Saat ini, Sri Sultan Hamengku Buwono IX mendampinginya sebagai wakil presiden. Pada usia 55 tahun, Soeharto memasuki masa pensiun dari dinas militer (Keprres No 58/ABRI/1974). Pencapaian puncak di dunia politik turut melengkapi kisahnya hidupnya sebagai seorang penguasa. Setelah mencapai posisi pucuk di republik, geliat kekuasaanya mulai menampakkan taringnya. Pada 20 Januari 1978, Presiden Soeharto melarang terbit tujuh surat kabar, yaitu Kompas, Sinar Harapan, Merdeka, Pelita, The Indonesian Times, Sinar Pagi, dan Pos Sore. Beberapa di antaranya kemudian meminta maaf kepada Soeharto. Pada 22 Maret 1978, Soeharto dilantik kembali presiden untuk periode ketiga kalinya dan Adam Malik sebagai wakil presiden. Sidang Umum MPR 1 Maret 1983 memutuskan memilih kembali Soeharto sebagai presiden dan Umar Wirahadikusumah sebagai wakil presiden. Melalui Tap MPR No V tahun 1983, MPR mengangkat Soeharto sebagai Bapak Pembangunan Republik Indonesia. Pada 16 Maret 1983, Presiden Soeharto mengumumkan susunan Kabinet Pembangunan IV yang terdiri atas 21 menteri, tiga menteri koordinator, delapan menteri muda, dan tiga pejabat setingkat menteri. Pada 1 Januari 1984, Presiden Soeharto mengisi formulir keanggotaan Golkar dan sejak itu ia resmi menjadi anggota Golkar. Beberapa pengamat politik baik dalam negeri maupun luar negeri mengatakan bahwa Soeharto membersihkan parlemen dari komunis, menyingkirkan serikat buruh dan meningkatkan sensor. Dia juga memutuskan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok dan menjalin hubungan dengan negara barat dan PBB. Dia menjadi penentu dalam semua keputusan politik. Jendral Soeharto dikatakan meningkatkan dana militer dan mendirikan dua badan intelijen – Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) dan Badan Koordinasi Intelijen Nasional (Bakin). Sekitar 2 juta orang dieksekusi dalam pembersihan massal dan lebih dari 200.000 ditangkap hanya karena dicurigai terlibat dalam kudeta. Banyak komunis, tersangka komunis dan yang disebut “musuh negara” dihukum mati (meskipun beberapa hukuman ditunda sampai 1990). Diduga bahwa daftar tersangka komunis diberikan ke tangan Soeharto oleh CIA. Sebagai tambahan, CIA melacak nama dalam daftar ini ketika rezim Soeharto mulai mencari mereka. Dukungan yang tidak dibicarakan ini dari Pemerintah Amerika Serikat untuk rezim Soeharto tetap diam sampai invasi Timor Timur, dan terus berlangsung sampai akhir 1990-an. Karena kekayaan sumber daya alamnya dan populasi konsumen yang besar, Indonesia dihargai sebagai rekan dagang Amerika Serikat dan begitu juga pengiriman senjata tetapi dipertahankan ke rezim Soeharto. Ketika Soeharto mengumjungi Washington pada 1995 pejabat administratif Clinton dikutip di New York Times mengatakan bahwa Soeharto adalah “orang seperti kita” atau “orang golongan kita”. Pada 12 Maret 1967 Soeharto diangkat sebagai Pejabat Presiden Indonesia oleh MPR Sementara. Setahun kemudian, pada 27 Maret 1968 dia resmi diangkat sebagai Presiden untuk masa jabatan lima tahun yang pertama. Dia secara langsung menunjuk 20% anggota MPR. Partai Golkar menjadi partai favorit dan satu-satunya yang diterima oleh pejabat pemerintah. Indonesia juga menjadi salah satu pendiri ASEAN. Ekonomi Indonesia benar-benar amburadul di pertengahan 1960-an. Soeharto pun kemudian meminta nasihat dari tim ekonom hasil didikan Barat yang banyak dikenal sebagai “mafia Berkeley”. Tujuan jangka pendek pemerintahan baru ini adalah mengendalikan inflasi, menstabilkan nilai rupiah, memperoleh hutang luar negeri, serta mendorong masuknya investasi asing. Dan untuk satu hal ini, kesuksesan mereka tidak bisa dipungkiri. Peran Sudjono Humardani sebagai asisten finansial besar artinya dalam pencapaian ini. Di bidang sosial politik, Soeharto menyerahkannya kepada Ali Murtopo sebagai asisten untuk masalah-masalah politik. Menghilangkan oposisi dengan melemahkan kekuatan partai politik dilakukan melalui fusi dalam sistem kepartaian. Sebagai presiden
(https://aditya25u.files.wordpress.com/2014/04/wpid-ukbi_1993_50000rp_plastik_detail1.jpg) Gambar Presiden Soeharto pada uang pecahan 50.000 Roma, Italia, 14 November 1985. Musim dingin yang membekap Kota Roma ketika itu turut menggigit tubuh setiap peserta Konfrensi ke-23 Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO). Tidak kurang dari 165 negara anggota mengirimkan wakilnya ke perhelatan yang membetot perhatian mata dunia terhadap Indonesia kala itu. Presiden Soeharto yang sukses mengantarkan Indonesia dari pengimpor beras terbesar di dunia menjadi swasembada didapuk maju ke podium untuk memberikan pidatonya. Dia menyerahkan bantuan satu juta ton padi kering (gabah) dari para petani untuk diberikan kepada rakyat Afrika yang mengalami kelaparan. “Jika pembangunan di bidang pangan ini dinilai berhasil, itu merupakan kerja raksasa dari seluruh bangsa Indonesia,” kata Presiden Soeharto dalam pidatonya. Karena itu, FAO mengganjar keberhasilan itu dengan penghargaan khusus berbentuk medali emas pada 21 Juli 1986. Prestasi Soeharto di bidang pertanian memang fantastik atau dahsyat. Indonesia mengecap swasembada besar mulai 1984. Produksi besar pada tahun itu mencapai 25,8 juta ton. Padahal, data 1969 beras yang dihasilkan Indonesia hanya 12,2 juta ton. Hasil itu memaksa Indonesia mengimpor beras minimal 2 juta ton. Sebab itu, pada 10 Maret 1988, Soeharto kembali terpilih sebagai presiden oleh MPR yang kelima kalinya. Posisi wakil presiden diserahkan kepada Sudharmono. Sekali lagi, mata dunia tertuju lagi kepada seorang Soeharto. Karena sukses dalam pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana, Presiden Soeharto mendapat piagam penghargaan perorangan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) di New York pada 8 Juni 1989. “Kenaikan produksi pangan tidak banyak berarti jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali,” tandas Soeharto. Dia dianugerahi UN Population Award, penghargaan tertinggi PBB di bidang kependudukan. Penghargaan itu disampaikan langsung oleh Sekretaris Jenderal PBB, Javier de Cueller di Markas Besar PBB, New York bertepatan dengan ulang tahun Soeharto yang ke-68 pada 8 Juni 1989. Soeharto makin dilirik ketika berhasil menegakkan harkat bangsa Indonesia di latar ekonomi Asia. Di ASEAN, dia dianggap berjasa ikut mengembangkan organisasi regional ini sehingga diperhitungkan di dunia. “Tanpa kebaikan dan kehadiran Soeharto, kami akan menghabiskan banyak jatah produk domestic bruto di bidang pertahanan,” ujar Perdana Menteri Australia Paul Keating ketika itu. Paul Keating menyebut Soeharto sebagai “ayah”. Dalam bukunya, Soeharto; Political Biography, Robert Edward Elson menulis, “Soeharto adalah tokoh yang amat penting selama abad XX di Asia.” Dua Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon dan Ronald Reagan juga memuji gebrakan Soeharto. Tetapi, Soeharto mengklaim dirinya anak petani dengan nilai-nilai biasa yang tidak berambisi menguasai negeri Indonesia dan mendahului kepentingan bangsa. “Saya di rumah, di antara istri dan anak-anak merasa sebagai seorang biasa, hanya secara kebetulan diberi kepecayaan oleh rakyat untuk memimpin negara ini sebagai presiden,” tutur Soeharto dalam suatu temu wicara pada Peringatan Hari Ibu ke-67 di Kecamatan Mojosari, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur pada 22 Desember 1989. Sebab itu, pada 14 September 1991, Presiden Soeharto menolak permintaan Amerika Serikat untuk memperoleh pangkalan militer di Indonesia setelah pindah dari Filipina. Soeharto dipilih oleh MPR sebagai presiden untuk yang keenam kalinya pada 10 Maret 1993. Kali ini, Try Sutrisno sebagai wakil presiden. Setelah enam kali berturut-turut ditetapkan MPR sebagai presiden, Soeharto mulai menyatakan jika dirinya tidak berambisi menjadi presiden seumur hidup (12 Maret 1994). Pada kepemimpinannya periode ini, Presiden Soeharto memberhentikan Prof Dr Satrio Budiharjo Joedono selaku Menteri Perdagangan sebelum akhir masa jabatan (6 Desember 1995). Soeharto yang mengawali kekuasaannya sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967 dan menjadi presiden pada 27 Maret 1968 terus menggenggam jabatan itu selama 31 tahun. Semula ada yang memperkirakan bahwa Soeharto akan menolak pencalonannya kembali sebagai presiden untuk periode yang keenam pada tahun 1998 setelah istrinya meninggal dunia pada 28 April 1996. Perkiraan itu ternyata keliru. Ketika usianya mencapai 75 tahun, ia bukan saja bersedia untuk dicalonkan kembali tetapi menerima untuk diangkat kembali sebagai presiden untuk periode 1998-2003. Ia menerima penganugerahan Bintang Lima atau Pangkat Jenderal Besar saat berusia 76 tahun (39 September 1997). Pada 25 Juli 1996, Presiden Soeharto menerima PDI pimpinan Soerjadi dan menolak kepemimpinan Megawati Soekarnoputri untuk memimpin Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Dua hari kemudian terjadi peristiwa 27 Juli berdarah. Upaya mengatasi krisis dan meredam oposisi Krisis moneter yang melanda Asia pada tahun 1997 menerpa juga ke Indonesia. Bahkan, krisis itu menerjang juga sektor krisis ekonomi. Pada 8 Oktober 1997, Presiden meminta bantuan IMF dan Bank Dunia untuk memperkuat sektor keuangan dan menyatakan badai pasti berlalu. Presiden minta seluruh rakyat tetap tabah dalam menghadapi gejolak krisis moneter (29 November 1997). Di tengah krisis ekonomi yang parah dan adanya penolakan yang cukup tajam, pada 10 Maret 1998, MPR mengesahkan Soeharto sebagai presiden untuk ketujuh kalinya. Kali ini, Prof Ing BJ Habibie sebagai wakil presiden. Pada 17 Maret 1998, ia menyumbangkan seluruh gaji dan tunjangannya sebagai presiden dan meminta kerelaan para pejabat tinggi lainnya untuk menyerahkan gaji pokoknya selama satu tahun dalam rangka krisis moneter. Menghadapi tuntutan untuk mundur, pada 1 Mei 1998, Soeharto menyatakan bahwa reformasi akan dipersiapkan mulai tahun 2003. Ketika di Mesir pada 13 Mei 1998, Presiden Soeharto menyatakan bersedia mundur kalau memang rakyat menghendaki dan tidak akan mempertahankan kedudukannya dengan kekuatan senjata. Sebelas menteri bidang ekonomi dan industri (ekuin) Kabinet Pembangunan VII mengundurkan diri (20 Mei 1998). Krisis moneter dan ekonomi benar-benar menggerogoti sistem kepemimpinannya. Dampaknya, Soeharto tidak bisa bertahan di pucuk kepemimpinan negeri. Hanya berselang 70 hari setelah diangkat kembali menjadi presiden untuk periode yang ketujuh kalinya, Soeharto terpaksa mundur dari jabatannya sebagai presiden. Presiden Soeharto lengser tepat 21 Mei 1998. Tepat pukul 09.00 WIB (Waktu Indonesia Barat), Soeharto berhenti dari jabatannya sebagai presiden. Layar kaca televisi saat itu menyiarkan secara langsung detik per detik proses pengunduran dirinya.
Tanggal 12-20 Mei 1998 menjadi periode yang teramat panjang. Bagaimanapun, masa-masa itu kekuasaannya semakin tergerus oleh berbagai aksi dan peristiwa. Aksi mahasiswa menyebar ke seantero negeri. Ribuan mahasiswa menggelar aksi keprihatinan di berbagai tempat. Mahasiswa Trisakti, Jakarta mengelar aksinya tidak jauh dari kampus mereka. Peserta aksi mulai keluar dari halaman kampus dan memasuki jalan artileri serta berniat datang ke Gedung MPR/DPR yang memang sangat stategis. Tanggal 12 Mei 1998 sore, terdengar siaran berita meninggalnya empat mahasiswa Trisakti. Sehari kemudian, tanggal 13 Mei 1998, jenasah keempat mahasiswa yang tewas diberangkatkan ke kediaman masing-masing. Mahasiswa yang hadir menyanyikan lagu Gugur Bunga. Tewasnya para mahasiswa disiarkan secara luas melalui pemberitaan radio, televise, dan surat kabar. Tewasnya keempat mahasiswa seakan sebagai ledakan suatu peristiwa yang lebih besar. Kamis, 14 Mei 1998, ibukota negara (Jakarta) dilanda kerusuhan hebat. Tanggal 15 Mei 1998, pesawat yang membawa Presiden Soeharto dan rombongan mendarat menjelang pukul 05.00 WIB pagi di pangkalan udara utama TNI AU Halim Perdanakusuma dari kunjungan ke Kairo, Mesir untuk mengikuti Konfrensi Tingkat Tinggi (KTT) Kelompok 15 (Group 15/G-15). Tanggal 16 Mei 1998, Presiden mengadakan serangkaian pertemuan termasuk berkonsultasi dengan unsure pimpinan DPR. Tanggal 17 Mei 1998, Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Abdul Latief mengajukan surat pengunduran diri sebagai menteri. Tanggal 18 Mei 1998, ribuan mahasiswa mendatangi Gedung MPR/DPR. Aksi tersebut berakhir seiring dengan mundurnya Presiden Soeharto pada 21 Mei 1998. Mereka yang tewas adalah dua mahasiswa angkatan 1995 dan dua mahasiswa angkatan 1996. Angkatan 1995 terdiri dari Hery Hartanto (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin) dan Hafidhin Alifidin Royan (Fakultas Teknik Industri Jurusan Mesin). Sedang, mahasiswa yang tewas angkatan 1996 adalah Elang Mulia Lesmana (Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Jurusan Arsitektur) dan Hendriawan Sie (Fakultas Ekonomi Jurusan Manajemen) . Soeharto membangun dan memperluas konsep “Jalan Tengah”-nya Jenderal Nasution menjadi konsep dwifungsi untuk memperoleh dukungan basis teoritis bagi militer untuk memperluas pengaruhnya melalui pejabat-pejabat pemerintahan, termasuk cadangan alokasi kursi di parlemen dan pos-pos utama dalam birokrasi sipil. Peran dwifungsi ini adalah peran militer di bidang politik yang permanen. Sepak terjang Ali Murtopo dengan badan inteligennya mulai mengancam Soeharto. Persaingan antara Ali Moertopo dan Sumitro dipergunakan untuk menyingkirkan Ali. Namun Sumitro pun segera ditarik dari jabatannya dan kendali Kopkamtib dipegang langsung oleh Soeharto karena dianggap potensial mengancam. Beberapa bulan setelah peristiwa Malari sebanyak 12 surat kabar ditutup dan ratusan rakyat Indonesia termasuk mahasiswa ditangkap dan dipenjarakan. Pada 1978 untuk mengeliminir gerakan mahasiswa maka segera diberlakukannya NKK/BKK (Normalisasi Kehidupan Kampus/Badan Koordinasi Kemahasiswaan). Kebijakan ini ditentang keras oleh banyak organisasi mahasiswa. Hubungan kegiatan mahasiswa dengan pihak kampus hanyalah kepada mereka yang diperbolehkan pemerintah lewat mekanisme kontrol dekanat dan rektorat. Mulut pers pun dibungkam dengan lahirnya UU Pokok Pers No. 12 tahun 1982. UU ini mengisyaratkan adanya restriksi atau peringatan mengenai isi pemberitaan ataupun siaran. Organisasi massa yang terbentuk harus memperoleh izin pemerintah dengan hanya satu organisasi profesi buatan pemerintah yang diperbolehkan berdiri. Sehingga organisasi massa tak lebih dari wayang-wayang Orde Baru. Kemudian pada tahun 1979-1980 muncul sekelompok purnawirawan perwira tinggi angkatan bersenjata dan tokoh-tokoh sipil yang dikenal kritis, yang tergabung dalam Petisi 50, mengeluarkan serial selebaran yang mengeluhkan sikap politik pemerintah Orde Baru yang menjadikan Angkatan Darat sebagai pendukung kemenangan Golkar, serta menuntut adanya reformasi politik. Sebagai balasannya, pemerintah mencekal mereka. Kelompok ini pun gagal serta tak pernah mampu tampil lagi sebagai kelompok oposisi yang efektif terhadap pemerintahan Orde Baru. Puncak Orde Baru Pada masa pemerintahannya, Presiden Soeharto menetapkan pertumbuhan ekonomi sebagai pokok tugas dan tujuan pemerintah. Dia mengangkat banyak teknokrat dan ahli ekonomi yang sebelumnya bertentangan dengan Presiden Soekarno yang cenderung bersifat sosialis. Teknokrat-teknokrat yang umumnya berpendidikan barat dan liberal (Amerika Serikat) diangkat adalah lulusan Berkeley sehingga mereka lebih dikenal di dalam klik ekonomi sebagai Mafia Berkeley di kalangan Ekonomi, Industri dan Keuangan Indonesia. Pada masanya, Indonesia mendapatkan bantuan ekonomi dan keuangan dari negara-negara donor (negara-negara maju) yang tergabung dalan IGGI yang diseponsori oleh pemerintah Belanda. Namun pada tahun 1992, IGGI dihentikan oleh pemerintah Indonesia karena dianggap turut campur dalam urusan dalam negeri Indonesia, khususnya dalam kasus Timor Timur pasca Insiden Dili. Peran IGGI ini digantikan oleh lembaga donor CGI yang disponsori Perancis. Selain itu, Indonesia mendapat bantuan dari lembaga internasional lainnya yang berada dibawah PBB seperti UNICEF, UNESCO dan WHO. Namun sayangnya, kegagalan manajemen ekonomi yang bertumpu dalam sistem trickle down effect (menetes ke bawah) yang mementingkan pertumbuhan dan pengelolaan ekonomi pada segelintir kalangan serta buruknya manajemen ekonomi perdagangan industri dan keuangan (EKUIN) pemerintah, membuat Indonesia akhirnya bergantung pada donor Internasional terutama paska Krisis 1997. Dalam bidang ekonomi juga, tercatat Indonesia mengalami swasembada beras pada tahun 1984. Namun prestasi itu ternyata tidak dapat dipertahankan pada tahun-tahun berikutnya. Kemudian kemajuan ekonomi Indonesia saat itu dianggap sangat signifikan sehingga Indonesia sempat dimasukkan dalam negara yang mendekati negara-negara Industri Baru bersama dengan Malaysia, Filipina dan Thailand, selain Singapura, Republik Tiongkok, dan Korea Selatan. Di bidang politik, Presiden Soeharto melakukan penyatuan partai-partai politik sehingga pada masa itu dikenal tiga partai politik yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) dalam upayanya menyederhanakan kehidupan berpolitik di Indonesia sebagai akibat dari politik masa presiden Soekarno yang menggunakan sistem multipartai yang berakibat pada jatuh bangunnya kabinet dan dianggap penyebab mandeknya pembangunan. Kemudian dikeluarkannnya UU Politik dan Asas tunggal Pancasila yang mewarnai kehidupan politik saat itu. Namun dalam perjalanannya, terjadi ketimpangan dalam kehidupan politik di mana muncullah istilah “mayoritas tunggal” di mana GOLKAR dijadikan partai utama dan mengebirikan dua parpol lainnya dalam setiap penyelenggaraan PEMILU. Berbagai ketidakpuasan muncul, namun dapat diredam oleh sistem pada masa itu. Seiring dengan naiknya taraf pendidikan pada masa pemerintahannya karena pertumbuhan ekonomi, muncullah berbagai kritik dan ketidakpuasan atas ketimpangan ketimpangan dalam pembangunan. Kesenjangan ekonomi, sosial dan politik memunculkan kalangan yang tidak puas dan menuntut perbaikan. Kemudian pada masa pemerintahannya, tercatat muncul peristiwa kekerasan di masyarakat yang umumnya sarat kepentingan politik, selain memang karena ketidakpuasan dari masyarakat. Beberapa catatan atas tindakan represif Orde Baru Presiden Soeharto dinilai memulai penekanan terhadap suku Tionghoa, melarang penggunaan tulisan Tionghoa tertulis di berbagai material tertulis, dan menutup organisasi Tionghoa karena tuduhan simpati mereka terhadap komunis. Walaupun begitu, Soeharto terlibat persahabatan yang akrab dengan Lee Kuan Yew yang pernah manjadi Perdana Menteri Singapura yang beretnis Tionghoa. Pada 1970 Soeharto melarang protes pelajar setelah demonstrasi yang meluas melawan korupsi. Sebuah komisi menemukan bahwa korupsi sangat umum. Soeharto menyetujui hanya dua kasus dan kemudian menutup komisi tersebut. Korupsi kemudian menjadi sebuah endemik. Dia memerintah melalui kontrol militer dan penyensoran media. Dia menguasai finansial dengan memberikan transaksi mudah dan monopoli kepada saudara-saudaranya, termasuk enam anaknya. Dia juga terus memainkan faksi berlainan di militer melawan satu sama lain, dimulai dengan mendukung kelompok nasionalis dan kemudian mendukung unsur Islam. Pada 1973 dia memenangkan jangka lima-tahun berikutnya melalui pemilihan “electoral college”. dan juga terpilih kembali pada 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Soeharto mengubah UU Pemilu dengan mengizinkan hanya tiga partai yang boleh mengikuti pemilihan, termasuk partainya sendiri, Golkar. Oleh karena itu semua partai Islam yang ada diharuskan bergabung menjadi Partai Persatuan Pembangunan, sementara partai-partai non-Islam (Katolik dan Protestan) serta partai-partai nasionalis digabungkan menjadi Partai Demokrasi Indonesia. Pada 1975, dengan persetujuan bahkan permintaan Amerika Serikat dan Australia, ia memerintahkan pasukan Indonesia untuk memasuki bekas koloni Portugal Timor Timur setelah Portugal mundur dan gerakan Fretilin memegang kuasa yang menimbulkan kekacauan di masyarakat Timor Timur Sendiri, serta kekhawatiran Amerika Serikat atas tidakan Fretilin yang menurutnya mengundang campur tangan Uni Soviet. Kemudian pemerintahan pro integrasi dipasang oleh Indonesia meminta wilayah tersebut berintegrasi dengan Indonesia. Pada 15 Juli 1976 Timor Timur menjadi provinsi Timor Timur sampai wilayah tersebut dialihkan ke administrasi PBB pada 1999.
(https://aditya25u.files.wordpress.com/2014/04/wpid-640pxwilliam_cohen_with_suharto1.jpg) Soeharto dengan Menteri Pertahanan Amerika Serikat William Cohen pada tahun 1998. Korupsi menjadi beban berat pada 1980-an. Pada 5 Mei 1980 sebuah kelompok yang kemudian lebih dikenal dengan nama Petisi 50 menuntut kebebasan politik yang lebih besar. Kelompok ini terdiri dari anggota militer, politisi, akademik, dan mahasiswa. Media Indonesia menekan beritanya dan pemerintah mecekal penandatangannya. Setelah pada 1984 kelompok ini menuduh bahwa Soeharto menciptakan negara satu partai, beberapa pemimpinnya dipenjarakan. Catatan hak asasi manusia Soeharto juga semakin memburuk dari tahun ke tahun. Pada 1993 Komisi HAM PBB membuat resolusi yang mengungkapkan keprihatinan yang mendalam terhadap pelanggaran hak-hak asasi manusia di Indonesia dan di Timor Timur. Presiden AS Bill Clinton mendukungnya. Pada 1996 Soeharto berusaha menyingkirkan Megawati Soekarnoputri dari kepemimpinan Partai Demokrasi Indonesia (PDI), salah satu dari tiga partai resmi. Di bulan Juni, pendukung Megawati menduduki markas besar partai tersebut. Setelah pasukan keamanan menahan mereka, kerusuhan pecah di Jakarta pada tanggal 27 Juli 1996 (peristiwa Sabtu Kelabu) yang dikenal sebagai “Peristiwa Kudatuli” (Kerusuhan Dua Tujuh Juli). Kejatuhan Presiden Soeharto Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kejatuhan Soeharto
(https://aditya25u.files.wordpress.com/2014/04/wpid-640px-suharto_resigns1.jpg) Pada 21 Mei 1998, setelah tekanan politik besar dan beberapa demonstrasi, Presiden Soeharto mengumumkan pengunduran dirinya di televisi. Wikisumber memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini: Pernyataan Berhenti Sebagai Presiden Republik Indonesia, 21 Mei 1998 Pada 1997, menurut Bank Dunia, 20 sampai 30% dari dana pengembangan Indonesia telah disalahgunakan selama bertahun-tahun. Krisis finansial Asia pada tahun yang sama tidak membawa hal bagus bagi pemerintahan Presiden Soeharto ketika ia dipaksa untuk meminta pinjaman, yang juga berarti pemeriksaan menyeluruh dan mendetail dari IMF. Meskipun sempat menyatakan untuk tidak dicalonkan kembali sebagai Presiden pada periode 1998-2003, terutama pada acara Golongan Karya, Soeharto tetap memastikan ia terpilih kembali oleh parlemen untuk ketujuh kalinya di Maret 1998. Setelah beberapa demonstrasi, kerusuhan, tekanan politik dan militer, serta berpuncak pada pendudukan gedung DPR/MPR RI, Presiden Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998 untuk menghindari perpecahan dan meletusnya ketidakstabilan di Indonesia. Pemerintahan dilanjutkan oleh Wakil Presiden Republik Indonesia, B.J. Habibie. Dalam pemerintahannya yang berlangsung selama 32 tahun lamanya, telah terjadi penyalahgunaan kekuasaan termasuk korupsi dan pelanggaran HAM. Hal ini merupakan salah satu faktor berakhirnya era Soeharto. Namun, Michel Camdesus, Direktur IMF mengakui bahwa apa yang dilakukan IMF di Indonesia tidak lain sebagai katalisator jatuhnya Pemerintahan Soeharto. Sebagaimana dikutif New York Times, Camdesus menyatakan “we created the conditions that obliged President Soeharto Left his job”[9]. Di Credentials Room, Istana Merdeka, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta, Presiden Soeharto membacakan pidato yang terakhir kali, demikian: “ Sejak beberapa waktu terakhir, saya mengikuti dengan cermat perkembangan situasi nasional kita, terutama aspirasi rakyat untuk mengadakan reformasi di segala bidang kehidupan berbangsa dan bernegara. Atas dasar pemahaman saya yang mendalam terhadap aspirasi tersebut dan terdorong oleh keyakinan bahwa reformasi perlu dilaksanakan secara tertib, damai, dan konstitusional. Demi terpeliharanya persatuan dan kesatuan bangsa serta kelangsungan pembangunan nasional, saya telah menyatakan rencana pembentukan Komite Reformasi dan mengubah susunan Kabinet Pembangunan VII. Namun demikian, kenyataan hingga hari ini menunjukkan Komite Reformasi tersebut tidak dapat terwujud karena tidak adanya tanggapan yang memadai terhadap rencana pembentukan komite tersebut. Dalam keinginan untuk melaksanakan reformasi dengan cara sebaik-baiknya tadi, saya menilai bahwa dengan tidak dapat diwujudkannya Komite Reformasi, maka perubahan susunan Kabinet Pembangunan VII menjadi tidak diperlukan lagi. Dengan memperhatikan keadaan di atas, saya berpendapat sangat sulit bagi saya untuk dapat menjalankan tugas pemerintahan negara dan pembangunan dengan baik. Oleh karena itu, dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan secara sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan DPR dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden RI terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari Kamis, 21 Mei 1998. Pernyataan saya berhenti dari jabatan sebagai Presiden RI saya sampaikan di hadapan saudara-saudara pimpinan DPR dan juga adalah pimpinan MPR pada kesempatan silaturahmi. Sesuai Pasal 8 UUD 1945, maka Wakil Presiden RI, Prof. Dr. Ing. BJ Habibie yang akan melanjutkan sisa waktu jabatan Presiden/Mandataris MPR 1998-2003. Atas bantuan dan dukungan rakyat selama saya memimpin negara dan bangsa Indonesia ini saya ucapkan terima kasih dan minta maaf bila ada kesalahan dan kekurangan-kekurangannya semoga bangsa Indonesia tetap jaya dengan Pancasila dan UUD 1945. Mulai hari ini pula Kabinet Pembangunan VII demisioner dan kepada para menteri saya ucapkan terima kasih. Oleh karena keadaan tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan pengucapan sumpah di hadapan DPR, maka untuk menghindari kekosongan pimpinan dalam menyelenggarakan pemerintahan negara, kiranya saudara wakil presiden sekarang juga akan melaksanakan sumpah jabatan presiden di hadapan Mahkamah Agung RI. ” Gambar dari akhbar Malaysia yang membuat litupan berita mengenai kemangkatan Soeharto. Sesaat kemudian, Presiden Soeharto menyerahkan pucuk pimpinan negeri kepada Prof. Dr. Ing. BJ Habibie. Setelah melaksanakan sumpah jabatan, akhirnya BJ Habibie resmi memangku jabatan presiden ke-3 RI. Ucapan selamat datang mulai dari mantan Presiden Soeharto, pimpinan dan wakil-wakil pimpinan MPR/DPR, para menteri serta siapa saja yang turut dalam pengucapan sumpah jabatan presiden ketika itu. Tak berselang terlalu lama, Menteri Pertahanan Keamanan merangkap Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto membacakan pernyataan sikap, demikian: pertama, memahami situasi yang berkembang dan aspirasi masyarakat, ABRI mendukung dan menyambut baik permintaan berhenti Bapak Soeharto sebagai Presiden RI serta berdasarkan konstutusi mendukung Wakil Presiden Bapak BJ Habibie sebagai Presiden RI. Kedua, ABRI yang tetap kompak dan satu berharap dan mengajak kepada seluruh rakyat Indonesia untuk menerima kehendak pribadi Presiden Soeharto tersebut yang telah sesuai dengan konstitusi, yakni Pasal 8 UUD 1945. Ketiga, dalam hal ini, ABRI akan tetap berperan aktif guna mencegah penyimpangan dan hal-hal lain yang dapat mengancam keutuhan bangsa. Keempat, menjunjung tinggi nilai luhur budaya bangsa, ABRI akan tetap menjaga keselamatan dan kehormatan para mantan Presiden/Mandataris MPR termasuk Bapak Soeharto beserta keluarganya. Kelima, ABRI mengajak semua pihak agar bersikap tenang, mencegah terjadinya kerusuhan dan tindak kekerasan yang akhirnya akan merugikan masyarakat sendiri. Kasus dugaan korupsi Artikel utama: Kasus dugaan korupsi Soeharto Setelah Soeharto resmi mundur dari jabatannya sebagai presiden, berbagai elemen masyarakat mulai menuntut agar digelar pengusutan dan pengadilan atas mantan presiden yang bekuasa paling lama di Indonesia itu. Pada 1 September 1998, tim Kejaksaan Agung mengumumkan adanya indikasi penggunaan uang yayasan di bawah pemerintahan mantan Presiden Soeharto. Melalui Televisi Pendidikan Indonesia (TPI) pada 6 September 1998, Soeharto muncul dan menyatakan bahwa dia tidak mempunyai kekayaan di luar negeri. Jaksa Agung AM Ghalib dan Menko Wasbang/PAN Hartarto menemuinya di Jalan Cendana (Jakarta) untuk mengklarifikasi penyataan tersebut (21 September 1998). Pada 21 November 1998, Fraksi Karya Pembangunan (FKP) mengusulkan kepada pemerintah agar menetapkan mantan Presiden Soeharto sebagai tahanan kota. Ini merupakan tindak awal pengusutan harta dan kekayaan Soeharto yang diduga berasal dari Kolusi, Korupsi, dan Nepotisme (KKN). Pada 3 Desember 1998, Presiden BJ Habibie menginstruksikan Jaksa Agung AM Ghalib segera mengambil tindakan hukum memeriksa mantan Presiden Soeharto. Pada 9 Desember 1998, Soeharto diperiksa tim Kejaksaan Agung di Kejaksaan Tinggi Jakarta sehubungan dengan dana yayasan, program mobil nasional, kekayaan Soeharto di luar negeri, dan kasus Tapos. Majalah Time melansir berita tentang kekayaan Soeharto di luar negeri yang mencapai US$15 miliar (22 Mei 1999). Pada 27 Mei 1999, Soeharto menyerahkan surat kuasa khusus kepada Jaksa Agung AM Ghalib untuk menelisik kekayaannya di Swiss dan Austria, seperti diberitakan Majalah Time. Pada 2 Juni 1999, Soeharto mengadukan Majalah Time ke Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia atas tuduhan memfitnah pada pemberitaannya. Soeharto menuntut ganti rugi sekitar 27 miliar dollar AS. Soeharto memiliki dan mengetuai tujuh buah yayasan, yaitu Yayasan Dana Sejahtera Mandiri, Yayasan Supersemar, Yayasan Dharma Bhakti Sosial (Dharmais), Yayasan Dana Abadi Karya Bhakti (Dakab), Yayasan Amal Bhakti Muslim Pancasila, Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan, Yayasan Trikora. Pada 1995, Soeharto mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 90 Tahun 1995. Keppres ini menghimbau para pengusaha untuk menyumbang 2 persen dari keuntungannya untuk Yayasan Dana Mandiri. Hasil penyidikan kasus tujuh yayasan Soeharto menghasilkan berkas setebal 2.000-an halaman. Berkas ini berisi hasil pemeriksaan 134 saksi fakta dan 9 saksi ahli, berikut ratusan dokumen otentik hasil penyitaan dua tim yang pernah dibentuk Kejaksaan Agung, sejak tahun 1999. Menurut Transparency International, Soeharto menggelapkan uang dengan jumlah terbanyak dibandingkan pemimpin dunia lain dalam sejarah dengan perkiraan 15–35 miliar dolar A.S. selama 32 tahun masa pemerintahannya.[10] Pada 12 Mei 2006, bertepatan dengan peringatan sewindu Tragedi Trisakti, Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh mengeluarkan pernyataan bahwa pihaknya telah mengeluarkan Surat Keputusan Penghentian Penuntutan (SKPP) perkara mantan Presiden Soeharto, yang isinya menghentikan penuntutan dugaan korupsi mantan Presiden Soeharto pada tujuh yayasan yang dipimpinnya dengan alasan kondisi fisik dan mental terdakwa yang tidak layak diajukan ke persidangan. SKPP itu dikeluarkan Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan pada 11 Mei 2006, namun SKPP ini lalu dinyatakan tidak sah oleh Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada 12 Juni 2006. Bidang politik Sebagai presiden Indonesia selama lebih dari 30 tahun, Soeharto telah banyak memengaruhi sejarah Indonesia. Dengan pengambil alihan kekuasaan dari Soekarno, Soeharto dengan dukungan dari Amerika Serikat memberantas paham komunisme dan melarang pembentukan partai komunis. Dijadikannya Timor Timur sebagai provinsi ke-27 (saat itu) juga dilakukannya karena kekhawatirannya bahwa partai Fretilin (Frente Revolucinaria De Timor Leste Independente /partai yang berhaluan sosialis-komunis) akan berkuasa di sana bila dibiarkan merdeka. [Mei 2008] Hal ini telah mengakibatkan menelan ratusan ribu korban jiwa sipil.[Mei 2008] Sistem otoriter yang dijalankan Soeharto dalam masa pemerintahannya membuatnya populer dengan sebutan “Bapak”, yang pada jangka panjangnya menyebabkan pengambilan keputusan-keputusan di DPR kala itu disebut secara konotatif oleh masyarakat Indonesia sebagai sistem “ABS” atau “Asal Bapak Senang”. Bidang kesehatan Untuk mengendalikan jumlah penduduk Indonesia, Soeharto memulai kampanye Keluarga Berencana yang menganjurkan setiap pasangan untuk memiliki secukupnya 2 anak. Hal ini dilakukan untuk menghindari ledakan penduduk yang nantinya dapat mengakibatkan berbagai masalah, mulai dari kelaparan, penyakit sampai kerusakan lingkungan hidup. Bidang pendidikan Dalam bidang pendidikan Soeharto mempelopori proyek Wajib Belajar yang bertujuan meningkatkan rata-rata taraf tamatan sekolah anak Indonesia. Pada awalnya, proyek ini membebaskan murid pendidikan dasar dari uang sekolah (Sumbangan Pembiayaan Pendidikan) sehingga anak-anak dari keluarga miskin juga dapat bersekolah. Hal ini kemudian dikembangkan menjadi Wajib Belajar 9 tahun. Kematian Pada Tanggal 27 Januari 2008 Pukul 13.10 WIB, Soeharto meninggal dunia di Rumah Sakit Pusat Pertamina Jakarta. Kemudian sekitar pukul 14.35, jenazah mantan Presiden Soeharto diberangkatkan dari RSPP menuju kediaman di Jalan Cendana nomor 8, Menteng, Jakarta[11]. Ambulan yang mengusung jenazah Pak Harto diiringi sejumlah kendaraan keluarga dan kerabat serta pengawal. Sejumlah wartawan merangsek mendekat ketika iring-iringan kendaraan itu bergerak menuju Jalan Cendana, mengakibatkan seorang wartawati televisi tertabrak. Di sepanjang jalan Tanjung dan Jalan Cendana ribuan masyarakat menyambut kedatangan iringan kendaraan yang membawa jenazah Pak Harto. Rangkaian kendaraan yang membawa jenazah mantan Presiden Soeharto memasuki Jalan Cendana, sekitar pukul 14.55, Minggu (27/1). Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono didampingi Wakil Presiden Jusuf Kalla dan beberapa menteri yang tengah mengikuti rapat kabinet terbatas tentang ketahanan pangan, menyempatkan mengadakan jumpa pers selama 3 menit dan 28 detik di Kantor Presiden, Jakarta, Minggu (27/1). Presiden menyampaikan belasungkawa yang mendalam atas wafatnya mantan Presiden RI Kedua Haji Muhammad Soeharto. Minggu Sore pukul 16.00 WIB, Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Jusuf Kalla, lebih dulu melayat ke Cendana. Pemakaman Jenazah mantan presiden Soeharto diberangkatkan dari rumah duka di Jalan Cendana, Jakarta, Senin, 28 Januari 2008, pukul 07.30 WIB[12] menuju Bandara Halim Perdanakusuma. Selanjutnya jenazah akan diterbangkan dari Bandara Halim Perdanakusuma ke Solo pukul 10.00 WIB untuk kemudian dimakamkan di Astana Giri Bangun, Solo, Senin (28/1). Jenazah tiba di Astana Giri Bangun siang itu sebelum pukul 12.00 WIB. Almarhum diturunkan ke liang lahad pada pukul 12.15 WIB[13] bersamaan dengan berkumandangnya adzan dzuhur. Almarhum sudah berada di liang lahat siang itu pukul 12.17 WIB. Upacara pemakaman Soeharto tersebut dipimpin oleh inspektur upacara Susilo Bambang Yudhoyono. “Two former strongmen, Soeharto-Lee Kuan Yew meet again”. ANTARA. 22 February 2006. Diakses 22 February 2006.[pranala nonaktif] “Army in Jakarta Imposes a Ban on Communists”. The New York Times. 19 October 1965. Benedict R. Anderson en Ruth T.McVey, A Preliminary Analysis of the 1 October 1965 Coup in Indonesia (Cornell University, 1971). Aspinall, Ed (October–December 1996). “What happened before the riots?”. Inside Indonesia. “Attorney general doubts Soeharto can be prosecuted”. The Jakarta Post. 27 May 2005. Blum, William (1995). Killing Hope: US Military and CIA Interventions Since World War II. Monroe, Me.: Common Courage Press. ISBN 1-56751-052-3. Camdessus Commends Indonesian Actions. Press Release. International Monetary Fund. (31 October 1997) “CIA Stalling State Department Histories”. The National Security Archive. Diakses 23 May 2005. Colmey, John (24 May 1999). “The Family Firm”. TIME Asia. Robert Cribb, “Genocide in Indonesia,1965–1966”. Journal of Genocide Research no.2:219–239, 2001. Elson, Robert E. (2001). Suharto: A Political Biography. Cambridge, United Kingdom: Cambridge University Press. ISBN 0-521-77326-1. Friend, Theodore (2003). Indonesian Destinies. The Belknap Press of Harvard University Press. ISBN 0-674-01834-6. “H.AMDT.647 (A003): An amendment to prohibit any funds appropriated in the bill to be used for military education and training assistance to Indonesia”. THOMAS (Library of Congress). Diakses 4 February 2006. “Indonesia: Arrests, torture and intimidation: The Government’s response to its critics”. Amnesty International. 27 November 1996.[pranala nonaktif] “Indonesia Economic”. Commanding Heights. Diakses 23 May 2005. “Jakarta Cabinet Faces Challenge”. The New York Times. 16 December 1965. “Jakarta Leftist Out As Army Chief” New York Times 15 October 1965 Koerner, Brendan (26 March 2004). “How Did Suharto Steal $35 Billion? Cronyism 101”. Slate. Diakses 4 February 2006. “Jakarta Cabinet Faces Challenge”. The New York Times. 16 December 1965. Lashmar, Paul and Oliver, James (16 April 2000). “MI6 Spread Lies to Put Killer in Power”. The Independent (UK). Lashmar, Paul; Oliver, James (1999). Britain’s Secret Propaganda War. Sutton Pub Ltd. ISBN 0-7509-1668-0. McDonald, H., Suharto’s Indonesia, Fontana Books, 1980, Blackburn, Australia, ISBN 0-00-635721-0 “Public Expenditures, Prices and the Poor”. World Bank. 1993. Ricklefs, M.C. 1991. A History of Modern Indonesia since c.1300. 2nd Edition, Stanford: Stanford University Press. ISBN 0-333-57690-X John Roosa, Pretext for Mass Murder, The 30 September Movement & Suharto’s Coup D’état. The University of Wisconson Press, 2006. ISBN 978-0-299-22034-1. Simpson, Brad (9 July 2004). “Indonesia’s 1969 Takeover of West Papua Not by “Free Choice””. National Security Archive. Schwarz, A. (1994). A Nation in Waiting: Indonesia in the 1990s. Westview Press. ISBN 1-86373-635-2. “Suharto tops corruption rankings”. BBC News. 25 March 2004. Diakses 4 February 2006. “Sukarno Removes His Defense Chief” New York Times 22 February 1966 “Tapol Troubles: When Will They End?”. Inside Indonesia. April–June 1999. Toer, Pramoedya Ananta (2000). The Mute’s Soliloquy: A Memoir. Penguin. ISBN 0-14-028904-6. “United Nations High Commission on Human Rights resolution 1993/97: Situation in East Timor”. United Nations. Diakses 4 February 2006. Legacy of Ashes: The History of the CIA, Tim Weiner. Doubleday, New York 2007 (ISBN 978-3-596-17865-0), chapter 15, CIA and Indonesia. Whose Plot?-New light on the 1965 Events, Journal of Contemporary Asia 9, no.2 (1979):197–215. Referensi ^ Berger, Marilyn (28 January 2008). “Suharto Dies at 86; Indonesian Dictator Brought Order and Bloodshed”. The New York Times. Diakses 30 January 2008. ^ Ricklefs (1991), p. 288; Friend (2003), p. 113; Vickers (2005), p. 159; Robert Cribb (2002). “Unresolved Problems in the Indonesian Killings of 1965-1966”. Asian Survey 42 (4): 550– 563. ^ Friend (2003), pages 107–109; Chris Hilton (writer and director). (2001). Shadowplay Television documentary. Vagabond Films and Hilton Cordell Productions.; Ricklefs (1991), pages 280–283, 284, 287–290 ^ Miguel, Edward; Paul Gertler, David I. Levine (January 2005). “Does Social Capital Promote Industrialization? Evidence from a Rapid Industrializer”. Econometrics Softare Laboratory, University of California, Berkeley. ^ McDonald, Hamish (28 January 2008). “No End to Ambition”. Sydney Morning Herald. ^ Commission for Reception, Truth and Reconciliation in East Timor Benetech Human Rights Data Analysis Group (9 February 2006). “The Profile of Human Rights Violations in TimorLeste, 1974–1999”. A Report to the Commission on Reception, Truth and Reconciliation of Timor-Leste. Human Rights Data Analysis Group (HRDAG). ^ “Suharto tops corruption rankings”. BBC News. 25 March 2004. Diakses 4 February 2006. ^ estimates of government funds misappropriated by the Suharto family range from US$1.5 billion and US,5 billion.(Ignatius, Adi (11 September 2007). “Mulls Indonesia Court Ruling”. Time. Diakses 9 August 2009.); Haskin, Colin, “Suharto dead at 86”, The Globe and Mail, 27 January 2008 ^ Misteri Kemelut 1998 ^ “Suharto tops corruption rankings”. news.bbc.co.uk. 2004-03-25. Diakses 2009-02-05. ^ “Jenazah Pak Harto Dibawa ke Cendana”. detik.com. 2008-01-27. Diakses 2009-02-05. ^ “Pukul 07.30 WIB, Jenazah Soeharto Tinggalkan Cendana”. detik.com. 2008-01-27. Diakses 2009-02-05. ^ “Jenazah Pak Harto Dimasukkan ke Liang Lahat”. detik.com. 2008-01-27. Diakses 2009-02-05. Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Soeharto Wikidata: Suharto Mamiek (anak) • Prabowo (mantu) Generasi ke-3 Dandy Nugroho Hendro Maryanto (cucu) • Danty Indriastuti Purnamasari (cucu) • Danny Bimo Hendro Utomo (cucu) • Eno Sigit (cucu) • Fahmi David (cucu mantu) • Ari Sigit (cucu) • Panji (cucu) • Khirani Siti Hartina Trihatmodjo (cucu) • Dharma Mangkuluhur (cucu) • Gayanti Hutami (cucu) • Didiet Prabowo (cucu) Generasi ke-4 Jibrilian Amel (cicit) • Putri Sigit (cicit) http://www.wikipedia.org (http://www.wikipedia.org) Di copy oleh :
(https://aditya25u.files.wordpress.com/2014/04/wpid-wp-139855827135811.jpg) Article by contributors like you Provided under CC BY-SA 3.0 Terms of Use | Privacy Policy Posted from WordPress for Android
Report this ad
Report this ad Posted in Uncategorized
Leave a comment
Restorasi Meiji APR 28 Posted by AdityaZu Sejarah Jepang
(https://aditya25u.files.wordpress.com/2014/04/wpid-wp-13985582713581.jpg) Paleolitik Jepang 35.000–14.000 SM Zaman Jomon 14.000–400 SM Zaman Yayoi 400 SM–250 M Zaman Kofun 250–538 Zaman Asuka 538–710 Zaman Nara 710–794 Zaman Heian 794–1185 Zaman Kamakura 1185–1333 Restorasi Kemmu 1333–1336 Zaman Muromachi (Ashikaga) 1336–1573 Istana Utara dan Selatan 1336–1392 Zaman Sengoku 1467–1573 Zaman Azuchi-Momoyama 1568–1603 Perdagangan dengan Nanban Zaman Edo (Tokugawa) 1603–1868 Bakumatsu Zaman Meiji 1868–1912 Restorasi Meiji Zaman Taishō 1912–1926 Perang Dunia I Zaman Shōwa 1926–1989 Militerisme Jepang Pendudukan Sekutu Jepang pascapendudukan Heisei 1989–sekarang Kekaisaran Jepang (1868–1945) Sejarah ekonomi Mata uang Sejarah pendidikan Sejarah militer Sejarah angkatan laut Daftar istilah Kotak ini: lihat bicara sunting Restorasi Meiji ( Meiji-ishin?), dikenal juga dengan sebutan Meiji Ishin, Revolusi Meiji, atau Pembaruan Meiji, adalah serangkaian kejadian yang berpuncak pada pengembalian kekuasaan di Jepang kepada Kaisar pada tahun 1868. Restorasi ini menyebabkan perubahan besar-besaran pada struktur politik dan sosial Jepang, dan berlanjut hingga zaman Edo (sering juga disebut Akhir Keshogunan Tokugawa) dan awal zaman Meiji. Restorasi Meiji terjadi pada tahun 1866 sampai 1869, tiga tahun yang mencakup akhir zaman Edo dan awal zaman Meiji. Restorasi ini diakibatkan oleh Perjanjian Shimoda dan Perjanjian Towsen Harris yang dilakukan oleh Komodor Matthew Perry dari Amerika Serikat. Aliansi Sat-cho melawan keshogunan Pembentukan [[Aliansi antara pemimpin Domain Satsuma dan Kido Takayoshi pemimpin Domain Choshu merupakan titik awal restorasi Meiji. Keduanya mendukung Kaisar Kōmei (ayah Kaisar Meiji). Aliansi ini dicetuskan oleh Sakamoto Ryoma, dengan tujuan melawan Keshogunan Tokugawa dan mengembalikan kekuasaan kepada Kaisar. Pada 3 Februari 1867, Kaisar Meiji naik tahta setelah wafatnya Kaisar Kōmei pada 30 Januari 1867. Semasa Restorasi Meiji, feodalisme Jepang secara perlahan-lahan digantikan oleh ekonomi pasar dan menjadikan Jepang sebagai negara yang dipengaruhi negara-negara Barat hingga kini. Berakhirnya keshogunan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bakumatsu Keshogunan Tokugawa secara resmi berakhir pada 9 November 1867 ketika Shogun Tokugawa ke-15, Tokugawa Yoshinobu “menyerahkan kekuasaan prerogatifnya kepada Kaisar”. Sepuluh hari kemudian Yoshinobu mengundurkan diri dari jabatannya sebagai kepala negara. Peristiwa ini merupakan titik awal “restorasi” kekuasaan kaisar (Taisei Hōkan), meskipun Yoshinobu masih tetap memiliki kekuasaan yang signifikan. Tidak lama kemudian pada Januari 1868, pecah Perang Boshin (Perang Tahun Naga) yang diawali dengan Pertempuran Toba-Fushimi. Dalam pertempuran itu, tentara Domain Choshu dan tentara Domain Satsuma mengalahkan tentara mantan keshogunan. Kekalahan tersebut memungkinkan Kaisar Meiji mencopot semua kekuasaan yang dimiliki Yoshinobu, dan restorasi secara resmi dapat dimulai. Pada 3 Januari 1869, Kaisar mengeluarkan deklarasi formal tentang pengembalian kekuasaan ke tangannya: Kaisar Jepang mengumumkan kepada semua kepala negara dari negara-negara asing beserta tundukan mereka bahwa izin telah diberikan kepada Shogun Tokugawa Yoshinobu untuk mengembalikan kekuasaan pemerintah sesuai dengan permintaannya sendiri. Mulai saat ini kami akan melaksanakan kekuasaan tertinggi untuk urusan-urusan dalam dan luar negeri dari negara ini. Maka dari itu, semua penyebutan Taikun dalam perjanjian-perjanjian yang telah dibuat harus diganti dengan perkataan Kaisar. Para pejabat sedang ditunjuk oleh kami untuk melaksanakan urusan-urusan luar negeri. Perwakilan-perwakilan dari negara-negara penandatangan traktat hendaknya memaklumi pengumuman ini. —3 Januari 1869 Mutsuhito, [1] Sejumlah petinggi keshogunan mengajak tentaranya melarikan diri ke Hokkaido, dan mencoba mendirikan negara merdeka bernama Republik Ezo. Namun tentara yang setia kepada kekaisaran mengakhiri upaya mereka dalam Pertempuran Hakodate di Hokkaido, Mei 1869. Kekalahan tentara mantan keshogunan yang dipimpin oleh Enomoto Takeaki dan Hijikata Toshizō menandai tamatnya Keshogunan Tokugawa dan pemulihan sepenuhnya kekuasaan di tangan Kaisar. Penyebab Kaisar Meiji yang masih muda bertemu dengan perwakilan negara-negara asing pada akhir Perang Boshin, 1868-1870 . Penyebab Restorasi Meiji begitu banyak. Jepang baru menyadari betapa terkebelakangnya mereka dibandingkan negara-negara lainnya di dunia setelah datangnya Komodor Amerika Serikat Matthew C. Perry yang memaksa Jepang membuka pelabuhan-pelabuhan untuk kapal-kapal asing yang ingin berdagang. Komodor Perry datang ke Jepang menaiki kapal super besar yang dilengkapi persenjataan dan teknologi yang jauh lebih superior dibandingkan milik Jepang saat itu. Para pemimpin Restorasi Meiji bertindak atas nama pemulihan kekuasaan kaisar untuk memperkuat Jepang terhadap ancaman kekuatan-kekuatan kolonial waktu itu. Kata Meiji berarti kekuasaan pencerahan dan pemerintah waktu itu bertujuan menggabungkan “kemajuan Barat” dengan nilai-nilai “Timur” tradisional.[2] Para pemimpin utama, pembantu kaisar pada waktu itu di antaranya: Itō Hirobumi, Matsukata Masayoshi, Kido Takayoshi, Itagaki Taisuke, Yamagata Aritomo, Mōri Arinori, Ōkubo Toshimichi, and Yamaguchi Naoyoshi. Meskipun secara resmi kekuasaan negara berada di tangan kaisar, kekuatan politik hanya bergeser dari Keshogunan Tokugawa ke sebuah oligarki. Sebagian besar kekuasaan berada di tangan pemimpin elite dari Provinsi Satsuma (Ōkubo Toshimichi, Saigō Takamori) dan Provinsi Chōshū (Itō Hirobumi, Yamagata Aritomo, dan Kido Takayoshi). Mereka mempertahankan praktik-praktik kekuasaan kaisar yang lebih tradisional, dan menempatkan Kaisar Jepang sebagai satu-satunya otoritas spiritual negeri dan para menteri yang memerintah atas nama kaisar. Dampak Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zaman Meiji, Pemerintah Meiji, Konstitusi Meiji, dan Penghapusan sistem domain Alegori perkelahian antara paham baru melawan paham lama. Lukisan awal zaman Meiji, sekitar tahun 1870. Restorasi Meiji mengakselerasi industrialisasi di Jepang yang dijadikan modal untuk kebangkitan Jepang sebagai kekuatan militer pada tahun 1905 di bawah slogan “Negara Makmur, Militer Kuat” ( fukoku kyōhei?) Pemerintah Oligarki Meiji yang bertindak atas nama kekuasaan kaisar memperkenalkan upaya-upaya mengonsolidasi kekuasaan untuk menghadapi sisa-sisa pemerintahan zaman Edo, keshogunan, daimyo, dan kelas samurai. Pada tahun 1868, semua tanah feodal milik Keshogunan Tokugawa disita dan dialihkan di bawah “kendali kekaisaran”. Tindakan ini sekaligus menempatkan mereka di bawah kekuasaan pemerintahan baru Meiji. Pada tahun 1869, daimyo Domain Tosa, Domain Hizen, Domain Satsuma, dan Domain Chōshū yang telah berjasa melawan kekuasaan keshogunan, dibujuk untuk mau “mengembalikan domain mereka kepada kaisar.” Daimyo lainnya juga selanjutnya diperintahkan untuk melakukan hal yang sama. Dengan adanya penghapusan wilayah domain, maka untuk pertama kalinya tercipta pemerintahan Jepang yang terpusat dan berkuasa di semua wilayah negeri. Pada tahun 1871, semua daimyo dan mantan daimyo dipanggil untuk menghadap kaisar untuk menerima perintah pengembalian semua domain kepada kaisar. Sekitar 300 domain (han) diubah bentuknya menjadi prefektur yang dipimpin oleh gubernur yang ditunjuk oleh negara. Pada tahun 1888, beberapa prefektur telah berhasil dilebur menjadi satu sehingga jumlah prefektur menciut menjadi 75 prefektur. Kepada mantan daimyo, pemerintah berjanji untuk menggaji mereka sebesar 1/10 dari pendapatan bekas wilayah mereka sebagai penghasilan pribadi. Selanjutnya, utang-utang mereka berikut pembayaran gaji serta tunjangan untuk samurai diambil alih oleh negara. Referensi ^ Dikutip dan diterjemahkan oleh Sir Ernest Satow dalam buku “A Diplomat In Japan”, p.353, ISBN 9781933330167 ^ Hunt, Lynn, Thomas R. Martin, Barbara H. Rosenwein, R. Po-chia Hsia et al.. The Making of the West, Peoples and Cultures. Vol. C. 3rd ed. Boston: Bedford/ St. Martin’s, 2009. 712-13. Bacaan selanjutnya Akamatsu, Paul (1972). Meiji 1868: Revolution and Counter-Revolution in Japan. New York: Harper & Row. hlm. 1247. Beasley, William G., . (1972). The Meiji Restoration. Stanford: Stanford University Press. Beasley, William G. (1995). The Rise of Modern Japan: Political, Economic and Social Change Since 1850. New York: St. Martin’s Press. Craig, Albert M. (1961). Chōshū in the Meiji Restoration. Cambridge: Harvard University Press. Jansen, Marius B.; Gilbert Rozman, eds. (1986). Japan in Transition: From Tokugawa to Meiji. Princeton: Princeton University Press. Jansen, Marius B. (2000). The Making of Modern Japan. Cambridge: Harvard University Press. Murphey, Rhoads (1997). East Asia: A New History. New York: Addison Wesley Longman. Satow, Ernest Mason. A Diplomat in Japan. ISBN 4-925080-28-8. Wall, Rachel F. (1971). Japan’s Century: An Interpretation of Japanese History since the Eighteen-fifties. London: The Historical Association. Breen, John, ‘The Imperial Oath of April 1868: ritual, power and politics in Restoration Japan’, Monumenta Nipponica,51,4 (1996) Francisco Barberan & Rafael Domingo Osle, Codigo civil japones. Estudio preliminar, traduccion y notas (2 ed. Thomsons Aranzadi, 2006). Harry D. Harootunian, Toward Restoration (Berkeley: University of California Press, 1970), “Introduction”, pp 1 – 46; on Yoshida: chapter IV “The Culture of Action – Yoshida Shōin”, pp 184 – 219). Najita Tetsuo, The Intellectual Foundations of Modern Japanese Politics (Chicago & London: University of Chicago Press), chapter 3: “Restorationism in Late Tokugawa”, pp 43 – 68. H. Van Straelen, Yoshida Shōin, Forerunner of the Meiji Restoration: A Biographical Study (Leiden: E. J. Brill, 1952). David M. Earl, Emperor and Nation in Japan (Seattle: University of Washington Press, 1972), on Yoshida: “Attitude toward the Emperor/Nation”, pp 161 – 192. Also pp. 82 – 105. Marius B Jansen, Sakamoto Ryōma and the Meiji Restoration (New York: Columbia University Press, 1994) especially chapter VIII: “Restoration”, pp 312 – 346. W. G. Beasley, The Meiji Restoration (Stanford, California: Stanford University Press, 1972), especially chapter VI: “Dissenting Samurai”, pp 140 – 171. Conrad Totman, “From Reformism to Transformism, bakufu Policy 1853–1868”, in: T. Najita & V. J. Koshmann, Conflict in Modern Japanese History (New Jersay: Princeton University Press, 1988), pp. 62 – 80. Jansen, Marius B.: The Meiji Restoration, in: Jansen, Marius B. (ed.): The Cambridge history of Japan, Volume 5: The nineteenth century (New York: Cambridge UP, 1989), pp. 308–366. Pranala luar (Inggris) Tokugawa Period’s Influence on Meiji Restoration (Inggris) Contoh-contoh arsitektur zaman Meiji (Inggris) Era Restorasi Meiji http://en.wikipedia.org (http://en.wikipedia.org) Provided under CC BY-SA 3.0 Terms of Use | Privacy Policy Posted from WordPress for Android Posted in Uncategorized
Leave a comment
Yayan aditya sulaeman APR 27 Posted by AdityaZu
(https://aditya25u.files.wordpress.com/2014/04/wpid-wp-1398558271358.jpg) Salam damai sejahtera.. Untuk semuanya Terimakasih ku ucap Untuk Ibu,mamah ayah serta bapak,semoga kalian diberkahi rahmat serta sehat jasmani dan rohani. Untuk semua para guru yang telah mendidik mengajarkan serta memberi nasehat dan memotivasi ku sampai saat sekarang ini. Terima kasih juga buat sobat kakak teman dan adik2 ku yang telah menghibur serta berbagi rizqi ilmu beserta pengalaman yang sampai saat ini tidak bisa aku lupakan. Salam kangen untuk anakku tercinta Aditya Sulaeman yang jauh disana,maaf aku tidak bisa dekat denganmu,aku bukan orang tua yang pantas untuk mendidik serta merawatmu.semoga kamu(adit),diberi ilmu kesehatan serta guru dan kawan yang baik oleh yang maha Kuasa,jaga ibumu dan ayahmu yang baru,jangan nakal ya..ok!! zbhlnx Sun,27-4-2014 Posted from WordPress for Android Posted in Uncategorized
Leave a comment
PBB APR 27 Posted by AdityaZu Bendera Peta yang menunjukkan anggota PBB Peta ini tidak mewakili pandangan PBB atau anggota-anggotanya mengenai status hukum suatu negara,[1] dan tidak juga menggambarkan secara akurat pemerintahan wilayah yang memiliki perwakilan PBB. Markas besar Wilayah internasional di New York City Bahasa resmi Arab, Tionghoa, Inggris, Perancis, Rusia, Spanyol Keanggotaan 193 negara anggota Pemimpin – Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon – Deputi Sekretaris Jenderal Jan Eliasson – Presiden Majelis Umum Vuk Jeremić – Presiden Dewan Keamanan Peter Wittig Pendirian – Penandatanganan Piagam PBB 26 Juni 1945 – Penerapan Piagam 24 Oktober 1945 Situs web resmi UN.org Perserikatan Bangsa-Bangsa atau biasa disingkat PBB (bahasa Inggris: United Nations atau disingkat UN) adalah sebuah organisasi internasional yang anggotanya hampir seluruh negara di dunia. Lembaga ini dibentuk untuk memfasilitasi dalam hukum internasional, keamanan internasional, pengembangan ekonomi, perlindungan sosial, hak asasi dan pencapaian perdamaian dunia. Perserikatan Bangsa-bangsa didirikan di San Francisco pada 24 Oktober 1945 setelah Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, DC[2], namun Sidang Umum yang pertama – dihadiri wakil dari 51 negara – baru berlangsung pada 10 Januari 1946 (di Church House, London). Dari 1919 hingga 1946, terdapat sebuah organisasi yang mirip, bernama Liga Bangsa-Bangsa, yang bisa dianggap sebagai pendahulu PBB. Sejak didirikan pada tahun 1945 hingga 2011, sudah ada 193 negara yang bergabung menjadi anggota PBB, termasuk semua negara yang menyatakan kemerdekaannya masing-masing dan diakui kedaulatannya secara internasional, kecuali Vatikan.[3] Selain negara anggota, beberapa organisasi internasional dan organisasi antar-negara mendapat tempat sebagai pengamat permanen yang mempunyai kantor di Markas Besar PBB, dan ada juga yang hanya berstatus sebagai pengamat [4].Palestina dan Vatikan adalah negara bukan anggota (non-member states) dan termasuk pengamat permanen (Tahta Suci mempunyai wakil permanen di PBB, sedangkan Palestina mempunyai kantor permanen di PBB)[5] Sekretaris Jenderal PBB saat ini adalah Ban Ki-moon asal Korea Selatan yang menjabat sejak 1 Januari 2007 , menggantikan Sekretaris Jendral terdahulu, yaitu Kofi Annan dari Ghana. [6] Organisasi ini memiliki enam organ utama [7]: Majelis Umum (majelis musyawarah utama)[8],Dewan Keamanan (untuk memutuskan resolusi tertentu untuk perdamaian dan keamanan),Dewan Ekonomi dan Sosial (untuk membantu dalam mempromosikan kerjasama ekonomi, sosial internasional dan pembangunan)[9], Sekretariat (untuk menyediakan studi, informasi dan fasilitas yang diperlukan oleh PBB)[10], Mahkamah Internasional (organ peradilan primer), Dewan Perwalian (yang saat ini tidak aktif).[11] Instansi Sistem PBB lainnya yang menonjol termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Program Pangan Dunia (WFP) dan Dana Anak-anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF). Tokoh masyrakat PBB yang paling terkenal mungkin adalah Sekretaris Jenderal PBB, saat ini Ban Ki-moon dari Korea Selatan, yang mengambil jabatan itu pada tahun 2007, menggantikan Kofi Annan. Organisasi ini didanai dari sumbangan yang ditaksir dan sukarela dari negara-negara anggotanya, dan memiliki enam bahasa resmi: Arab, Tionghoa, Inggris, Perancis, Rusia, dan Spanyol[12] Sejarah Penandatanganan Piagam PBB di San Francisco, 1945. Liga Bangsa-Bangsa dianggap gagal mencegah meletusnya Perang Dunia II (1939-1945). Untuk mencegah meletusnya Perang Dunia Ketiga, yang mana tidak diinginkan oleh seluruh umat manusia, pada tahun 1945 PBB didirikan untuk menggantikan Liga Bangsa-Bangsa yang gagal dalam rangka untuk memelihara perdamaian internasional dan meningkatkan kerjasama dalam memecahkan masalah ekonomi, sosial dan kemanusiaan internasional. Rencana konkrit awal untuk organisasi dunia baru ini dimulai di bawah naungan Departemen Luar Negeri AS pada tahun 1939. Franklin D. Roosevelt dipercaya sebagai seorang yang pertama menciptakan istilah “United Nations” atau Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai istilah untuk menggambarkan negara-negara Sekutu. Istilah ini pertama kali secara resmi digunakan pada 1 Januari 1942, ketika 26 pemerintah menandatangani Piagam Atlantik, dimana masing-masing negara berjanji untuk melanjutkan usaha perang. Pada tanggal 25 April 1945, Konferensi PBB tentang Organisasi Internasional dimulai di San Francisco, dihadiri oleh 50 pemerintah dan sejumlah organisasi non-pemerintah yang terlibat dalam penyusunan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa. PBB resmi dibentuk pada 24 Oktober 1945 atas ratifikasi Piagam oleh lima anggota tetap Dewan Keamanan-Perancis, Republik Tiongkok, Uni Soviet, Inggris dan Amerika Serikat-dan mayoritas dari 46 anggota lainnya. Sidang Umum pertama, dengan 51 wakil negara, dan Dewan Keamanan, diadakan di Westminster Central Hall di London pada Januari 1946.[13] Kedudukan organisasi ini awalnya menggunakan bangunan milik Sperry Gyroscope Corporation di Lake Success, New York, mulai dari 1946 hingga 1952. Sampai gedung Markas Besar PBB di Manhattan telah selesai dibangun. Sejak pendiriannya, banyak kontroversi dan kritik tertuju pada PBB. Di Amerika Serikat, saingan awal PBB adalah John Birch Society, yang memulai kampanye “get US out of the UN” pada tahun 1959, dan menuduh bahwa tujuan PBB adalah mendirikan “One World Government” atau Pemerintah Seluruh Dunia. Setelah Perang Dunia Kedua berakhir, Komite Kemerdekaan Perancis terlambat diakui oleh AS sebagai pemerintah resmi Perancis, sehingga Perancis awalnya tidak diikutsertakan dalam konferensi yang membahas pembentukan PBB. Charles de Gaulle menyindir PBB dengan menyebutnya le machin (dalam bahasa Indonesia: “Si Itu”), dan merasa tidak yakin bahwa aliansi keamanan global akan membantu menjaga perdamaian dunia, dia lebih percaya pada perjanjian/pakta pertahanan antar negara secara langsung.[14] Dasar hukum pendirian Tak lama setelah berdirinya PBB mencari pengakuan sebagai badan hukum internasional supaya bisa menerima “Ganti Rugi Kepada PBB Atas Cidera yang Dideritanya”[15] dengan disertai pendapat dari Mahkamah Internasional (ICJ). Pertanyaan yang muncul adalah “Apakah PBB, sebagai organisasi, memiliki hak untuk meminta klaim internasional terhadap pemerintahan tertentu terkait cedera yang diderita oleh PBB, yang diduga telah disebabkan oleh negara/pemerintahan tersebut.” Pengadilan menyatakan: Organisasi ini (PBB) berniat melaksanakan hak dan kewajiban, dan pada kenyataannya memang mampu melaksanakan kewajiban dan menerima hak tertentu yang hanya mungkin dapat dijelaskan jika memiliki kapasitas kepribadian internasional yang besar dan mampu untuk beroperasi dalam ranah internasional. … Dengan demikian, Pengadilan telah sampai pada kesimpulan bahwa Organisasi ini (PBB) adalah Badan Hukum Internasional. Organisasi Sistem PBB berdasarkan lima organ utama (sebelumnya enam–Dewan Perwalian dihentikan operasinya pada tahun 1994, setelah kemerdekaan Palau, satu-satunya wilayah perwalian PBB yang tersisa)[16]; Majelis Umum, Dewan Keamanan, Dewan Ekonomi dan Dewan Sosial (ECOSOC), Sekretariat, dan Mahkamah Internasional. Lima dari enam organ utama Perserikatan Bangsa-Bangsa terletak di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa berkedudukan di wilayah internasional di kota New York. Mahkamah Internasional berkedudukan di Den Haag, sementara lembaga-lembaga besar lainnya berbasis di kantor PBB di Jenewa, Wina, dan Nairobi. Lembaga PBB lainnya tersebar di seluruh dunia. Enam bahasa resmi PBB, yang digunakan dalam pertemuan antar pemerintah dan pembuatan dokumen-dokumen, adalah Arab, Tionghoa, Inggris, Perancis, Rusia, dan Spanyol. Sekretariat dan Dewan Keamanan menggunakan dua bahasa kerja, bahasa Inggris dan Perancis, sedangkan Majelis Umum menggunakan tiga bahasa kerja, bahasa Inggris, Perancis dan Spanyol[17]. Empat dari bahasa resmi adalah bahasa nasional dari anggota tetap Dewan Keamanan (Britania Raya dan Amerika Serikat masing-masing menggukanan bahasa Inggris sebagai bahasa resmi secara de facto), Spanyol dan Arab adalah bahasa dari dua blok terbesar bahasa resmi di luar dari anggota permanen (Spanyol merupakan bahasa resmi di 20 negara, sedangkan Arab di 26). Lima dari bahasa resmi dipilih ketika PBB didirikan; Arab ditambahkan kemudian pada tahun 1973. Editorial PBB Manual menyatakan bahwa standar untuk dokumen-dokumen bahasa Inggris adalah menggunakan Bahasa Inggris dari Inggris (British-English) dalam Ejaan Oxford, standar penulisan Bahasa Tionghoa menggunakan Hanzi sederhana, sebelumnya menggunakan Hanzi tradisional sampai pada tahun 1971 ketika representasi PBB untuk “Tiongkok” berubah dari Republik Tiongkok ke Republik Rakyat Tiongkok. Majelis Umum Artikel utama untuk bagian ini adalah: Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Majelis Umum adalah majelis permusyawaratan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa. Terdiri dari semua negara anggota PBB, majelis bertemu setiap tahun di bawah pimpinan yang dipilih dari negara-negara anggota. Selama periode dua minggu awal setiap sesi, semua anggota memiliki kesempatan untuk berpidato di hadapan majelis. Biasanya Sekretaris Jenderal melakukan pidato pertama, diikuti oleh pimpinan dewan. Sidang pertama diadakan pada tanggal 10 Januari 1946 di Westminster Central Hall di London dan dihadiri oleh wakil dari 51 negara. Ketika Majelis Umum mengadakan pemilihan pada masalah-masalah penting, minimal diperlukan dua pertiga suara dari seluruh anggota yang hadir. Contoh masalah penting ini termasuk: rekomendasi tentang perdamaian dan keamanan; pemilihan anggota untuk badan PBB; pemasukan, suspensi, dan pengusiran anggota; dan hal-hal anggaran. Sedang masalah-masalah lain yang ditentukan cukup oleh suara mayoritas. Setiap negara anggota memiliki satu suara. Selain hal-hal persetujuan anggaran, resolusi tidak mengikat pada anggota. Majelis dapat membuat rekomendasi mengenai setiap masalah dalam lingkup PBB, kecuali masalah perdamaian dan keamanan yang berada di bawah pertimbangan Dewan Keamanan. Dapat dibayangkan, dengan struktur satu negara memiliki satu suara maka dapat terjadi negara-negara yang mewakili dari hanya delapan persen populasi mampu meloloskan resolusi dengan suara dua-pertiga (lihat Daftar negara menurut jumlah penduduk). Namun, karena resolusi ini tidak lebih dari sekedar rekomendasi, sulit dibayangkan situasi dimana ketika rekomendasi dari delapan persen populasi dunia akan diikuti oleh sembilan puluh dua persen lainnhya, jika mereka semua menolak resolusi tersebut. Dewan Keamanan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Ruangan Dewan Keamanan PBB Dewan Keamanan ditugaskan untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara.[18] Jika organ-organ lain dari PBB hanya bisa membuat ‘rekomendasi’ untuk pemerintah negara anggota, Dewan Keamanan memiliki kekuatan untuk membuat keputusan yang mengikat bahwa pemerintah negara anggota telah sepakat untuk melaksanakan, menurut ketentuan Piagam Pasal 25.[19] Keputusan Dewan dikenal sebagai Resolusi Dewan Keamanan PBB. Dewan Keamanan terdiri dari 15 negara anggota, yang terdiri dari 5 anggota tetap—Tiongkok, Prancis, Rusia, Inggris dan Amerika Serikat—dan 10 anggota tidak tetap, saat ini , Bosnia dan Herzegovina, Brasil, Kolombia, Gabon, Jepang, Jerman, India, Lebanon, Nigeria, Portugal, dan Afrika Selatan[20]. Lima anggota tetap memegang hak veto terhadap resolusi substantif tetapi tidak prosedural, dan memungkinkan anggota tetap untuk memblokir adopsi tetapi tidak berkuasa untuk memblokir perdebatan resolusi tidak dapat diterima untuk itu. Sepuluh kursi sementara diadakan selama dua tahun masa jabatan dengan negara-negara anggota dipilih oleh Majelis Umum secara regional. Presiden Dewan Keamanan diputar secara abjad setiap bulan. Sekretariat Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sekretariat Perserikatan Bangsa-Bangsa Gedung Sekretariat PBB di markas PBB di New York City. Sekretariat PBB dipimpin oleh seorang Sekretaris Jenderal PBB, dibantu oleh suatu staf pegawai sipil internasional dari seluruh dunia. Tugas utama seorang Sekretaris-Jenderal adalah menyediakan penelitian, informasi, dan fasilitas yang diperlukan oleh badan-badan PBB untuk pertemuan mereka. Dia juga membawa tugas seperti yang diperintahkan oleh Dewan Keamanan PBB, Majelis Umum PBB, Dewan Ekonomi dan Sosial PBB, dan badan PBB lainnya. Piagam PBB menjelaskan bahwa staf yang akan dipilih oleh penerapan “standar tertinggi efisiensi, kompetensi, dan integritas,” dengan memperhatikan pentingnya merekrut luas secara geografis. Piagam menetapkan bahwa staf tidak akan meminta atau menerima instruksi dari otoritas lain selain PBB. Setiap negara anggota PBB diperintahkan untuk menghormati karakter internasional dari Sekretariat dan tidak berusaha untuk memengaruhi para stafnya. Sekretaris Jenderal sendiri bertanggung jawab untuk pemilihan staf. Tugas Sekretaris-Jenderal termasuk membantu menyelesaikan sengketa internasional, administrasi operasi penjaga perdamaian, menyelenggarakan konperensi internasional, mengumpulkan informasi tentang pelaksanaan keputusan Dewan Keamanan, dan konsultasi dengan pemerintah anggota mengenai berbagai inisiatif. Sekretariat kunci kantor di daerah ini termasuk Kantor Koordinator Urusan Kemanusiaan dan Departemen Operasi Penjaga Perdamaian. Sekretaris-Jenderal dapat membawa kepada perhatian Dewan Keamanan setiap masalah yang, menurut nya, bisa mengancam perdamaian dan keamanan internasional. Sekretaris Jenderal Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sekretaris Jenderal PBB Sekretaris Jenderal saat ini, Ban Ki-moon dari Korea Selatan. Sekretariat dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB, yang bertindak sebagai juru bicara de facto dan pemimpin PBB. Sekretaris Jenderal saat ini Ban Ki-moon, yang mengambil alih dari Kofi Annan pada tahun 2007 dan akan memenuhi syarat untuk pengangkatan kembali ketika masa jabatan pertamanya berakhir pada tahun 2011.[21] Dibayangkan oleh Franklin D. Roosevelt sebagai “moderator dunia”, posisi ini ditetapkan dalam Piagam PBB sebagai “kepala pegawai administrasi” organisasi, [22] tetapi Piagam juga menyatakan bahwa Sekretaris Jenderal dapat membawa ke perhatian Dewan Keamanan “setiap masalah yang menurut pendapatnya dapat mengancam pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional”[23], memberikan ruang lingkup yang lebih besar untuk posisi aksi di panggung dunia. Posisi ini telah berkembang menjadi peran ganda dari administrator organisasi PBB, dan seorang diplomat dan mediator menangani yang sengketa antara negara-negara anggota dan menemukan konsensus dalam menangani isu-isu global. Sekretaris Jenderal diangkat oleh Majelis Umum, setelah direkomendasikan oleh Dewan Keamanan, setiap anggota yang dapat memveto[24], dan Majelis Umum secara teoritis dapat mengabaikan rekomendasi Dewan Keamanan jika suara mayoritas tidak tercapai, meskipun smapai sekarang hal ini tidak terjadi. Pada 1996, Dewan Keamanan mengadopsi seperangkat pedoman untuk proses seleksi yang dicetuskan oleh Duta Permanen Indonesia untuk PBB pada waktu itu, Nugroho Wisnumurti. Pedoman Wisnumurti (Wisnumurti Guidelines) telah mempengaruhi proses seleksi, termasuk penggunaan surat suara berkode warna untuk memilih kandidat [25]. Tidak ada kriteria khusus untuk jabatan tersebut, tetapi selama bertahun-tahun, telah diterima bahwa jabatan itu bisa dijabat untuk jangka satu atau dua dari lima tahun, dan akan diangkat pada dasar rotasi geografis, dan bahwa Sekretaris-Jenderal tidak berasal dari salah satu lima negara anggota tetap Dewan Keamanan.[26] Sekretaris-Jenderal PBB[27] No. Nama Asal negara Mulai menjabat Selesai menjabat Catatan 1 Trygve Lie Norwegia 2 Februari 1946 10 November 1952 Mundur 2 Dag Hammarskjöld Swedia 10 April 1953 18 September 1961 Meninggal sewaktu menjabat 3 U Thant Burma 30 November 1961 1 Januari 1972 Sekjen pertama dari Asia 4 Kurt Waldheim Austria 1 Januari 1972 1 Januari 1982 5 Javier Pérez de Cuéllar Peru 1 Januari 1982 1 January 1992 Sekjen pertama dari Amerika 6 Boutros Boutros-Ghali Mesir 1 Januari 1992 1 Januari 1997 Sekjen pertama dari Afrika 7 Kofi Annan Ghana 1 Januari 1997 1 Januari 2007 8 Ban Ki-moon Korea Selatan 1 Januari 2007 Petahana Mahkamah Internasional Istana Perdamaian, markas Mahkamah Internasional di Den Haag, Belanda. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Mahkamah Internasional Pengadilan Internasional (ICJ), yang terletak di Den Haag, Belanda, adalah badan peradilan utama Perserikatan Bangsa-Bangsa. Didirikan pada tahun 1945 oleh Piagam PBB, Pengadilan mulai bekerja pada tahun 1946 sebagai penerus ke Mahkamah Tetap Kehakiman Internasional. Statuta Mahkamah Internasional, mirip dengan pendahulunya, adalah dokumen utama yang merupakan konstitusional dan mengatur Pengadilan. Hal ini didasarkan di Istana Perdamaian di Den Haag, Belanda, berbagi gedung dengan Akademi Hukum Internasional Den Haag, pusat swasta untuk studi hukum internasional. Beberapa saat hakim Pengadilan adalah baik alumni atau anggota fakultas mantan Academy. Tujuannya adalah untuk mengadili sengketa antara negara. Pengadilan telah mendengar kasus-kasus yang berkaitan dengan kejahatan perang, campur tangan negara ilegal dan pembersihan etnis, antara lain, dan terus untuk mendengar kasus-kasus. Sebuah pengadilan yang terkait, Mahkamah Pidana Internasional (ICC), mulai beroperasi pada tahun 2002 melalui diskusi internasional yang diprakarsai oleh Majelis Umum. Ini adalah pengadilan internasional pertama tetap dikenakan dengan mencoba mereka yang melakukan kejahatan yang paling serius di bawah hukum internasional, termasuk kejahatan perang dan genosida. ICC secara fungsional independen dari PBB dalam hal personel dan pendanaan, tetapi beberapa pertemuan badan ICC yang mengatur, Majelis Negara Pihak pada Statuta Roma, diadakan di PBB. Ada “hubungan perjanjian” antara ICC dan PBB yang mengatur bagaimana kedua lembaga menganggap satu sama lain secara sah. Dewan Ekonomi dan Sosial Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa Dewan Ekonomi dan Sosial (ECOSOC) membantu Majelis Umum dalam mempromosikan kerjasama ekonomi dan sosial internasional dan pembangunan. ECOSOC memiliki 54 anggota, yang semuanya dipilih oleh Majelis Umum untuk masa jabatan tiga tahun. Presiden dipilih untuk jangka waktu satu tahun dan dipilah di antara kekuatan kecil atau menengah yang berada di ECOSOC. ECOSOC bertemu sekali setahun pada bulan Juli untuk sesi empat minggu. Sejak tahun 1998, ia telah mengadakan pertemuan lain setiap bulan April dengan menteri keuangan yang menduduki komite kunci dari Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF). Dilihat terpisah dari badan-badan khusus yang ia koordinasi, fungsi ECOSOC mencakup pengumpulan informasi, menasihati negara anggota, dan membuat rekomendasi. Selain itu, ECOSOC mempunyai posisi yang baik untuk memberikan koherensi kebijakan dan mengkoordinasikan fungsi tumpang tindih dari badan anak PBB dan dalam peran-peran inilah ECOSOC yang paling aktif. Lembaga khusus Ada banyak organisasi dan badan-badan PBB yang berfungsi untuk bekerja pada isu-isu tertentu. Beberapa lembaga yang paling terkenal adalah Badan Energi Atom Internasional, Organisasi Pangan dan Pertanian, UNESCO (Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa), Bank Dunia dan Organisasi Kesehatan Dunia. Hal ini melalui badan-badan PBB yang melakukan sebagian besar pekerjaan kemanusiaan. Contohnya termasuk program vaksinasi massal (melalui WHO), menghindari kelaparan dan gizi buruk (melalui karya WFP) dan perlindungan masyarakat rentan dan pengungsi (misalnya, oleh UNHCR). Piagam PBB menyatakan bahwa setiap organ utama PBB dapat membangun berbagai badan khusus untuk memenuhi tugasnya. Lembaga khusus PBB No. Akronim Bendera Lembaga Pusat Kepala Berdiri 1 FAO Organisasi Pangan dan Pertanian Roma, Italia José Graziano da Silva 1945 2 IAEA Badan Tenaga Atom Internasional Wina, Austria Yukiya Amano 1957 3 ICAO Organisasi Penerbangan Sipil Internasional Montreal, Kanada Raymond Benjamin 1947 4 IFAD Dana Internasional untuk Pengembangan Pertanian Roma, Italia Kanayo F. Nwanze 1977 5 ILO Organisasi Buruh Internasional Jenewa, Swiss Guy Ryder 1946 (1919) 6 IMO Organisasi Maritim Internasional London, Britania Raya Koji Sekimizu 1948 7 IMF Dana Moneter Internasional Washington, D.C., AS Christine Lagarde 1945 (1944) 8 ITU Uni Telekomunikasi Internasional Jenewa, Swiss Hamadoun Touré 1947 (1865) 9 UNESCO Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB Paris, Perancis Irina Bokova 1946 10 UNIDO Organisasi Pengembangan Industri Perserikatan Bangsa-Bangsa Wina, Austria Kandeh Yumkella 1967 11 UNWTO Organisasi Pariwisata Dunia Madrid, Spanyol Taleb Rifai 1974 12 UPU Kesatuan Pos Sedunia Bern, Swiss Edouard Dayan 1947 (1874) 13 WB Bank Dunia Washington, D.C., AS Jim Yong Kim 1945 (1944) 14 WFP Program Pangan Dunia Roma, Italia Ertharin Cousin 1963 15 WHO Organisasi Kesehatan Dunia Jenewa, Swiss Margaret Chan 1948 16 WIPO Organisasi Hak atas Kekayaan Intelektual Dunia Jenewa, Swiss Francis Gurry 1974 17 WMO Organisasi Meteorologi Dunia Jenewa, Swiss Alexander Bedritsky 1950 (1873) Negara anggota Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa Dengan penambahan Sudan Selatan pada tanggal 14 Juli 2011, saat ini ada 193 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa, termasuk semua negara yang menyatakan kemerdekaannya masing-masing dan diakui kedaulatannya secara internasional, kecuali Vatikan (Tahta Suci, yang memegang kedaulatan atas Vatikan, adalah pengamat permanen).[28] Piagam PBB menguraikan aturan untuk keanggotaan: Keanggotaan di PBB terbuka untuk semua negara cinta damai lainnya yang menerima kewajiban yang termuat dalam Piagam ini dan, menurut penilaian Organisasi, mampu dan mau melaksanakan kewajiban-kewajiban ini. Penerimaan dari negara tersebut kepada keanggotaan di PBB akan dipengaruhi oleh keputusan Majelis Umum atas rekomendasi Dewan Keamanan.[29] Kelompok 77 Kelompok 77 di PBB merupakan koalisi longgar dari negara-negara berkembang, yang dirancang untuk mempromosikan kepentingan kolektif ekonomi anggotanya dan menciptakan kemampuan bernegosiasi bersama di PBB yang disempurnakan. Ada 77 anggota pendiri organisasi, namun organisasi akhirnya diperluas menjadi 130 negara anggota. Kelompok ini didirikan pada tanggal 15 Juni 1964 oleh “Deklarasi Bersama Tujuh puluh Tujuh Negara” yang dikeluarkan pada Konferensi PBB tentang Perdagangan dan Pembangunan (UNCTAD). Pertemuan pertama dilaksanakan di Aljir pada tahun 1967, dimana Piagam Aljir diadopsi dan dasar untuk struktur kelembagaan permanen dimulai. Tujuan Lain Pemeliharaan perdamaian dan keamanan Misi penjaga perdamaian PBB sampai dengan tahun 2009. Biru tua menandakan misi yang sedang berlangsung, sedangkan biru muda menandakan misi yang lalu. PBB, setelah disetujui oleh Dewan Keamanan, mengirim pasukan penjaga perdamaian ke daerah dimana konflik bersenjata baru-baru ini berhenti atau berhenti sejenak untuk menegakkan persyaratan perjanjian perdamaian dan untuk mencegah pejuang dari kedua belah pihak melanjutkan permusuhan. Karena PBB tidak memelihara militer sendiri, pasukan perdamaian secara sukarela disediakan oleh negara-negara anggota PBB. Pasukan, juga disebut “Helm Biru”, yang menegakkan kesepakatan PBB, diberikan Medali PBB, yang dianggap dekorasi internasional bukan dekorasi militer. Pasukan penjaga perdamaian secara keseluruhan menerima Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun 1988.[30] Para pendiri PBB telah mempertimbangkan bahwa organisasi itu akan bertindak untuk mencegah konflik antara negara dan membuat perang pada masa depan tidak mungkin, namun pecahnya Perang Dingin membuat perjanjian perdamaian sangat sulit karena pembagian dunia ke dalam kamp-kamp yang bermusuhan. Menyusul akhir Perang Dingin, ada seruan baru bagi PBB untuk menjadi agen untuk mencapai perdamaian dunia, karena ada beberapa lusin konflik berkelanjutan yang terus berlangsung di seluruh dunia. Sebuah studi tahun 2005 oleh RAND Corp menyatakan PBB sukses di dua dari tiga upaya perdamaian. Ini dibandingkan dengan upaya pembangunan bangsa orang-orang dari Amerika Serikat, dan menemukan bahwa tujuh dari delapan kasus PBB damai, dibandingkan dengan empat dari delapan kasus AS damai[31]. Juga pada tahun 2005, Laporan Keamanan Manusia mendokumentasikan penurunan jumlah perang, genosida dan pelanggaran HAM sejak akhir Perang Dingin, dan bukti, meskipun tidak langsung, bahwa aktivisme internasional-kebanyakan dipelopori oleh PBB-telah menjadi penyebab utama penurunan konflik bersenjata sejak akhir Perang Dingin[32]. Situasi di mana PBB tidak hanya bertindak untuk menjaga perdamaian, tetapi juga kadang-kadang campur tangan termasuk Perang Korea (1950-1953), dan otorisasi intervensi di Irak setelah Perang Teluk Persia di 1990. PBB juga dikkritik untuk hal-hal yang dirasakan sebagai kegagalan. Dalam banyak kasus, negara-negara anggota telah menunjukkan keengganan untuk mencapai atau melaksanakan resolusi Dewan Keamanan, sebuah masalah yang berasal dari sifat PBB sebagai organisasi antar pemerintah—dilihat oleh beberapa orang sebagai hanya sebuah asosiasi dari 192 negara anggota yang harus mencapai konsensus, bukan sebuah organisasi independen. Perselisihan dalam Dewan Keamanan tentang aksi militer dan intervensi dipandang sebagai kegagalan untuk mencegah Genosida Rwanda 1994, gagal untuk menyediakan bantuan kemanusiaan dan campur tangan dalam Perang Kongo Kedua, gagal untuk campur tangan dalam pembantaian Srebrenica tahun 1995 dan melindungi pengungsi surga dengan mengesahkan pasukan penjaga perdamaian ke menggunakan kekuatan, kegagalan untuk memberikan makanan untuk orang kelaparan di Somalia, kegagalan untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan resolusi Dewan Keamanan yang berhubungan dengan konflik Israel-Palestina, dan terus gagal untuk mencegah genosida atau memberikan bantuan di Darfur. pasukan penjaga perdamaian PBB juga telah dituduh melakukan pemerkosaan anak, pelecehan seksual atau menggunakan pelacur selama misi penjaga perdamaian , dimulai pada tahun 2003, di Kongo[33], Haiti[34], Liberia, Sudan[35], Burundi dan Pantai Gading[36]. Pada tahun 2004, mantan Duta Besar Israel untuk PBB Dore Gold mengkritik apa yang disebutnya relativisme moral milik organisasi dalam menghadapi (dan sesekali mendukung) genosida dan terorisme yang terjadi di antara kejelasan moral antara periode pendirian dan hari ini. Gold juga khusus menyebutkan undangan Yasser Arafat tahun 1988 untuk berbicara dengan Majelis Umum sebagai titik yang rendah dalam sejarah PBB. Selain perdamaian, PBB juga aktif dalam mendorong perlucutan senjata. Peraturan persenjataan juga dimasukkan dalam penulisan Piagam PBB tahun 1945 dan dilihat sebagai cara untuk membatasi penggunaan sumber daya manusia dan ekonomi untuk menciptakan mereka[37]. Namun, munculnya senjata nuklir yang datang hanya beberapa minggu setelah penandatanganan piagam segera menghentikan konsep keterbatasan senjata dan perlucutan senjata, menghasilkan resolusi pertama dari pertemuan pertama Majelis Umum yang meminta proposal khusus untuk “penghapusan senjata atom dari persenjataan nasional dan semua senjata besar lainnya yang bisa digunakan sebagai pemusnah massal “[38]. Forum-forum utama untuk masalah perlucutan senjata adalah Komite Pertama Majelis Umum, Komisi Perlucutan Senjata PBB, dan Konferensi Perlucutan Senjata, dan pertimbangan telah dilakukan tentang manfaat larangan pengujian senjata nuklir, pengawasan senjata luar angkasa, pelarangan senjata kimia dan ranjau darat, perlucutan senjata nuklir dan senjata konvensional, zona bebas-senjata-nuklir, pengurangan anggaran militer, dan langkah-langkah untuk memperkuat keamanan internasional. PBB adalah salah satu pendukung resmi Forum Keamanan Dunia (World Security Forum), sebuah konferensi internasional besar tentang efek dari bencana global dan bencana, yang terjadi di Uni Emirat Arab, pada bulan Oktober 2008. Pada 5 November 2010 Ivor Ichikowitz, pendiri dan ketua eksekutif Paramount Group, mendukung seruan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon untuk dukungan, pelatihan dan peralatan yang lebih banyak untuk pasukan penjaga perdamaian Afrika. Ichikowitz mengatakan bahwa pasukan Uni Afrika harus mendapat dukungan yang sama dengan pasukan PBB.[39] Hak asasi manusia dan bantuan kemanusiaan Eleanor Roosevelt dengan Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia pada tahun 1949. Penegakan hak asasi manusia merupakan alasan utama untuk didirikannya PBB. Kekejaman dan genosida pada Perang Dunia II menyebabkan munculnya konsensus bahwa organisasi baru ini harus bekerja untuk mencegah tragedi serupa pada masa mendatang. Tujuan awal adalah menciptakan kerangka hukum untuk mempertimbangkan dan bertindak atas keluhan tentang pelanggaran hak asasi manusia. Piagam PBB mewajibkan semua negara anggota untuk mempromosikan “penghargaan universal bagi, dan kepatuhan terhadap, hak asasi manusia” dan mengambil “tindakan bersama dan terpisah” untuk itu. Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia, meskipun tidak mengikat secara hukum, diadopsi oleh Majelis Umum pada tahun 1948 sebagai satu standar umum keberhasilan untuk semua. Majelis secara teratur mengambil isu-isu hak asasi manusia. PBB dan lembaga-lembaganya adalah badan penting dalam menegakkan dan melaksanakan prinsip-prinsip yang diabadikan dalam Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia. Salah satu contoh adalah dukungan oleh PBB untuk negara-negara dalam transisi menuju demokrasi. Bantuan teknis dalam memberikan pemilu yang bebas dan adil, meningkatkan struktur peradilan, penyusunan konstitusi, pelatihan pejabat hak asasi manusia, dan mengubah gerakan bersenjata menjadi partai politik telah memberikan kontribusi signifikan terhadap demokratisasi di seluruh dunia. PBB telah membantu pemilihan berjalan di negara-negara dengan sedikit atau tanpa sejarah demokrasi, termasuk baru-baru ini di Afghanistan dan Timor Timur. PBB juga merupakan forum untuk mendukung hak perempuan untuk berpartisipasi secara penuh dalam kehidupan politik, ekonomi, dan sosial negara mereka. PBB memberikan kontribusi untuk meningkatkan kesadaran konsep hak asasi manusia melalui perjanjian dan perhatiannya terhadap pelanggaran yang spesifik melalui Majelis Umum, resolusi Dewan Keamanan resolusi, atau Mahkamah Internasional. Dewan Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa yang didirikan pada tahun 2006[40] bertujuan untuk mengatasi pelanggaran hak asasi manusia. Dewan adalah penerus Komisi Hak Asasi Manusia PBB, yang sering dikritik karena memberikan jabatan tinggi kepada negara-negara anggota yang tidak menjamin hak-hak asasi warga negara mereka sendiri.[41] Dewan ini memiliki 47 anggota didistribusikan secara wilayah, dengan masing-masing masa jabatan tiga tahun, dan tidak mungkin menjabat selama tiga kali berturut-turut.[42] Sebuah kandidat untuk Dewan Hak Asasi Manusia harus disetujui oleh mayoritas Majelis Umum. Selain itu, dewan memiliki aturan ketat untuk keanggotaan, termasuk peninjauan hak asasi manusia universal. Sementara beberapa anggota dengan catatan hak asasi manusia yang dipertanyakan telah dipilih, hal ini lebih sedikit dari sebelumnya dengan fokus peningkatan pada catatan hak asasi manusia masing-masing negara anggota.[43]
Hak beberapa 370 juta masyarakat adat di seluruh dunia juga merupakan suatu fokus untuk PBB, dengan Deklarasi tentang Hak-Hak Masyarakat Adat yang disetujui oleh Majelis Umum pada tahun 2007.[44] Deklarasi ini menguraikan hak-hak individu dan kolektif untuk budaya , bahasa, pendidikan, identitas, pekerjaan dan kesehatan, menyikapi isu-isu pasca-kolonial yang dihadapi masyarakat adat selama berabad-abad. Deklarasi tersebut bertujuan untuk mempertahankan, memperkuat dan mendorong pertumbuhan adat, budaya institusi dan tradisi. Deklarasi ini juga melarang diskriminasi terhadap masyarakat adat dan mendorong partisipasi aktif mereka dalam hal-hal yang menyangkut masa lalu, masa sekarang dan masa depan mereka.
Dalam hubungannya dengan organisasi lain seperti Palang Merah, PBB menyediakan makanan, air minum, tempat tinggal dan pelayanan kemanusiaan lainnya untuk orang-orang yang menderita kelaparan, pengungsi akibat perang, atau yang terkena bencana lainnya.[45] Cabang kemanusiaan utama dari PBB adalah Program Pangan Dunia (yang membantu pakan lebih dari 90 juta orang[46] di 73 negara[47]), kantor Komisaris Tinggi untuk Pengungsi dengan proyek-proyek di lebih dari 116 negara, serta proyek-proyek penjaga perdamaian di lebih dari 24 negara.[48] Sosial dan pembangunan ekonomi Sasaran Pembangunan Milenium memberantas kemiskinan ekstrim dan kelaparan; mencapai pendidikan dasar universal; mempromosikan kesetaraan gender dan memberdayakan perempuan; mengurangi angka kematian anak; meningkatkan kesehatan ibu; memerangi HIV / AIDS, malaria, dan penyakit lainnya; menjamin kelestarian lingkungan; dan mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. PBB terlibat dalam mendukung pembangunan, misalnya oleh perumusan Pembangunan Milenium. Badan Program Pembangunan (UNDP) adalah sumber multilateral terbesar untuk bantuan hibah teknis di dunia. Organisasi seperti Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), UNAIDS, dan Dana Global untuk Memerangi AIDS, Tuberkulosis dan Malaria merupakan lembaga pemimpin dalam pertempuran melawan penyakit di seluruh dunia, terutama di negara-negara miskin. Dana Kependudukan PBB merupakan penyedia utama layanan reproduksi. 32 agen PBB yang bertujuan untuk memajukan pembangunan mengkoordinasi usaha-usaha mereka lewat Kelompok Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNDG.[49] PBB juga mempromosikan pengembangan manusia melalui berbagai instansi terkait, terutama oleh UNDP. Kelompok Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF), misalnya, bersifat independen, dan merupakan badan khusus dan pengamat dalam kerangka PBB, menurut suatu perjanjian pada tahun 1947. Mereka awalnya dibentuk terpisah dari PBB melalui Perjanjian Bretton Woods tahun 1944. PBB setiap tahun menerbitkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), beberapa negara mengukur perbandingan peringkat oleh kemiskinan, melek huruf, pendidikan, harapan hidup, dan faktor lainnya. Sasaran Pembangunan Milenium adalah delapan tujuan yang telah disepakati seluruh negara anggota PBB untuk mencoba mencapai pada tahun 2015. Dideklarasikan pada Deklarasi Milenium PBB yang ditandatangani pada bulan September 2000. Mandat Dari waktu ke waktu, tubuh yang berbeda dari PBB mengeluarkan resolusi yang mengandung paragraf operasi yang dimulai dengan “permintaan” kata-kata, “menyerukan”, atau “mendorong”, yang Sekretaris Jenderal menafsirkan sebagai mandat untuk membentuk organisasi sementara atau melakukan sesuatu. Mandat ini bisa sesedikit meneliti dan menerbitkan laporan tertulis, atau mounting operasi pemeliharaan perdamaian besar-besaran (biasanya domain eksklusif Dewan Keamanan). Meskipun lembaga-lembaga khusus, seperti WHO, yang awalnya dibentuk oleh cara ini, mereka tidak sama dengan mandat karena mereka adalah organisasi permanen yang ada secara independen dari PBB dengan struktur keanggotaan mereka sendiri. Orang bisa mengatakan bahwa mandat asli hanya untuk menutupi proses pembentukan lembaga tersebut, dan oleh karenanya lama kadaluarsa. Sebagian besar mandat berakhir setelah jangka waktu yang terbatas dan membutuhkan perpanjangan dari tubuh, yang mengaturnya. Salah satu hasil dari KTT Dunia 2005 adalah mandat (berlabel id 17171) untuk Sekretaris-Jenderal untuk “meninjau semua mandat yang lebih tua dari lima tahun yang berasal dari resolusi Majelis Umum dan organ tubuh lainnya”. Untuk memfasilitasi review ini dan akhirnya membawa koherensi kepada organisasi, Sekretariat telah menghasilkan sebuah registri on-line mandat untuk menggambar bersama laporan yang berkaitan dengan masing-masing dan menciptakan gambaran keseluruhan. Lainnya Selama masa hidup PBB, lebih dari 80 koloni telah mencapai kemerdekaan. Majelis Umum mengadopsi Deklarasi tentang Pemberian Kemerdekaan kepada Negara dan Masyarakat Kolonial pada tahun 1960 tanpa suara yang menantang tetapi semua kekuatan kolonial utama memilih abstain. Melalui Komite PBB tentang Dekolonisasi, yang didirikan pada tahun 1962, PBB telah memfokuskan perhatian pada dekolonisasi. Hal ini juga didukung negara-negara baru yang berdiri sebagai akibat dari inisiatif penentuan nasib sendiri. Komite telah mengawasi dekolonisasi setiap negara lebih besar dari 20.000 km ² dan menghapus mereka dari daftar PBB Wilayah Yang Tidak Memerintah Sendiri, selain Sahara Barat, sebuah negara lebih besar dari Inggris yang baru dilepaskan oleh Spanyol pada tahun 1975. PBB menyatakan dan mengkoordinasi hari peringatan internasional, periode waktu untuk mengamati beberapa isu atau masalah kepentingan internasional. Menggunakan simbolisme PBB, sebuah logo yang dirancang khusus untuk tahun ini, dan infrastruktur Sistem PBB, berbagai hari dan tahun-tahun telah menjadi katalisator untuk mendorong isu-isu kunci yang menjadi perhatian dalam skala global. Sebagai contoh, Hari Tuberkulosis Sedunia, Hari Bumi dan Tahun Internasional Gurun dan Desertifikasi. Pendanaan 10 besar donatur di PBB, 2011[50] Negara anggota Kontribusi (% dari anggaran UN) Amerika Serikat 22,000% Jepang 12,530% Jerman 8,018% Britania Raya 6,604 Perancis 6,123% Italia 4,999% Kanada 3,207% Spanyol 2,968% Tiongkok 3,189% Meksiko 2,356% Negara anggota lainnya 27,797% PBB dibiayai dari sumbangan yang dinilai dan bersifat sukarela dari negara-negara anggotanya. Majelis Umum menyetujui anggaran rutin dan menentukan sumbangan untuk setiap anggota. Hal ini secara luas berdasarkan kapasitas relatif kemampuan membayar dari masing-masing negara, yang diukur dengan Pendapatan Nasional Bruto (PNB) mereka, dengan penyesuaian untuk utang luar negeri dan rendahnya pendapatan per kapita.[51] Majelis telah membentuk prinsip bahwa PBB tidak boleh terlalu bergantung pada salah satu anggota untuk membiayai operasinya. Dengan demikian, ada sebuah tingkat “langit-langit”, pengaturan jumlah maksimum sumbangan setiap anggota yang dinilai untuk anggaran rutin. Pada bulan Desember 2000, Majelis merevisi skala penilaian untuk mencerminkan keadaan global saat ini. Sebagai bagian dari revisi itu, plafon anggaran rutin berkurang dari 25% menjadi 22%. AS adalah satu-satunya anggota yang telah memenuhi langit-langit. Selain tingkat langit-langit, jumlah minimum yang dinilai untuk setiap negara anggota (atau tingkat ‘lantai’) ditetapkan sebesar 0,001% dari anggaran PBB. Selain itu, untuk negara-negara kurang berkembang (LDC), tingkat langit-langit 0,01% diterapkan.[52] Anggaran operasional saat ini diperkirakan sebesar $ 4.190.000.000 untuk periode dua tahunan dari tahun 2008 sampai 2009, atau sedikit lebih dari 2 milyar dolar per tahun (lihat tabel untuk kontributor utama). [53] Sebagian besar dari pengeluaran PBB adalah untuk misi inti PBB, yaitu perdamaian dan keamanan. Anggaran pemeliharaan perdamaian untuk tahun fiskal 2010-2011 adalah sekitar $ 7 miliar, dengan sekitar 90.000 tentara dikerahkan di 14 misi di seluruh dunia.[54] Operasi perdamaian PBB didanai oleh penilaian, menggunakan formula yang berasal dari dana biasa, tetapi termasuk biaya tambahan tertimbang untuk lima anggota tetap Dewan Keamanan, yang harus menyetujui semua operasi penjaga perdamaian. Biaya tambahan ini berfungsi untuk mengimbangi tarif penjaga perdamaian yang dikurangi dari negara-negara kurang berkembang. Per 1 Januari 2008, 10 besar penyedia kontribusi keuangan yang dinilai pada operasi penjaga perdamaian PBB adalah: Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Inggris, Perancis, Italia, Tiongkok, Kanada, Spanyol, dan Republik Korea Program PBB khusus yang tidak termasuk dalam anggaran rutin (seperti UNICEF, WFP dan UNDP) didanai oleh sumbangan sukarela dari pemerintah negara anggota lainnya. Sebagian besar sumbangan ini adalah kontribusi keuangan, tetapi beberapa adalah dalam bentuk komoditas pertanian yang disumbangkan untuk membantu populasi yang membutuhkan. Karena anggaran mereka bersifat sukarela, banyak dari lembaga-lembaga ini menderita kekurangan dana selama resesi ekonomi. Pada bulan Juli 2009, Program Pangan Dunia melaporkan bahwa ia telah dipaksa untuk memotong jasa karena dana tidak mencukupi.[55]. PPD telah menerima hampir seperempat dari total yang dibutuhkan untuk tahun keuangan 09/10. Kebijakan Personil PBB dan lembaga-lembaganya kebal terhadap hukum negara tempat mereka beroperasi, untuk menjaga ketidakberpihakan PBB sehubungan dengan negara tuan rumah dan anggota.[56] Meskipun mereka relatif independen dalam hal kebijakan sumber daya manusia, PBB dan lembaga-lembaganya secara sukarela menerapkan hukum-hukum negara-negara anggota mengenai pernikahan sesama jenis, sehingga keputusan tentang status karyawan dalam sebuah kemitraan yang sama-seks didasarkan pada kebangsaan karyawan-karyawan tersebut. PBB dan agensiagensinya mengakui pernikahan sesama jenis hanya jika karyawan itu adalah warga negara dari negara-negara yang mengakui perkawinan sesama jenis. Praktek ini tidak secara khusus membahas pengakuan perkawinan sesama jenis tetapi mencerminkan praktik umum PBB untuk sejumlah masalah sumber daya manusia. Perlu dicatat juga bahwa beberapa lembaga memberikan manfaat terbatas pada mitra domestik staf mereka dan beberapa lembaga tidak mengakui perkawinan sesama jenis atau kemitraan domestik staf mereka. Reformasi Sejak didirikan, ada banyak seruan untuk mereformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa, meskipun hampir tidak ada yang setuju bagaimana untuk melakukannya. Beberapa ingin PBB untuk memainkan peran yang lebih besar atau lebih efektif dalam urusan dunia, sementara yang lain ingin perannya dikurangi untuk pekerjaan kemanusiaan [57]. Ada juga sejumlah usulan sudah penambahan keanggotaan Dewan Keamanan PBB, cara yang lain untuk pemilihan Sekretaris Jenderal PBB dan untuk pembentukan Majelis Parlementer PBB. PBB juga telah dituduh atas pembuangan sumber daya dan birokrasi yang tidak efisien. Selama tahun 1990-an, Amerika Serikat menunda pembayaran iuran dengan alasan inefisiensi, dan hanya mulai pembayaran dengan kondisi bahwa akan diadakan suatu inisiatif reformasi. Pada tahun 1994, Kantor Pengawasan Internal Jasa (OIOS) didirikan oleh Majelis Umum sebagai pengawas efisiensi.[58] Sebuah program reformasi resmi dimulai oleh Kofi Annan pada tahun 1997. Reformasi tersebut termasuk mengubah keanggotaan tetap Dewan Keamanan (yang saat ini mencerminkan hubungan kekuasaan pada 1945), membuat birokrasi lebih transparan, akuntabel dan efisien, membuat PBB lebih demokratis, dan mulai merencanakan Pakta Perdagangan Senjata.[59] Pada bulan September 2005, PBB mengadakan KTT Dunia yang dihadiri oleh sebagian besar kepala negara anggota, menyebut pertemuan iu sebagai “kesempatan sekali dalam segenerasi untuk mengambil keputusan berani dalam bidang pembangunan, keamanan, hak asasi manusia dan reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. “[60]. Kofi Annan telah mengusulkan bahwa peserta pertemuan menyetujui ” perundingan besar-besaran (grand bargain)” global untuk reformasi PBB, memperbaharui fokus organisasi tentang perdamaian, keamanan, hak asasi manusia dan pembangunan, dan untuk membuatnya lebih siap dalam menghadapi masalah-masalah di abad ke-21. Dokumen Hasil KTT Dunia menggambarkan kesimpulan dari pertemuan tersebut, termasuk: pembuatan sebuah Komisi Pembangunan Perdamaian, untuk membantu negara-negara berkembang dari konflik; sebuah Dewan Hak Asasi Manusia dan dana demokrasi; sebuah penghukuman yang jelas dan tidak ambigu tentang terorisme “dalam segala bentuk dan manifestasi”; perjanjian untuk mencurahkan lebih banyak sumber daya ke Kantor Layanan Pengawasan Internal; perjanjian untuk menghabiskan miliaran lebih dalam mencapai Tujuan Pembangunan Milenium; pembubaran Dewan Perwalian, karena misinya sudah terselesaikan; dan, perjanjian bahwa masing-masing negara , dengan bantuan dari masyarakat internasional, memiliki “tanggung jawab untuk melindungi” populasi dari genosida, kejahatan perang, pembersihan etnis dan kejahatan terhadap kemanusiaan-dengan pemahaman bahwa masyarakat internasional siap untuk bertindak “kolektif” dan “dengan tepat waktu dan tegas” untuk melindungi warga sipil yang rentan jika suatu negara “secara nyata gagal” dalam memenuhi tanggung jawabnya.[61] Kantor Layanan Pengawasan Internal sedang direstrukturisasi untuk memperjelas ruang lingkup dan mandatnya, dan akan menerima lebih banyak sumber daya. Selain itu, untuk meningkatkan kemampuan pengawasan dan audit dari Majelis Umum, Audit Independen Komite Penasehat (IAAC) sedang dibuat. Pada bulan Juni 2007, Komite Kelima menciptakan sebuah rancangan resolusi untuk kerangka acuan komite ini.[62][63]. Sebuah kantor etika didirikan pada tahun 2006, dan bertanggung jawab untuk melaksanakan pengungkapan keuangan baru dan kebijakan perlindungan whistleblower. Bekerja sama dengan OIOS, kantor etika juga merencanakan untuk menerapkan kebijakan untuk menghindari penipuan dan korupsi[64]. Sekretariat sedang dalam proses meninjau semua mandat PBB yang berusia lebih dari lima tahun. Peninjauan ini ditujukan untuk menentukan program mana yang merupakan duplikat atau tidak perlu yang harus dihilangkan. Tidak semua negara anggota menyetujui mandat mana di antara lebih dari 7000 mandat yang harus ditinjau ulang. Sengketa ini berpusat pada apakah mandat yang telah diperbaharui harus diperiksa[65] Memang, hambatan yang diidentifikasi – pada khususnya, kurangnya informasi tentang implikasi sumber daya mandat masing-masing – merupakan pembenaran yang cukup untuk Majelis Umum untuk menghentikan peninjauan mandat pada bulan September 2008. Sementara itu, Majelis Umum meluncurkan sejumlah inisiatif baru yang secara longgar terkait dengan reformasi pada bulan April 2007, meliputi tata kelola lingkungan internasional, ‘Ditayangkan sebagai Satu’ pada tingkat negara untuk meningkatkan konsolidasi kegiatan program PBB dan organisasi gender yang bersatu. Sedangkan pencapaian 2 isu pertama itu kecil, Majelis Umum pada September 2010 menyetujui pembentukan “UN Women” atau Wanita PBB/PBB Wanita sebagai organisasi PBB yang baru untuk kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. ‘UN Women didirikan dengan mempersatukan sumber daya dan mandat dari empat kesatuan kecil untuk dampak yang lebih besar. Kepala pertama Wanita PBB adalah Michelle Bachelet, mantan Presiden Chile[66]. Efektivitas Beberapa telah mempertanyakan apakah PBB masih relevan di abad ke-21.[67]. Sementara mandat pertama dan kedua Piagam PBB membutuhkan PBB:. “Untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional …. (Dan jika perlu untuk menegakkan perdamaian dengan) mengambil tindakan pencegahan atau penegakan hukum. “[68], karena struktur restriktif administrasi, anggota tetap Dewan Keamanan sendiri kadang-kadang mencegah PBB dari sepenuhnya melaksanakan dua mandat pertama.[69]. Tanpa persetujuan bulat, dukungan (atau minimal abstain) dari semua 5 dari anggota tetap Dewan Keamanan PBB, Piagam PBB hanya memungkinkan untuk “mengamati”, laporan, dan membuat rekomendasi mengenai konflik internasional. Kebulatan tersebut di Dewan Keamanan tentang otorisasi aksi penegakan hukum PBB bersenjata tidak selalu tercapai pada waktunya untuk mencegah pecahnya perang internasional. Bahkan dengan semua hambatan dan keterbatasan pada kemampuan PBB untuk menanggapi situasi konflik, berbagai studi masih telah menemukan PBB telah memiliki banyak keberhasilan penting dalam 65 tahun keberadaannya. Pada tahun 1962 Sekjen PBB U Thant memberikan bantuan yang berharga dan mengambil banyak waktu, tenaga dan inisiatif sebagai negosiator utama antara Nikita Khrushchev dan John F. Kennedy selama Krisis Rudal Kuba, sehingga memberikan hubungan penting dalam pencegahan suatu perang nuklir pada waktu itu [70]. Sebuah penilitan tahun 2005 oleh RAND Corporation menemukan PBB berhasil dalam dua dari tiga upaya perdamaian. Studi ini juga membandingkan upaya PBB untuk pembangunan bangsa dengan orang-orang dari Amerika Serikat, dan menemukan bahwa tujuh dari delapan kasus PBB damai, bertentangan dengan empat dari delapan kasus AS damai [71] Juga pada tahun 2005, Human Security Report mendokumentasikan penurunan jumlah perang, genosida dan pelanggaran HAM sejak akhir Perang Dingin, dan bukti, meskipun tidak langsung, bahwa aktivisme internasional – kebanyakan dipelopori oleh PBB – telah menjadi penyebab utama penurunan konflik bersenjata sejak akhir Perang Dingin.[72] ^ “The World Today” (PDF). Diakses 18 June 2009. “The designations employed and the presentation of material on this map do not imply the expression of any opinion whatsoever on the part of the Secretariat of the United Nations concerning the legal status of any country” ^ “History of the UN (Inggris)”. Diakses 24 April 2011. ^ {“United Nations Member States (Inggris)”. Diakses 22 April 2011. ^ “United Nations Member States – Intergovernmental organziations participating as observers (Inggris)”. Unknown parameter |accesdate= ignored (|tanggal akses= suggested) (help) ^ “United Nations member states – Non-member state maintaining observer mission (Inggris)”. Diakses 24 April 2011. ^ “Ban Ki-moon appointed UN Secretary-General by acclamation (Inggris)”. Diakses 24 April 2011. ^ “United Nations Main Bodies (Inggris)”. Diakses 24 April 2011. ^ “About the UN General Assembly (Inggris)”. Diakses 24 April 2011. ^ “About ECOSOC (Inggris)”. Diakses 24 April 2011. ^ “Secretariat – United Nations (Inggris)”. Diakses 24 April 2011. ^ “United Nations Trusteeship Council (Inggris)”. Diakses 24 April 2011. ^ “Official Languages of the United Nations (Inggris)”. Unknown parameter |accesdate= ignored (|tanggal akses= suggested) (help) ^ “Milestones in United Nations History”. Diakses 17 April 2011. ^ Gerbert, Pierre. “Naissance des Nations Unies (Perancis)”. ^ Reparations for Injuries Suffered in the Service of the United Nations, ICJ, 1949, hlm. 178 ^ “Membership of Principal United Nations Organ in 2005”. Perserikatan Bangsa-Bangsa. 2005. ^ “Language Log: The Languages of the UN (Inggris)”. Diakses 07-08-2011. ^ “UN Security Council: Members (Inggris)”. Diakses 24 April 2011. ^ “UN Charter: Chapter V: The Security Council, Article 25 (Inggris)”. Diakses 24 April 2011. ^ “Membership of the Security Council”. Diakses 19 April 2011. ^ “Office of the Secretary-General”. Unknown parameter |accesdate= ignored (|tanggal akses= suggested) (help) ^ “Piagam PBB, Artikel 97”. Unknown parameter |accesdate= ignored (|tanggal akses= suggested) (help) ^ “Piagam PBB, Artikel 99”. Diakses 19 April 2011. ^ “Proses Pemilihan Sekjen PBB (Inggris)”. Unknown parameter |accesdate= ignored (|tanggal akses= suggested) (help) ^ “Wisnumurti Gudielines (Inggris)”. 1996. Diakses 24 April 2011. ^ “Selecting the next UN Secretary-General (Inggris)”. 2007. Diakses 24 April 2011. ^ Former Secretaries-General–United Nations. ^ “United Nations member States – Non-member state maintaining observer mission”. Diakses 26 April 2011. ^ “Piagam PBB Bab 2, Artikel 4”. Diakses 26 April 2011. ^ “Penerima Hadiah Nobel Perdamaian (Inggris)”. Hadiah Nobel. ^ “The UN’s Role in Nation Building: From Congo to Iraq (Inggris)”. RAND Corporation. ^ “Human Security Report 2005 (Inggris)”. Human Security Report. ^ Lynch, Colum. “U.N Sexual Abuse Alleged in Congo” (dalam bahasa English). Washington Post. ^ “UN troops face child abuse claims”. BBC News. ^ Holt, Kate. “UN staff accused of raping children in Sudan”. Telegraph. Text “location London” ignored (help) ^ “Peacekeepers ‘abusing children'”. BBC News. ^ “Piagam PBB, Artikel 26 (Inggris)”. ^ “Resolutions Adopted by the General Assembly During Its First Session (Inggris)”. Perserikatan Bangsa-Bangsa. ^ “Paramount Group CEO Ivor Ichikowitz calls for a new solution to peacekeeping, with Africa’s defence industry and governments cooperating to establish Africa as a centre for peacekeeping excellence in a bid to effectively resolve conflicts”. en.apa.az. ^ “Resolusi 251 sesi 60 [[Majelis Umum PBB]]”. Diakses 2011-06-11. Wikilink embedded in URL title (help) ^ “The Shame of the United Nations (Inggris)”. New York Times. ^ “Human Rights Council Election”. Perserikatan Bangsa-Bangsa. ^ “Successful UN Human Rights Council Elections Demonstrate UN Members are Taking Reform Effort Seriously”. ^ “United Nations adopts Declaration of the Rights of Indigenous Peoples”. ^ “Humanitarian (Inggris)”. Perserikatan Bangsa-Bangsa. ^ “Competences (Inggris)”. Program Pangan Dunia. ^ “Countries”. Program Pangan Dunia. ^ “Where We Work (Inggris)”. UNHCR. ^ “About the UNDG (Inggris)”. UNDG. Diakses 2011-07-14. ^ “http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=ST/ADM/SER.B/824² (http://www.un.org/ga/search/view_doc.asp?symbol=ST/ADM/SER.B/824) (PDF). UN Secretariat. 28 December 2010. Diakses 30 Juni 2012. ^ “Fifth Commitee Approves Assessment Scale for Regular, Peacekeeping Budgets, text on Common System, Pension Fund, As It Concludes Session”. Majelis Umum PBB. Diakses 201106-11. ^ “Fifth Commitee Approves Assessment Scale for Regular, Peacekeeping Budgets, text on Common System, Pension Fund, As It Concludes Session (Inggris)”. Majelis Umum PBB. Diakses 2011-06-11. ^ “Fifth Commitee Approves Assessment Scale for Regular, Peacekeeping Budgets, text on Common System, Pension Fund, As It Concludes Session (Inggris)”. Majelis Umum PBB. Diakses 2011-06-11. ^ “Peacekeeping Fact Sheet”. PBB. 2011-05-31. Diakses 2011-07-13. ^ “‘Dire shortage’ at UN food agency”. BBC News. Diakses 2011-06-11. ^ “Jerusalem Court: No Immunity for UN Employee for Private Acts”. Diakses 2011-06-11. ^ Muravchik, Joshua (2005). The Future of the United Nations: Understanding the Past to Chart A Way Forward I. ISBN 978-0-8447-7183-0. ^ Reddy, Shravanti (29 Oktober 2002). “Watchdog Organization Struggles to Decrease UN Bureaucracy”. ^ “International Arms Trade Treaty Aim of Draft Resolution Approved by Disarmament Committee (Inggris)”. ^ [www.un-ngls.org/orf/un-summit-overview.pdf “The 2005 World Summit: An Overview (Inggris)”] Check |url= scheme (help). Perserikatan Bangsa-Bangsa. ^ “2005 World Summit Outcome”. ^ Martinetti, Irene. “Reforming Oversights and Governance of the UN Encounters Hurdles (Inggris)”. ^ “Oversight and Governance”. Center for UN Reform Education. ^ “Ethics Office (Inggris)”. Center for UN Refrom. ^ “Mandate Review (Inggris)”. Center for UN Reform. ^ “Former Chilean president to head new high-profile UN women’s agency”. ^ “Bush Discusses Relevance/Irrelevance of the UN (Inggris)” (PDF). 2002. Diakses 24 April 2011. ^ “Article1 & 2 (Inggris)”. 1945. Diakses 24 April 2011. ^ Muller, Ragnor (2011). “The United Nations, Its Development During the Cold War (Inggris)” (PDF). Text “Ilmuwan politik Ragnor Muller menjelaskan tentang pengembangan PBB saat tahun-tahun Perang Dingin” ignored (help); ^ “The Cuban Missile Crisis Resolved: The Untold Story of an Unsung Hero (Inggris)”. 2007. Diakses 24 April 2011. ^ “The Un’s Role in Nation Building: From Congo to Iraq”. RAND Corporation. 2005. Diakses 24 April 2011. ^ “The 2005 Human Security Report (Inggris)”. 2005. Diakses 24 April 2011. Pranala luar Wikimedia Commons memiliki galeri mengenai: Perserikatan Bangsa-Bangsa United Nations – Situs resmi Piagam PBB – isi Piagam dalam Bahasa Inggris Priambul Piagam PBB Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia Forum Kebijakan Global – Independent think-tank on UN Komite untuk PBB yang Demokratis Universal Beliefs and Restructuring World Government Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Sistem PBB Negara anggota Pengamat Majelis Umum Dewan Keamanan Dewan Ekonomi dan Sosial Sekretariat (Sekretaris Jenderal) Dewan Perwalian Mahkamah Internasional Program dan lembaga FAO IAEA ICAO IFAD ILO IMF IMO IPCC ITU OHCHR UNCHR UNCTAD UNDCP UNDP UNEP UNESCO UNFIP UNFPA UNHCR UNHRC UN-HABITAT UNIC UNICEF UNIDO UNOCHA UNODC UNRWA UNU UNV UN Women UNWTO UPU WFP WHO WIPO WMO Resolusi Majelis Umum Dewan Keamanan Topik terkait Indonesia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa Bendera Markas Besar Piagam Rio+20 Tanda Penghargaan Universitas Perserikatan Bangsa Bangsa http://id.wikipedia.org (http://id.wikipedia.org) Article by contributors like you Provided under CC BY-SA 3.0 Terms of Use | Privacy Policy Posted from WordPress for Android Posted in Uncategorized
Leave a comment
Perang Dunia II APR 27 Posted by AdityaZu Searah jarum jam dari kiri atas: Pasukan Tiongkok pada Pertempuran Wanjialing, Meriam 25-pounder Australia pada Pertempuran El Alamein Pertama, pesawat pengebom Stuka Jerman di Front Timur musim dingin 1943–1944, pasukan AL Amerika Serikat di Teluk Lingayen, Wilhelm Keitel menandatangani Instrumen Penyerahan Diri Jerman, tentara Soviet pada Pertempuran Stalingrad Tanggal 1 September 1939 – 2 September 1945 (6 tahun, 1 hari) Lokasi Eropa, Pasifik, Atlantik, Asia Tenggara, Tiongkok, Timur Tengah, Mediterania dan Afrika, Amerika Utara Hasil Kemenangan Sekutu Pembubaran Reich Ketiga Pembentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa Kemunculan Amerika Serikat dan Uni Soviet sebagai kekuatan super Awal Perang Dingin (lainnya…) Pihak yang terlibat Sekutu Uni Soviet (1941–45)[nb 1] Amerika Serikat (1941–45) Imperium Britania Tiongkok (at war 1937–45) Perancis[nb 2] Polandia Kanada Australia Selandia Baru Afrika Selatan Yugoslavia (1941–45) Yunani (1940–45) Norwegia (1940–45) Belanda (1940–45) Belgia (1940–45) Cekoslowakia Brasil (1942–45) …dan lain-lain Negara klien dan boneka Filipina (1941–45) Mongolia (1941–45) …dan lain-lain Poros Jerman Kekaisaran Jepang (at war 1937–45) Italia (1940–43) Hongaria (1940–45) Rumania (1941–44) Bulgaria (1941–44) Pihak terlibat Finlandia (1941–44) Thailand (1942–45) Irak (1941) Negara klien dan boneka Manchukuo Republik Sosial Italia (1943–45) Kroasia (1941–45) Slowakia …dan lain-lain Komandan Pemimpin Sekutu Winston Churchill Franklin D. Roosevelt Joseph Stalin Chiang Kai-shek …dan lain-lain Pemimpin Poros Adolf Hitler Hirohito Benito Mussolini …dan lain-lain Korban Korban militer: Lebih dari 16.000.000 Korban sipil: Lebih dari 45.000.000 Total korban: Lebih dari 61.000.000 (1937–45) …lebih lanjut Korban militer: Lebih dari 8.000.000 Korban sipil: Lebih dari 4.000.000 Total korban: Lebih dari 12.000.000 (1937–45) …lebih lanjut Kampanye selama Perang Dunia II Eropa Polandia – Perang Phoney – Finlandia – Denmark & Norwegia Perancis & Benelux – Britania – Front Timur – Eropa Baratlaut (1944–45) – Mediterania, Timur Tengah dan Afrika Asia & Pasifik Tiongkok – Samudera Pasifik – Asia Tenggara Pasifik Baratdaya – Jepang – Manchuria (1945) Kampanye Lainnya Atlantik – Pengeboman Strategis – Amerika Utara Perang Kontemporer Perang Sipil Tiongkok – Perbatasan Soviet-Jepang – Perancis-Thailand – Ekuador-Peru Templat:Topik Perang Dunia II
Perang Dunia II, atau Perang Dunia Kedua (biasa disingkat menjadi PDII atau PD2), adalah sebuah perang global yang berlangsung mulai tahun 1939 sampai 1945. Perang ini melibatkan banyak sekali negara di dunia —termasuk semua kekuatan besar—yang pada akhirnya membentuk dua aliansi militer yang saling bertentangan: Sekutu dan Poros. Perang ini merupakan perang terluas dalam sejarah yang melibatkan lebih dari 100 juta orang di berbagai pasukan militer Dalam keadaan “perang total”, negara-negara besar memaksimalkan seluruh kemampuan ekonomi, industri, dan ilmiahnya untuk keperluan perang, sehingga menghapus perbedaan antara sumber daya sipil dan militer. Ditandai oleh sejumlah peristiwa penting yang melibatkan kematian massal warga sipil, termasuk Holocaust dan pemakaian senjata nuklir dalam peperangan, perang ini memakan korban jiwa sebanyak 50 juta sampai 70 juta jiwa. Jumlah kematian ini menjadikan Perang Dunia II konflik paling mematikan sepanjang sejarah umat manusia.[1] Kekaisaran Jepang berusaha mendominasi Asia Timur dan sudah memulai perang dengan Republik Tiongkok pada tahun 1937,[2] tetapi perang dunia secara umum pecah pada tanggal 1 September 1939 dengan invasi ke Polandia oleh Jerman yang diikuti serangkaian pernyataan perang terhadap Jerman oleh Perancis dan Britania. Sejak akhir 1939 hingga awal 1941, dalam serangkaian kampanye dan perjanjian, Jerman membentuk aliansi Poros bersama Italia, menguasai atau menaklukkan sebagian besar benua Eropa. Setelah Pakta Molotov–Ribbentrop, Jerman dan Uni Soviet berpisah dan menganeksasi wilayah negara-negara tetangganya sendiri di Eropa, termasuk Polandia. Britania Raya, dengan imperium dan Persemakmurannya, menjadi satusatunya kekuatan besar Sekutu yang terus berperang melawan blok Poros, dengan mengadakan pertempuran di Afrika Utara dan Pertempuran Atlantik. Bulan Juni 1941, Poros Eropa melancarkan invasi terhadap Uni Soviet yang menandakan terbukanya teater perang darat terbesar sepanjang sejarah, yang melibatkan sebagian besar pasukan militer Poros sampai akhir perang. Pada bulan Desember 1941, Jepang bergabung dengan blok Poros, menyerang Amerika Serikat dan teritori Eropa di Samudra Pasifik, dan dengan cepat menguasai sebagian besar Pasifik Barat. Serbuan Poros berhenti tahun 1942, setelah Jepang kalah dalam berbagai pertempuran laut dan tentara Poros Eropa dikalahkan di Afrika Utara dan Stalingrad. Pada tahun 1943, melalui serangkaian kekalahan Jerman di Eropa Timur, invasi Sekutu ke Italia, dan kemenangan Amerika Serikat di Pasifik, Poros kehilangan inisiatif mereka dan mundur secara strategis di semua front. Tahun 1944, Sekutu Barat menyerbu Perancis, sementara Uni Soviet merebut kembali semua teritori yang pernah dicaplok dan menyerbu Jerman beserta sekutunya. Perang di Eropa berakhir dengan pendudukan Berlin oleh tentara Soviet dan Polandia dan penyerahan tanpa syarat Jerman pada tanggal 8 Mei 1945. Sepanjang 1944 dan 1945, Amerika Serikat mengalahkan Angkatan Laut Jepang dan menduduki beberapa pulau di Pasifik Barat, menjatuhkan bom atom di negara itu menjelang invasi ke Kepulauan Jepang. Uni Soviet kemudian mengikuti melalui negosiasi dengan menyatakan perang terhadap Jepang dan menyerbu Manchuria. Kekaisaran Jepang menyerah pada tanggal 15 Agustus 1945, sehingga mengakhiri perang di Asia dan memperkuat kemenangan total Sekutu atas Poros. Perang Dunia II mengubah haluan politik dan struktur sosial dunia. Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) didirikan untuk memperkuat kerja sama internasional dan mencegah konflik-konflik yang akan datang. Para kekuatan besar yang merupakan pemenang perang—Amerika Serikat, Uni Soviet, Cina, Britania Raya, dan Perancis—menjadi anggota permanen Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa.[3] Uni Soviet dan Amerika Serikat muncnul sebagai kekuatan super yang saling bersaing dan mendirikan panggung Perang Dunia yang kelak bertahan selama 46 tahun selanjutnya. Sementara itu, pengaruh kekuatan-kekuatan besar Eropa mulai melemah, dan dekolonisasi Asia dan Afrika dimulai. Kebanyakan negara yang industrinya terkena dampak buruk muali menjlaani pemulihan ekonomi. Integrasi politik, khususnya di Eropa, muncul sebagai upaya untuk menstabilkan hubungan pascaperang. Kronologi Latar belakang Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penyebab Perang Dunia II Perang Dunia I membuat perubahan besar pada peta politik, dengan kekalahan Blok Sentral, termasuk Austria-Hongaria, Jerman, dan Kesultanan Utsmaniyah; dan perebutan kekuasaan oleh Bolshevik di Rusia pada tahun 1917. Sementara itu, negara-negara Sekutu yang menang seperti Perancis, Belgia, Italia, Yunani, dan Rumania memperoleh wilayah baru, dan negara-negara baru tercipta setelah runtuhnya Austria-Hongaria, Kekaisaran Rusia, dan Kesultanan Utsmaniyah. Meski muncul gerakan pasifis setelah perang,[10][11] kekalahan ini masih membuat nasionalisme iredentis dan revanchis pemain utama di sejumlah negara Eropa. Iredentisme dan revanchisme punya pengaruh kuat di Jerman karena kehilangan teritori, koloni, dan keuangan yang besar akibat Perjanjian Versailles. Menurut perjanjian ini, Jerman kehilangan 13 persen wilayah dalam negerinya dan seluruh koloninya di luar negeri, sementara Jerman dilarang menganeksasi negara lain, harus membayar biaya perbaikan perang, dan membatasi ukuran dan kemampuan angkatan bersenjata negaranya.[12] Pada saat yang sama, Perang Saudara Rusia berakhir dengan terbentuknya Uni Soviet.[13] Kekaisaran Jerman bubar melalui Revolusi Jerman 1918–1919 dan sebuah pemerintahaan demokratis yang kemudian dikenal dengan nama Republik Weimar dibentuk. Periode antarperang melibatkan kerusuhan antara pendukung republik baru ini dan penentang garis keras atas sayap kanan maupun kiri. Walaupun Italia selaku sekutu Entente berhasil merebut sejumlah wilayah, kaum nasionalis Italia marah mengetahui janji-janji Britania dan Perancis yang menjamin masuknya Italia ke kancah perang tidak dipenuhi dengan penyelesaian damai. Sejak 1922 sampai 1925, gerakan Fasis pimpinan Benito Mussolini berkuasa di Italia dnegan agenda nasionalis, totalitarian, dan kolaborasionis kelas yang menghapus demokrasi perwakilan, penindasan sosialis, kaum sayap kiri dan liberal, dan mengejar kebijakan luar negeri agresif yang berusaha membawa Italia sebagai kekuatan dunia—”Kekaisaran Romawi Baru”.[14] Di Jerman, Partai Nazi yang dipimpin Adolf Hitler berupaya mendirikan pemerintahan fasis di Jerman. Setelah Depresi Besar dimulai, dukungan dalam negeri untuk Nazi meningkat dan, pada tahun 1933, Hitler ditunjuk sebagai Kanselir Jerman. Setelah kebakaran Reichstag, Hitler menciptakan negara satu partai totalitarian yang dipimpin Partai Nazi.[15] Parati Kuomintang (KMT) di Tiongkok melancarkan kampanye penyatuan melawan panglima perang regional dan secara nominal berhasil menyatukan Cina pada pertengahan 1920-an, tetapi langsung terlibat dalam perang saudara melawan bekas sekutunya yang komunis.[16] Pada tahun 1931, Kekaisaran Jepang yang semakin militaristik, yang sudah lama berusaha memengaruhi Cina[17] sebagai tahap pertama dari apa yang disebut pemerintahnya sebagai hak untuk menguasai Asia, memakai Insiden Mukden sebagai alasan melancarkan invasi ke Manchuria dan mendirikan negara boneka Manchukuo.[18] Terlalu lemah melawan Jepang, Cina meminta bantuan Liga Bangsa-Bangsa. Jepang menarik diri dari Liga Bangsa-Bangsa setelah dikecam atas tindakannya terhadap Manchuria. Kedua negara ini kemudian bertempur di Shanghai, Rehe, dan Hebei sampai Gencatan Senjata Tanggu ditandatangani tahun 1933. Setelah itu, pasukan voluntir Cina melanjutkan pemberontakan terhadap agresi Jepang di Manchuria, dan Chahar dan Suiyuan.[19] Benito Mussolini (kiri) dan Adolf Hitler (kanan) Adolf Hitler, setelah upaya gagal menggulingkan pemerintah Jerman tahun 1923, menjadi Kanselir Jerman pada tahun 1933. Ia menghapus demokrasi, menciptakan revisi orde baru radikal dan rasis, dan segera memulai kampanye persenjataan kembali.[20] Sementara itu, Perancis, untuk melindungi aliansinya, memberikan Italia kendali atas Ethiopia yang diinginkan Italia sebagai jajahan kolonialnya. Situasi ini memburuk pada awal 1935 ketika Teritori Cekungan Saar dengan sah bersatu kembali dengan Jerman dan Hitler menolak Perjanjian Versailles, mempercepat program persenjataan kembalinya dan memperkenalkan wajib militer.[21] Berharap mencegah Jerman, Britania Raya, Perancis, dan Italia membentuk Front Stresa. Uni Soviet, khawatir akan keinginan Jerman mencaplok wilayah luas di Eropa Timur, membuat perjanjian bantuan bersama dengan Perancis. Sebelum diberlakukan, pakta Perancis-Soviet ini perlu melewati birokrasi Liga Bangsa-Bangsa, yang pada dasarnya menjadikannya tidak berguna.[22][23] Akan tetapi, pada bulan Juni 1935, Britania Raya membuat perjanjian laut independen dengan Jerman, sehingga melonggarkkan batasan-batasan sebelumnya. Amerika Serikat, setelah mempertimbangkan peristiwa yang terjadi di Eropa dan Asia, mengesahkan Undang-Undang Netralitas pada bulan Agustus.[24] Pada bulan Oktober, Italia menginvasi Ethiopia, dan Jerman adalah satu-satunya negara besar Eropa yang mendukung tindakan tersebut. Italia langsung menarik keberatannya terhadap tindakan Jerman menganeksasi Austria.[25]
Hitler menolak Perjanjian Versailles dan Locarno dengan meremiliterisasi Rhineland pada bulan Maret 1936. Ia mendapat sedikit tanggapan dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.[26] Ketika Perang Saudara Spanyol pecah bulan Juli, Hitler dan Mussolini mendukung pasukan Nasionalis yang fasis dan otoriter dalam perang saudara mereka melawan Republik Spanyol yang didukung Soviet. Kedua pihak memakai konflik ini untuk menguji senjata dan metode peperangan baru,[27] berakhir dengan kemenangan Nasionalis pada awal 1939. Bulan Oktober 1936, Jerman dan Italia membentuk Poros Roma-Berlin. Sebulan kemudian, Jerman dan Jepang menandatangani Pakta Anti-Komintern, namun kelak diikuti Italia pada tahun berikutnya. Di cina, setelah Insiden Xi’an, pasukan Kuomintang dan komunis menyetujui gencatan senjata untuk membentuk front bersatu dan sama-sama melawan Jepang.[28] Sebelum perang Invasi Italia ke Ethiopia (1935) Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Italia-Abisinia Kedua Perang Italia-Abisinia Kedua adalah perang kolonial singkat mulai bulan Oktober 1935 sampai Mei 1936. Perang ini terjadi antara angkatan bersenjata Kerajaan Italia (Regno d’Italia) dan angkatan bersenjata Kekaisaran Ethiopia (juga disebut Abisinia). Perang ini berakhir dengan pendudukan militer di Ethiopia dan aneksasinya ke koloni baru Afrika Timur Italia (Africa Orientale Italiana, atau AOI); selain itu, perang ini membuka kelemahan Liga Bangsa-Bangsa sebagai kekuatan pelindung perdamaian. Baik Italia dan Ethiopia adalah negara anggota, tetapi Liga ini tidak berbuat apa-apa ketika negara pertama jelas-jelas melanggar Artikel X yang dibuat oleh Liga ini.[29] Perang Saudara Spanyol (1936-39) Reruntuhan Guernica setelah dibom. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Saudara Spanyol Jerman dan Italia memberi dukungan kepada kebangkitan Nasionalis yang dipimpin Jenderal Francisco Franco di Spanyol. Uni Soviet mendukung pemerintah yang sudah berdiri, Republik Spanyol, yang memiliki kecenderungan sayap kiri. Baik Jerman dan Uni Soviet memakai perang proksi ini sebagai kesempatan menguji senjata dan taktik baru mereka. Pengeboman Guernica yang disengaja oleh Legiun Condor Jerman pada April 1937 berkontribusi pada kekhawatiran bahwa perang besar selanjutnya akan melibatkan serangan bom teror besar-besaran terhadap warga sipil.[30][31] Invasi Jepang ke Tiongkok (1937) Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Cina-Jepang Kedua Sarang senjata mesin Cina pada Pertempuran Shanghai, 1937. Pada bulan Juli 1937, Jepang mencaplok bekas ibu kota kekaisaran Cina Beijing setelah memulai Insiden Jembatan Marco Polo, yang menjadi batu pijakan kampanye Jepang untuk menjajah seluruh wilayah Cina.[32] Uni Soviet segera menandatangani pakta non-agresi dengan Cina untuk memberi dukungan material yang secara efektif mengakhiri kerja sama Cina dengan Jerman sebelumnya. Generalissimo Chiang Kai-shek mengerahkan pasukan terbaiknya untuk mempertahankan Shanghai, tetapi setelah tiga bulan bertempur, Shanghai jatuh. Jepang terus menekan pasukan Cina, mencaplok ibu kota Nanking pada Desember 1937 dan melakukan Pembantaian Nanking. Pada bulan Juni 1938, pasukan Jepang menghentikan serbuan Jepang dengan membanjiri Sungai Kuning; manuver ini memberikan waktu bagi Cina untuk mempersiapkan pertahanan di Wuhan, namun kota ini berhasil direbut pada bulan Oktober.[33] Kemenangan militer Jepang gagal menghentikan pemberontakan Cina yang menjadi tujuan Jepang. Pemerintahan Cina pindah ke pedalaman di Chongqing dan melanjutkan perang.[34] Invasi Jepang ke Uni Soviet dan Mongolia (1938) Lihat pula: Nanshin-ron dan Konflik perbatasan Soviet–Jepang Tentara Soviet memerangi Jepang pada Pertempuran Khalkhin Gol di Mongolia, 1939. Pada tanggal 29 Juli 1938, Jepang menyerbu Uni Soviet dan kalah di Pertempuran Danau Khasan. Meski pertempuran tersebut dimenangkan Soviet, Jepang menyebutnya seri dan buntu, dan pada tanggal 11 Mei 1939, Jepang memutuskan memindahkan perbatasan Jepang-Mongolia sampai Sungai Khalkhin Gol melalui pemaksaan. Setelah serangkaian keberhasilan awal, serangan Jepang di Mongolia digagalkan oleh Pasukan Merah yang menandakan kekalahan besar pertama Angkatan Darat Kwantung Jepang.[35][36] Pertempuran ini meyakinkan sejumlah faksi pemerintahan Jepang bahwa mereka harus fokus berkonsiliasi dengan pemerintah Soviet demi menghindari ikut campur Soviet dalam perang melawan Cina dan mengalihkan perhatian militer mereka ke selatan, yaitu ke jajahan Amerika Serikat dan Eropa di Pasifik, serta mencegah penggulingan pemimpin militer Soviet berpengalaman seperti Georgy Zhukov, yang kelak memainkan peran penting dalam mempertahankan Moskwa.[37] Pendudukan Eropa dan perjanjian Informasi lebih lanjut: Anschluss, Penenangan, Perjanjian Munich, Pendudukan Jerman di Cekoslowakia, dan Pakta Molotov-Ribbentrop Dari kiri ke kanan (depan): Chamberlain, Daladier, Hitler, Mussolini, dan Ciano sebelum menandatangani Perjanjian Munich. Di Eropa, Jerman dan Italia semakin keras. Pada bulan Maret 1938, Jerman menganeksasi Austria, lagi-lagi mendapat sedikit perhatian dari kekuatan-kekuatan Eropa lainnya.[38] Semakin tertantang, Hitler mulai menegaskan klaim Jerman atas Sudetenland, wilayah Cekoslowakia yang didominasi oleh etnis Jerman; dan Perancis dan Britania segera memberikan wilayah ini ke Jerman melalui Perjanjian Munich, yang dibuat melawan keinginan pemerintah Cekoslowakia, dengan imbalan janji tidak meminta wilayah lagi.[39] Sesaat setelah perjanjian ini, Jerman dan Italia memaksa Cekoslowakia menyerahkan wilayah tambahan ke Hongaria dan Polandia.[40] Pada bulan Maret 1939, Jerman menyerbu sisa Cekoslowakia dan membelahnya menjadi Protektorat Bohemia dan Moravia Jerman dan negara klien pro-Jerman bernama Republik Slovak.[41] Terkejut, ditambah Hitler menuntut Danzig, Perancis dan Britania Raya menjamin dukungan mereka terhadap kemerdekaan Polandia; ketika Italia menguasai Albania pada bulan April 1939, jaminan yang sama diberikan untuk Rumania dan Yunani.[42] Tidak lama setelah janji Perancis-Britania kepada Polandia, Jerman dan Italia meresmikan aliansi mereka sendiri melalui Pakta Baja.[43] Bulan Agustus 1939, Jerman dan Uni Soviet menandatangani Pakta Molotov–Ribbentrop,[44] sebuah perjanjian non-agresi dengan satu protokol rahasia. Setiap pihak memberikan haknya satu sama lain, “andai terjadi penyusunan wilayah dan politik,” terhadap “cakupan pengaruh” (antara Polandia dan Lituania untuk Jerman, dan Polandia timur, Finlandia, Estonia, Latvia, dan Bessarabia untuk Uni Soviet). Pakta ini juga memunculkan pertanyaan tentang keberlangsungan kemerdekaan Polandia.[45] Alur perang Pecah di Eropa (1939) Parade umum Wehrmacht Jerman dan Pasukan Merah Soviet pada tanggal 23 September 1939 di Brest, Polandia Timur setelah Invasi Polandia berakhir. Di tengah adalah Mayor Jenderal Heinz Guderian dan di kanan adalah Brigadir Semyon Krivoshein. Pada tanggal 1 September 1939, Jerman dan Slowakia—negara klien pada tahun 1939—menyerang Polandia.[46] Tanggal 3 September, Perancis dan Britania Raya, diikuti negara-negara Persemakmuran,[47] menyatakan perang terhadap Jerman, tetapi memberi sedikit dukungan kepada Polandia ketimbang serangan kecil Perancis ke Saarland.[48] Britania dan Perancis juga mulai memblokir perairan Jerman pada tanggal 3 September untuk melemahkan ekonomi dan upaya perang negara ini.[49][50] Tanggal 17 September, setelah menandatangani gencatan senjata dengan Jepang, Soviet juga menyerbu Polandia.[51] Wilayah Polandia terbagi antara Jerman dan Uni Soviet, dengan Lituania dan Slowakia mendapat bagian kecil. Polandia tidak menyerah; mereka mendirikan Negara Bawah Tanah Polandia dan Pasukan Dalam Negeri bawah tanah, dan terus berperang bersama Sekutu di semua front di luar Polandia.[52] Sekitar 100.000 personil militer Polandia diungsikan ke Rumania dan negara-negara Baltik; sebagian besar tentara tersebut kemudian berperang melawan Jerman di teater perang yang lain. [53] Pemecah kode Enigma Polandia juga diungsikan ke Perancis.[54] Pada saat itu pula, Jepang melancarkan serangan pertamanya ke Changsha, sebuah kota Cina yang strategis, tetapi digagalkan pada akhir September.[55] Setelah invasi Polandia dan perjanjian Jerman-Soviet atas Lituania, Uni Soviet memaksa negara-negara Baltik mengizinkan mereka menempatkan tentara Soviet di negara mereka atas alasan “bantuan bersama”.[56][57][58] Finlandia menolak permintaan wilayah dan diserang oleh Uni Soviet pada bulan November 1939.[59] Konflik yang kemudian pecah berakhir pada bulan Maret 1940 dengan konsesi oleh Finlandia.[60] Perancis dan Britania Raya, menyebut serangan Soviet ke Finlandia sebagai alasan memasuki kancah perang di pihak Jerman, menanggapi invasi Soviet dengan mendukung dikeluarkannya Uni Soviet dari Liga Bangsa-Bangsa.[58] Tentara Jerman di Arc de Triomphe, Paris, setelah kejatuhan Perancis tahun 1940. Di Eropa Barat, tentara Britania dikerahkan ke benua ini, namun pada fase yang dijuluki Perang Phoney oleh Britania dan “Sitzkrieg” (perang duduk) oleh Jerman tak satupun pihak yang melancarkan operasi besar-besaran terhadap satu sama lain sampai April 1940.[61] Uni Soviet dan Jerman membuat pakta dagang pada bulan Februari 1940, yang berarti Soviet menerima bantuan militer dan industri dengan imbalan menyediakan bahan mentah untuk Jerman agar bisa mengakali pemblokiran oleh Sekutu.[62] Pada bulan April 1940, Jerman menginvasi Denmark dan Norwegia untuk mengamankan pengiriman bijih besi dari Swedia, yang hendak dihadang oleh Sekutu.[63] Denmark langsung menyerah, dan meski dibantu Sekutu, Norwegia berhasil dikuasai dalam waktu dua bulan.[64] Bulan Mei 1940, Britania menyerbu Islandia untuk mencegah kemungkinan invasi Jerman ke pulau itu.[65] Ketidakpuasan Britania atas kampanye Norwegia mendorong penggantian Perdana Menteri Neville Chamberlain dengan Winston Churchill pada tanggal 10 Mei 1940.[66] Serbuan Poros Jerman menyerbu Perancis, Belgia, Belanda, dan Luksemburg pada tanggal 10 Mei 1940.[67] Belanda dan Belgia kewalahan menghadapi taktik blitzkrieg dalam beberapa hari dan minggu. [68] Jalur Maginot yang dipertahankan Perancis dan pasukan Sekutu di Belgia diakali dengan bergerak secara mengapit melintasi hutan lebat Ardennes,[69] yang disalahartikan oleh perencana perang Perancis sebagai penghalang alami bagi kendaraan lapis baja.[70] Tentara Britania terpaksa keluar dari Eropa melalui Dunkirk, meninggalkan semua peralatan beratnya pada awal Juni.[71] Tanggal 10 Juni, Italia menyerbu Perancis, menyatakan perang terhadap Perancis dan Britania Raya;[72] dua belas hari kemudian Perancis menyerah dan langsung dibelah menjadi zona pendudukan Jerman dan Italia,[73] dan sebuah negara sisa yang tak diduduki di bawah Rezim Vichy. Pada tanggal 3 Juli, Britania menyerang armada Perancis di Aljazair untuk mencegah perebutan oleh Jerman.[74] Bulan Juni, pada hari-hari terakhir Pertempuran Perancis, Uni Soviet memaksa aneksasi Estonia, Latvia, dan Lituania,[57] lalu menganeksasi wilayah Bessarabia yang dipertentangkan Rumania. Sementara itu, kesesuaian politik dan kerja sama ekonomi Nazi-Soviet[75][76] perlahan buntu,[77][78] dan kedua negara mulai bersiap untuk perang.[79] Dengan Perancis dinetralkan, Jerman memulai kampanye superioritas udara atas Britania (Pertempuran Britania) untuk mempersiapkan sebuah invasi.[80] Kampanye ini gagal, dan rencana invasi tersebut dibatalkan pada bulan September.[80] Menggunakan pelabuhan-pelabuhan Perancis yang baru dicaplok, Angkatan Laut Jerman menikmati kesuksesan melawan Angkatan Laut Kerajaan dengan memakai kapal-U untuk menyerang kapal-kapal Britania di Atlantik.[81] Italia memulai operasinya di Mediterania, memulai pengepungan Malta bulan Juni, menguasai Somaliland Britania bulan Agustus, dan menerobos wilayah Mesir Britania bulan September 1940. Jepang meningkatkan pemblokirannya terhadap Cina pada bulan September dengan merebut sejumlah pangkalan di wilayah utara Indocina Perancis yang saat ini terisolasi.[82] Pertempuran Britania mengakhiri serbuan Jerman di Eropa Barat. Sepanjang periode ini, Amerika Serikat yang netral melakukan sejumlah hal untuk membantu Cina dan Sekutu Baratnya. Pada bulan November 1939, Undang-Undang Netralitas diamandemen untuk memungkinkan pembelian “beli dan angkut” oleh Sekutu.[83] Tahun 1940, setelah pencaplokan Paris oleh Jerman, ukuran Angkatan Laut Amerika Serikat meningkat pesat dan, setelah serbuan Jepang ke Indocina, Amerika Serikat memberlakukan embargo besi, baja, dan barang-barang mekanik terhadap Jepang.[84] Pada bulan September, Amerika Serikat menyetujui penukaran kapal penghancur AS dengan pangkalan Britania Raya.[85] Tetap saja, mayoritas rakyat Amerika Serikat menentang intervensi militer langsung apapun terhadap konflik ini sampai tahun 1941.[86] Pada akhir September 1940, Pakta Tiga Pihak menyatukan Jepang, Italia, dan Jerman untuk meresmikan Kekuatan Poros. Pakta Tiga Pihak ini menegaskan bahwa negara apapun, kecuali Uni Soviet, yang tidak terlibat dalam perang yang menyerang Kekuatan Poros apapun akan dipaksa berperang melawan ketiganya.[87] Pada waktu itu, Amerika Serikat terus mendukung Britania Raya dan Cina dengan memperkenalkan kebijakan Lend-Lease yang mengizinkan pengiriman material dan barang-barang lain[88] dan membuat zona keamanan yang membentang hingga separuh Samudra Atlantik agar Angkatan Laut Amerika Serikat bisa melindungi konvoi Britania.[89] Akibatnya, Jerman dan Amerika Serikat terlibat dalam peperangan laut di Atlantik Utara dan Tengah pada Oktober 1941, bahkan meski Amerika Serikat secara resmi tetap netral.[90][91] Blok Poros meluas bulan November 1940 ketika Hongaria, Slowakia, dan Rumania bergabung dengan Pakta Tiga Pihak ini.[92] Rumania akan memberi kontribusi besar terhadap perang Poros melawan Uni Soviet, sebagian untuk merebut kembali wilayah yang diserahkan kepada Soviet, sebagian lagi demi memenuhi keinginan pemimpinnya, Ion Antonescu, untuk melawan komunisme.[93] Pada bulan Oktober 1940, Italia menyerbu Yunani, tetapi beberapa hari kemudian digagalkan dan dipukul sampai Albania yang berakhir dengan kebuntuan.[94] Bulan Desember 1940, pasukan Persemakmuran Britania Raya memulai serangan balasan terhadap pasukan Italia di Mesir dan Afrika Timur Italia.[95] Pada awal 1941, dengan pasukan Italia dipukul hingga Libya oleh Persemakmuran, Churchill memerintahkan pengerahan tentara dari Afrika untuk membantu Yunani.[96] Angkatan Laut Italia juga menderita kekalahan besar, dengan Angkatan Laut Kerajaan membuat tiga kapal perang Italia tidak berfungsi melalui serangan kapal induk di Taranto, dan menetralisasi beberapa kapal perang lain pada Pertempuran Tanjung Matapan.[97] Tentara penerjun Jerman menyerbu pulau Kreta, Yunani, Mei 1941. Jerman segera turun tangan untuk membantu Italia. Hitler mengirimkan pasukan Jerman ke Libya pada bulan Februari, dan pada akhir Maret mereka melancarkan serangan terhadap pasukan Persemakmuran yang semakin sedikit.[98] Dalam kurun sebulan, pasukan Persemakmuran dipukul mundur ke Mesir dengan pengecualian pelabuhan Tobruk yang dikepung.[99] Persemakmuran berupaya mengusir pasukan Poros pada bulan Mei dan lagi pada bulan Juni, tetapi keduanya gagal.[100] Pada awal April, setelah penandatanganan Pakta Tiga Pihak oleh Bulgaria, Jerman turun tangan di Balkan dengan menyerbu Yunani dan Yugoslavia setelah terjadi kudeta; di sini mereka membuat kemajuan besar, sehingga memaksa Sekutu pindah setelah Jerman menguasai pulau Kreta, Yunani pada akhir Mei.[101] Sekutu sempat beberapa kali berhasil pada saat itu. Di Timur Tengah, pasukan Persemakmuran pertama menggagalkan kudeta di Irak yang dibantu pesawat Jerman dari pangkalan-pangkalan di Suriah Vichy,[102] kemudian dengan bantuan Perancis Merdeka, menyerbu Suriah dan Lebanon untuk mencegah peristiwa seperti itu lagi.[103] Di Atlantik, Britania berhasil menaikkan moral publik dengan menenggelamkan kapal perang Jerman Bismarck.[104] Mungkin yang terpenting adalah pada Pertempuran Britania, Angkatan Udara Kerajaan berhasil bertahan dari serangan Luftwaffe dan kampanye pengeboman Jerman yang berakhir bulan Mei 1941.[105] Di Asia, meski sejumlah serangan dari kedua pihak, perang antara Cina dan Jepang buntu pada tahun 1940. Demi meningkatkan tekanan terhadap Cina dengan memblokir rute-rute suplai, dan untuk memosisikan pasukan Jepang dengan tepat andai pecah perang dengan negara-negara Barat, Jepang merebut kendali militer di Indocina selatan[106] Pada Agustus 1940, kaum komunis Cina melancarkan serangan di Tiongkok Tengah; sebagai balasan, Jepang menerapkan kebijakan keras (Kebijakan Serba Tiga) di daerah-daerah pendudukan untuk mengurangi sumber daya manusia dan bahan mentah untuk pasukan komunis.[107] Antipati yang terus berlanjut antara pasukan komunis dan nasionalis Cina memuncak pada pertempuran bersenjata pada bulan Januari 1941, secara efektif mengakhiri kerja sama mereka.[108] Dengan stabilnya situasi di Eropa dan Asia, Jerman, Jepang, dan Uni Soviet mempersiapkan diri. Dengan kekhawatiran Soviet terhadap meningkatnya ketegangan dengan Jerman dan rencana Jepang untuk memanfaatkan Perang Eropa dengan merebut jajahan Eropa yang kaya sumber daya alam di Asia Tenggara, kedua kekuatan ini menandatangani Pakta Netralitas Soviet–Jepang pada bulan April 1941.[109] Kebalikannya, Jerman bersiap-siap menyerang Uni Soviet dengan menempatkan pasukan dalam jumlah besar di perbatasan Soviet.[110] Perang global (1941) Infanteri dan kendaraan lapis baja Jerman melawan pasukan Soviet di jalanan Kharkov, Oktober 1941. Pada tanggal 22 Juni 1941, Jerman, bersama anggota Poros Eropa lainnya dan Finlandia, menyerbu Uni Soviet dalam Operasi Barbarossa. Target utama serangan kejutan ini[111] adalah kawasan Baltik, Moskwa dan Ukraina dengan tujuan utama mengakhiri kampanye 1941 dekat jalur Arkhangelsk-Astrakhan yang menghubungkan Laut Kaspia dan Laut Putih. Tujuan Hitler adalah menghancurkan Uni Soviet sebagai sebuah kekuatan militer, menghapus komunisme, menciptakan Lebensraum (“ruang hidup”)[112] dengan memiskinkan penduduk asli[113] dan menjamin akses ke sumber daya strategis yang diperlukan untuk mengalahkan musuh-musuh Jerman yang tersisa.[114] Meski Angkatan Darat Merah mempersiapkan serangan balasan strategis sebelum perang,[115] Barbarossa memaksa komando tertinggi Soviet mengadopsi pertahanan strategis. Sepanjang musim panas, Poros berhasil menerobos jauh ke dalam wilayah Soviet, mengakibatkan kerugian besar dalam hal personil dan material. Pada pertengahan Agustus, Komando Tinggi Angkatan Darat Jerman memutuskan menunda serangan oleh Army Group Centre yang kecil dan mengalihkan Satuan Panzer ke-2 untuk membantu tentara yang maju melintasi Ukraina tengah dan Leningrad.[116] Serangan Kiev sukses besar dan berakhir dengan pengepungan dan penghancuran empat unit pasukan Soviet, serta memungkinkan pergerakan lebih lanjut di Krimea dan Ukraina Timur yang industrinya maju (Pertempuran Kharkov Pertama).[117] Serangan balasan Soviet pada pertempuran Moskwa, Desember 1941. Pengalihan tiga per empat pasukan Poros dan sebagian besar angkatan udaranya dari Perancis dan Mediterania tengah ke Front Timur[118] membuat Britania mempertimbangkan kembali strategi besarnya.[119] Pada bulan Juli, Britania Raya dan Uni Soviet membentuk aliansi militer melawan Jerman[120] Britania dan Soviet menyerbu Iran untuk melindungi Koridor Persia dan ladang minyak Iran.[121] Bulan Agustus, Britania Raya dan Amerika Serikat bersama-sama meresmikan Piagam Atlantik.[122] Pada bulan Oktober, ketika tujuan operasional Poros di Ukraina dan Baltik tercapai, dengan pengepungan Leningrad[123] dan Sevastopol yang masih berlanjut,[124] sebuah serangan besar ke Moskwa dilancarkan kembali. Setelah dua bulan bertempur sengit, pasukan Jerman hampir mencapai pinggiran terluar Moskwa, tempat tentara-tentaranya yang lelah[125] terpaksa menunda serangan mereka.[126] Pencaplokan teritorial besar dilakukan oleh pasukan Poros, tetapi kampanye mereka gagal mencapai tujuan utamanya: dua kota utama masih dikuasai Soviet, kemampuan memberontak Soviet gagal dipadamkan, dan Uni Soviet mempertahankan banyak sekali potensi militernya. Fase blitzkrieg perang di Eropa telah berakhir.[127] Animasi Teater Eropa PDII. Pada awal Desember, pasukan cadangan yang baru dimobilisasi[128] memungkinkan Soviet menyamakan jumlah tentaranya dengan Poros.[129] Hal ini, bersama data intelijen yang menetapkan jumlah minimum tentara Soviet di Timur yang cukup untuk mencegah serangan apapun oleh Angkatan Darat Kwantung Jepang,[130] memungkinkan Soviet memulai serangan balasan massal yang dimulai tanggal 5 Desember di front sepanjang 1.000 kilometer (620 mil) dan mendesak tentara Jerman mundur 100–250 kilometers (62–160 mil) ke barat.[131] Keberhasilan Jerman di Eropa menggugah Jerman untuk meningkatkan tekanannya terhadap pemerintah-pemerintah Eropa di Asia Tenggara. Pemerintah Belanda setuju menyediakan minyak untuk Jepang dari Hindia Timur Belanda, namun menolak menyerahkan kendali politik atas koloninya. Perancis Vichy, sebaliknya, menyetujui pendudukan Jepang di Indocina Perancis.[132] Pada bulan Juli 1941, Amerika Serikat, Britania Raya, dan pemerintah Barat lainnya bereaksi terhadap pendudukan Indocina dengan membekukan aset-aset Jepang, sementara Amerika Serikat (yang menyediakan 80 persen minyak Jepang[133]) merespon dengan menerapkan embargo minyak secara penuh.[134] Ini berarti Jepang terpaksa memilih antara mengabaikan ambisinya di Asia dan perang melawan Cina, atau merebut sumber daya alam yang diperlukan melalui kekuatan; militer Jepang tidak menganggap yang pertama sebagai pilihan, dan banyak pejabat menganggap embargo minyak sebagai pernyataan perang tidak langsung.[135] Jepang berencana merebut koloni-koloni Eropa di Asia dengan cepat untuk menciptakan perimeter defensif besar yang membentang hingga Pasifik Tengah; Jepang kemudian bebas mengeksploitasi sumber daya di Asia Tenggara sambil menyibukkan Sekutu dengan melancarkan perang defensif.[136] Untuk mencegah intervensi Amerika Serikat sambil mengamankan perimeter, Jepang berencana menetralisasi Armada Pasifik Amerika Serikat dari kancah perang.[137] Pada tanggal 7 Desember (8 Desember di Asia) 1941, Jepang menyerang aset-aset Britania dan Amerika Serikat dengan serangan di Asia Tenggara dan Pasifik Tengah secara nyaris bersamaan.[138] Peristiwa ini meliputi serangan ke armada Amerika Serikat di Pearl Harbor, pendaratan di Thailand dan Malaya[138] dan pertempuran Hong Kong. Kejatuhan Singapura pada Februari 1942 mengakibatkan 80.000 tentara Sekutu ditangkap dan diperbudak oleh Jepang. Serangan-serangan ini mendorong Amerika Serikat, Britania Raya, Cina, Australia, dan beberapa negara lain secara resmi menyatakan perang terhadap Jepang, sementara Uni Soviet, karena sedang terlibat dalam perang besar-besaran dengan blok Poros Eropa, memilih untuk tetap netral dengan Jepang.[139][140] Jerman dan negara-negara Poros menanggapi dengan menyatakan perang terhadap Amerika Serikat. Pada bulan Januari, Amerika Serikat, Britania Raya, Uni Soviet, Cina, dan 22 pemerintahan kecil atau terasingkan mengeluarkan Deklarasi oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, sehingga memperkuat Piagam Atlantik,[141] dan melakukan kewajiban untuk tidak menandatangani perjanjian damai terpisah dengan negara-negara Poros. Sejak 1941, Stalin terus meminta Churchill, dan kemudian Roosevelt, untuk membuka ‘front kedua’ di Perancis.[142] Front Timur menjadi teater perang besar di Eropa dan jumlah korban Soviet yang berjumlah jutaan menciutkan jumlah korban Sekutu Barat yang hanya ratusan ribu orang; Churchill dan Roosevelt mengatakan mereka butuh lebih banyak waktu untuk persiapan, sehingga memunculkan klaim bahwa mereka sengaja buntu untuk menyelamatkan orang-orang Barat dengan mengorbankan orang-orang Soviet.[143] Sementara itu, pada akhir April 1942, Jepang dan sekutunya Thailand hampir menguasai seluruh Burma, Malaya, Hindia Timur Belanda, Singapura,[144] dan Rabaul, sehingga menambah kerugian bagi tentara Sekutu dan banyak di antara mereka yang ditawan. Meski memberontak habis-habisan di Corregidor, Filipina akhirnya ditaklukkan pada bulan Mei 1942 dan memaksa pemerintah Persemakmuran Filipina mengasingkan diri.[145] Pasukan Jepang juga memenangkan pertempuran laut di Laut Cina Selatan, Laut Jawa, dan Samudra Hindia,[146] dan mengebom pangkalan laut Sekutu di Darwin, Australia. Satu-satunya kesuksesan sejati Sekutu melawan Jepang adalah kemenangan Cina di Changsha pada awal Januari 1942.[147] Kemenangan-kemenangan mudah atas lawan yang tidak punya persiapan ini membuat Jepang terlalu percaya diri dan berlebihan.[148] Jerman juga mewujudkan inisiatifnya. Dengan mengeksploitasi keputusan komando laut Amerika Serikat yang ragu-ragu, Angkatan Laut Jerman mengacaukan jalur kapal Sekutu di lepas pesisir Atlantik Amerika Serikat.[149] Meski kalah besar, anggota Poros Eropa menghentikan serbuan Soviet di Rusia Tengah dan Selatan, sehingga melindungi sebagian besar jajahan yang mereka peroleh pada tahun sebelumnya.[150] Di Afrika Utara, Jerman melancarkan sebuah serangan pada bulan Januari yang memukul Britania kembali ke posisinya di Garis Gazala pada awal Februari,[151] diikuti oleh meredanya pertempuran untuk sementara yang dimanfaatkan Jerman untuk mempersiapkan serangan mereka selanjutnya.[152] Kebuntuan serbuan Poros (1942) Pengebom tukik Amerika Serikat memerangi Mikuma pada Pertempuran Midway, Juni 1942. Pada awal Mei 1942, Jepang memulai operasi untuk menduduki Port Moresby dengan serangan amfibi dan memutuskan komunikasi dan jalur suplai antara Amerika Serikat dan Australia. Akan tetapi, Sekutu berhasil mencegah invasi ini dengan mencegat dan mengalahkan pasukan laut Jepang pada Pertempuran Laut Koral.[153] Rencana Jepang selanjutnya, termotivasi oleh Serangan Doolittle sebelumnya, adalah merebut Atol Midway dan memancing kapal induk Amerika Serikat ke kancah perang untuk dihancurkan; sebagai aksi pengalihan, Jepang juga mengirimkan pasukan untuk menduduki Kepulauan Aleut di Alaska.[154] Pada awal Juni, Jepang melaksanakan operasinya, tetapi Amerika Serikat, setelah berhasil memecahkan kode laut Jepang pada akhir Mei, mengetahui semua rencana dan pemindahan pasukan mereka dan memakai pengetahuan ini untuk memperoleh kemenangan telak di Midway atas Angkatan Laut Kekaisaran Jepang.[155] Dengan kapasitasnya untuk bertindak secara agresif hilang akibat Pertempuran Midway, Jepang memilih fokus pada upaya menduduki Port Moresby melalui kampanye darat di Teritori Papua.[156] AMerika Serikat merencanakan serangan balasan terhadap posisi Jepang di selatan Kepulauan Solomon, terutama Guadalcanal, sebagai tahap pertama menduduki Rabaul, pangkalan utama Jepang di Asia Tenggara.[157] Kedua rencana ini dimulai bulan Juli, namun pada pertengahan September, Pertempuran Guadalcanal dimenangkan Jepang, dan tentara-tentara di Nugini diperintahkan mundur dari Port Moresby ke bagian utara pulau, tempat mereka menghadapi tentara Australia dan Amerika Serikat dalam Pertempuran Buna-Gona.[158] Guadalcanal segera menjadi titik fokus bagi kedua pihak dengan komitmen besar tentara dan kapal dalam pertempuran Guadalcanal. Pada awal 1943, Jepang dikalahkan di pulau ini dan menarik tentara mereka.[159] Di Burma, pasukan Persemakmuran melancarkan dua operasi. Pertama, ofensif ke wilayah Arakan pada akhir 1942 gagal dan memaksa pasukan mundur ke India bulan Mei 1943.[160] Kedua, penyisipan pasukan ireguler ke belakang garis depan Jepang bulan Februari yang, pada akhir April, memperoleh hasil yang diragukan.[161] Tentara Soviet menyerang sebuah rumah pada Pertempuran Stalingrad, 1943. Di front timur Jerman, pasukan Poros mematahkan serangan Soviet di Semenanjung Kerch dan Kharkov,[162] dan kemudian melancarkan serangan musim panas utamanya terhadap Rusia Selatan pada bulan Juni 1942 untuk menguasai ladang minyak di Kaukasus dan menduduki stepa Kuban, sementara mempertahankan posisi di wilayah front sebelah utara dan tengah. Jerman membagi Grup Angkatan Darat Selatan menjadi dua grup: Grup Angkatan Darat A bergerak ke Sungai Don, sementara Grup Angkatan Darat B bergerak ke sebelah tenggara Kaukasus menuju Sungai Volga.[163] Soviet memutuskan bertahan di Stalingrad yang berada di jalur pergerakan pasukan Jerman. Pada pertengahan November, Jerman hampir berhasil menduduki Stalingrad dalam pertempuran jalanan saat Soviet memulai serangan balasan musim dingin keduanya, dimulai dengan mengepung pasukan Jerman di Stalingrad[164] dan serangan ke unggulan Rzhev dekat Moskwa, meski upaya terakhir gagal besar.[165] Pada awal Februari 1943, Angkatan Darat Jerman menderita kekalahan besar; tentara Jerman di Stalingrad dipaksa menyerah[166] dan garis depan dimundurkan hingga posisinya sebelum serangan musim panas. Pada pertengahan Februari, setelah desakan Soviet meruncing, Jerman melancarkan serangan lain ke Kharkov dan membentuk unggulan baru di garis depan mereka di sekitar kota Kursk, Rusia.[167] Tank Crusader Britania bergerak ke posisi depan pada Kampanye Afrika Utara. Pada bulan November 1941, pasukan Persemakmudan mengadakan serangan balasan, Operasi Crusader, di Afrika Utara dan mengklaim kembali semua wilayah yang direbut Jerman dan Italia.[168] Di Barat, kekhawatiran bahwa Jepang mungkin memakai pangkalan di Madagaskar Vichy mendorong Britania menyerbu pulau ini pada awal Mei 1942.[169] Kesuksesan ini tidak bertahan lama setelah Poros berhasil memukul Sekutu kembali ke Mesir dalam serangan di Libya sampai pasukan Poros dihentikan di El Alamein.[170] Di Eropa, serangan komando Sekutu terhadap target-target strategis, berakhir dengan Serangan Dieppe yang menghancurkan,[171] menunjukkan ketidakmampuan Sekutu Barat untuk melancarkan invasi ke daratan Eropa tanpa persiapan, perlengkapan, dan keamanan operasional yang lebih baik.[172] Pada bulan Agustus 1942, Sekutu sukses mematahkan serangan kedua terhadap El Alamein[173] dan, dengan banyak korban, berupaya mengirimkan suplai ke Malta yang sedang dikepung. [174] Beberapa bulan kemudian, Sekutu melancarkan serangan di Mesir, memecah pasukan Poros dan mendorong mereka ke barat melintasi Libya.[175] Serangan ini tidak lama kemudian dilanjutkan dengan invasi Inggris-Amerika Serikat ke Afrika Utara Perancis, yang berakhir dengan bergabungnya wilayah ini dengan Sekutu.[176] Hitler menanggapi pendudukan koloni Perancis ini dengan memerintahkan pendudukan Perancis Vichy;[176] meski pasukan Vichy sendiri tidak melawan pelanggaran gencatan senjata ini, mereka berusaha menenggelamkan armadanya sendiri agar tidak direbut pasukan Jerman.[177] Pasukan Poros yang sekarang kewalahan di Afrika mundur hingga Tunisia, yang kemudian dikuasai Sekutu pada bulan 1943. [178] Sekutu menguasai medan (1943) Video lama memperlihatkan pengeboman Hamburg oleh Sekutu. Pesawat Il-2 Soviet menyerang kolom Wehrmacht pada Pertempuran Kursk, 1 Juli 1943. Setelah Kampanye Guadalcanal, Sekutu memulai sejumlah operasi melawan Jepang di Pasifik. Pada bulan Mei 1943, pasukan Sekutu dikirim untuk mengusir pasukan Jepang dari Kepulauan Aleut,[179] dan segera memulai operasi besar untul mengisolasi Rabaul dengan menduduki pulau-pulau sekitarnya, dan menembus perimeter Pasifik Tengah Jepang di Kepulauan Gilbert dan Marshall.[180] Pada akhir Maret 1944, Sekutu menyelesaikan kedua misi ini, dan selain itu menetralisasi pangkalan Jepang di Truk di Kepulauan Caroline. Bulan April, Sekutu melancarkan operasi mencaplok kembali Nugini Barat.[181] Di Uni Soviet, baik Jerman dan Soviet menghabiskan musim semi dan awal musim panas 1943 dengan bersiap-siap untuk serangan besar di Rusia Tengah. Tanggal 4 Juli 1943, Jerman menyerang pasukan Soviet di sekitar Kursk Bulge. Dalam satu minggu, pasukan Jerman lelah menghadapi pertahanan Soviet yang sangat teratur[182][183] dan, untuk pertama kalinya dalam perang ini, Hitler membatalkan sebuah operasi sebelum memperoleh kesuksesan taktis atau operasional.[184] Keputusan ini sebagian dipengaruhi oleh invasi Sisilia oleh Sekutu Barat pada 9 Juli yang, bersama kegagalan-kegagalan Italia sebelumnya, berujung pada penggulingan dan penahanan Mussolini pada akhir bulan itu.[185] Tanggal 12 Juli 1943, Soviet melancarkan serangan balasannya sendiri, sehingga memupuskan harapan apapun bagi Angkatan Darat Jerman untuk memenangkan pertempuran atau buntu di timur. Kemenangan Soviet di Kursk menandai kejatuhan superioritas Jerman[186] dan memberi Uni Soviet inisiatif di Front Timur.[187][188] Jerman berusaha menstabilkan front timur mereka di sepanjang garis Panther-Wotan yang sangat dipertahankan, namun Soviet berhasil mendobraknya di Smolensk dan Serangan Dnieper Hilir.[189] Pada awal September 1943, Sekutu Barat menyerbu daratan Italia, diikuti gencatan senjata Italia dengan Sekutu.[190] Jerman menanggapinya dengan melumpuhkan pasukan Italia, mengambil alih kendali militer di wilayah Italia,[191] dan membuat serangkaian garis pertahanan.[192] Pasukan khusus Jerman kemudian menyelamatkan Mussolini, yang kemudian mendirikan negara klien baru di Italia dudukan Jerman bernama Republik Sosial Italia.[193] Sekutu Barat berperang melintasi beberapa garis hingga garis pertahanan utama Jerman pada pertengahan November.[194] Operasi Jerman di Atlantik juga terganggu. Pada Mei 1943, dengan efektifnya serangan balasan Sekutu, kerugian kapal selam Jerman yang besar memaksa kampanye laut Atlantik Jerman ditunda.[195] Pada bulan November 1943, Franklin D. Roosevelt dan Winston Churchill bertemu dengan Chiang Kai-shek di Kairo[196] dan Joseph Stalin di Teheran.[197] Konferensi pertama menentukan pengembalian teritori Jepang pascaperang,[196] sementara yang terakhir menghasilkan perjanjian bahwa Sekutu Barat akan menyerbu Eropa pada tahun 1944 dan Uni Soviet akan menyatakan perang terhadap Jepang dalam tiga bulan setelah kekalahan Jerman.[197] Tentara Britania menembakkan mortir pada Pertempuran Imphal, India Timur Laut, 1944. Sejak November 1943, selama tujuh minggu di Pertempuran Changde, Cina memaksa Jepang memasuki perang atrisi yang merugikan sambil menunggu bantuan Sekutu.[198][199] Bulan Januari 1944, Sekutu melancarkan serangkaian serangan di Italia terhadap garis di Monte Cassino dan berupaya menembusnya dengan mendarat di Anzio.[200] Pada akhir Januari, serangan besar Soviet mengusir pasukan Jerman dari wilayah Leningrad,[201] dan mengakhiri pengepungan paling mematikan dan terlama sepanjang sejarah. Serangan Soviet selanjutnya terhalang di perbatasan Estonia sebelum perang oleh Grup Angkatan Darat Utara Jerman yang dibantu penduduk Estonia yang berharap menetapkan kembali kemerdekaan nasional mereka. Penundaan ini memperlambat operasi Soviet selanjutnya di kawasan Laut Baltik.[202] Pada akhir Mei 1944, Soviet berhasil membebaskan Krimea, mengusir pasukan Poros besar-besaran dari Ukraina, dan melakukan terobosan ke teritori Rumania, yang dipukul balik oleh pasukan Poros.[203] Serangan Sekutu di Italia berhasil dan, dengan mengizinkan sejumlah divisi Jerman mundur, pada tanggal 4 Juni Roma ditaklukkan.[204] Sekutu mengalami berbagai keberhasilan di daratan Asia. Bulan Maret 1944,Jepang melancarkan invasi pertama dari dua rencananya, operasi melawan posisi Britania di Assam, India,[205] dan kemudian mengepung posisi Persemakmuran di Imphal dan Kohima.[206] Bulan Mei 1944, pasukan Britania melakukan serangan balasan yang mendorong tentara Jepang kembali ke Burma,[206] dan pasukan Cina yang menyerbu Burma utara pada akhir 1943 mengepung tentara Jepang di Myitkyina.[207] Invasi Jepang kedua berupaya menghancurkan pasukan tempur utama Cina, melindungi jalur kereta api di antara teritori dudukan Jepang dan menduduki lapangan udara Sekutu.[208] Bulan Juni, Jepang telah menguasai provinsi Henan dan memulai serangan baru terhadap Changsha di provinsi Hunan.[209] Sekutu mendekat (1944) Invasi Normandia oleh Sekutu, 6 Juni 1944 Personil dan perlengkapan Pasukan Merah melintasi sungai saat musim panas utara 1944 Pada tanggal 6 Juni 1944 (dikenal sebagai D-Day), setelah tiga tahun ditekan Soviet,[143] Sekutu Barat menyerbu Perancis Utara. Setelah menyusun kembali beberapa divisi Sekutu dari Italia, mereka juga menyerang Perancis Selatan.[210] Semua pendaratan ini berhasil dan berakhir dengan kekalahan unit Angkatan Darat Jerman di Perancis. Paris dibebaskan oleh pemberontakan lokal yang dibantu Pasukan Perancis Merdeka pada tanggal 25 Agustus[211] dan Sekutu Barat terus memukul pasukan Jerman di Eropa Timur sepanjang paruh terakhir tahun ini. Sebuah upaya bergerak maju melintasi Jerman Utara yang diawali dengan operasi udara besar-besaran di Belanda tidak berhasil.[212] Setelah itu, Sekutu Barat pelan-pelan masuk wilayah Jerman, namun gagal menyeberangi Sungai Rur dalam serangan besar. Di Italia, serbuan Sekutu juga terhambat saat mereka melintasi garis pertahanan besar Jerman terakhir. Pada tanggal 22 Juni, Soviet mengadakan serangan strategis di Belarus (“Operasi Bagration”) yang berakhir dengan nyaris kehancuran total Pusat Grup Angkatan Darat Jerman.[213] Tidak lama selepas itu, serangan strategis Soviet lainnya mengusir tentara Jerman dari Ukraina Barat dan Polandia Timur. Pergerakan Soviet sukses memaksa pasukan pemberontak di Polandia memulai sejumlah pemberontakan, meski yang terbesar di Warsawa, serta Pemberontakan Slowakia di selatan, tidak dibantu Soviet dan dipadamkan oleh pasukan Jerman.[214] Serangan strategis Pasukan Merah di Rumania timur memecah belah dan menghancurkan pasukan Jerman di sana sekaligus berhasil menggulingkan pemerintahan di Rumania dan Bulgaria, diikuti dengan memihaknya negara-negara tersebut ke Sekutu.[215] Milisi Polandia pada Pemberontakan Warsawa yang menewaskan 200.000 warga sipil. Pada bulan September 1944, tentara Angkatan Darat Merah Soviet melaju hingga Yugoslavia dan memaksa penarikan cepat Grup Angkatan Darat Jerman E dan F di Yunani, Albania, dan Yugoslavia untuk menyelamatkan mereka dari kehancuran.[216] Pada saat ini, Partisan Komunis pimpinan Marsekal Josip Broz Tito, yang memulai kampanye gerilya sukses melawan pendudukan sejak 1941, menguasai sebagian besar teritori Yugoslavia dan terlibat dalam menunda serangan terhadap pasukan Jerman di selatan. Di Serbia utara, Pasukan Merah, dengan bantuan terbatas dari pasukan Bulgaria, membantu Partisan dalam pembebasan bersama ibu kota Belgrade tanggal 20 Oktober. Beberapa hari kemudian, Soviet melancarkan serangan massal terhadap Hongaria dudukan Jerman yang berlangsung sampai jatuhnya Budapest pada bulan Februari 1945.[217] Kebalikan dengan kemenangan impresif Soviet di Balkan, pemberontakan Finlandia terhadap serangan Soviet di Tanah Genting Karelia menggagalkan pendudukan Soviet di Finlandia dan berakhir dengan penandatanganan gencatan senjata Soviet-Finlandia pada kondisi relatif kondusif,[218][219] disertai memihaknya Finlandia ke Sekutu. Pada awal Juli, pasukan Persemakmuran di Asia Tenggara menggagalkan pengepungan Jepang di Assam, memukul pasukannya kembali hingga Sungai Chindwin[220] sementara Cina mencaplok Myitkyina. Di Cina, Jepang menuai kesuksesan besar, berhasil mencaplok Changsha pada pertengahan Juni dan kota Hengyang pada awal Agustus.[221] Selepas itu, mereka menyerbu provinsi Guangxi, memenangkan pertempuran besar melawan pasukan Cina di Guilin dan Liuzhou pada akhir November[222] dan berhasil menyatukan pasukan mereka di Tiongkok dan Indocina pada pertengahan Desember.[223] Di Pasifik, pasukan Amerika Serikat terus menekan mundur perimeter Jepang. Pada pertengahan Juni 1944, mereka memulai serangan ke Kepulauan Mariana dan Palau, dan dengan telak mengalahkan pasukan Jepang pada Pertempuran Laut Filipina. Kekalahan-kekalahan ini memaksa Perdana Menteri Jepang Tōjō mengundurkan diri dan memberi Amerika Serikat keunggulan atas pangkalan udara baru untuk melancarkan serangan bom besar-besaran di kepulauan utama Jepang. Pada akhir Oktober, pasukan Amerika Serikat menyerbu pulau Leyte, Filipina; tidak lama kemudian, angkatan laut Sekutu mencetak kemenangan besar pada Pertempuran Teluk Leyte, salah satu pertempuran laut terbesar sepanjang sejarah.[224] Poros runtuh, Sekutu menang (1945) Tanggal 16 Desember 1944, Jerman mengupayakan kesuksesan terakhirnya di Front Barat dengan mengerahkan sisa-sisa pasukan cadangannya untuk melancarkan serangan balasan massal di Ardennes untuk memecah belah Sekutu Barat, mengepung sebagian besar tentara Sekutu Barat dan menaklukkan pelabuhan suplai utama mereka di Antwerp demi mencapai penyelesaian politik.[225] Pada Januari, serangan ini digagalkan tanpa satu tujuan strategis pun yang tercapai.[225] Di italia, Sekutu Barat tetap buntu di garis pertahanan Jerman. Pada pertengahan Januari 1945, Soviet menyerbu Polandia, bergerak dari Sungai Vistula ke Sungai Oder di Jerman, dan menduduki Prusia Timur.[226] Tanggal 4 Februari, para pemimpin A.S., Britania Raya, dan Soviet bertemu di Konferensi Yalta. Mereka menyetujui pendudukan di Jerman pascaperang,[227] dan Uni Soviet bergabung dalam perang melawan Jepang.[228] Pada bulan Februari, Soviet menginvasi Silesia dan Pomerania, sementara Sekutu Barat memasuki Jerman Barat dan mendekati Sungai Rhine. Bulan Maret, Sekutu Barat melintasi Rhine di utara dan selatan Ruhr, mengepung Grup Agkatan Darat Jerman B,[229] sementara Soviet melaju ke Wina. Pada awal April, Sekutu Barat akhirnya berhasil membuat kemajuan di Italia dan bergerak melintasi Jerman Barat, sementara pasukan Soviet menyerbu Berlin pada akhir April; kedua pasukan bertemu di sungai Elbe tanggal 25 April. Tanggal 30 April 1945, Reichstag diduduki dan menandakan kekalahan militer Reich Ketiga.[230] Sejumlah perubahan kepemimpinan terjadi pada masa ini. Tanggal 12 April, Presiden A.S. Roosevelt meninggal dunia dan digantikan oleh Harry Truman. Benito Mussolini dibunuh oleh partisan Italia tanggal 28 April.[231] Dua hari kemudian, Hitler bunuh diri dan digantikan oleh Laksamana Agung Karl Dönitz.[232] Pasukan Jerman menyerah di Italia pada tanggal 29 April. Instrumen penyerahan diri Jerman ditandatangani tanggal 7 Mei di Reims,[233] dan diratifikasi tanggal 8 Mei di Berlin.[234] Pusat Grup Angkatan Darat Jerman bertahan di Praha sampai 11 Mei.[235] Di teater Pasifik, pasukan Amerika Serikat dibantu Persemakmuran Filipina bergerak maju di Filipina, membebaskan Leyte pada akhir April 1945. Mereka mendarat di Luzon bulan Januari 1945 dan mencaplok Manila bulan Maret setelah pertempuran yang menghancurkan kota ini. Pertempuran berlanjut di Luzon, Mindanao dan pulau-pulau lain di Filipina sampai berakhirnya perang.[236] Bulan Mei 1945, tentara Australia mendarat di Kalimantan dan menduduki ladang minyak di sana. Pasukan Britania, Amerika Serikat, dan Cina mengalahkan Jepang di Burma utara pada bulan Maret, dan Britania mencapai Rangoon pada tanggal 3 Mei.[237] Pasukan Cina mulai balas menyerang pada Pertempuran Hunan Barat yang pecah antara 6 April dan 7 Juni 1945. Pasukan Amerika Serikat juga bergerak ke Jepang, mencaplok Iwo Jima pada bulan Maret, dan Okinawa pada akhir Juni.[238] Pesawat pengebom Amerika Serikat menghancurkan kotakota Jepang dan kapal selam Amerika Serikat memutuskan impor Jepang.[239] Tanggal 11 Juli, para pemimpin Sekutu bertemu di Potsdam, Jerman. Mereka menyetujui perjanjian awal tentang Jerman,[240] dan menegaskan tuntutan penyerahan diri semua pasukan Jepang oleh Jepang, dengan menyatakan bahwa “alternatif bagi Jepang adalah kehancuran dalam waktu singkat”.[241] Dalam konferensi ini, Britania Raya mengadakan pemilu dan Clement Attlee menggantikan Churchill sebagai Perdana Menteri.[242] Saat Jepang terus mengabaikan persyaratan Potsdam, Amerika Serikat menjatuhkan bom atom di kota Hiroshima dan Nagasaki, Jepang, pada awal Agustus. Di antara kedua pengeboman ini, Soviet, sesuai perjanjian Yalta, menyerbu Manchuria dudukan Jepang dan dengan cepat mengalahkan Angkatan Darat Kwantung yang saat itu merupakan pasukan tempur Jepang terbesar. [243][244] Pasukan Merah juga menduduki Pulau Sakhalin dan Kepulauan Kuril. Pada tanggal 15 Agustus 1945, Jepang menyerah dengan penandatanganan dokumen penyerahan diri di atas geladak kapal perang Amerika Serikat USS Missouri pada tanggal 2 September 1945, sehingga mengakhiri perang ini.[233] Tentara Amerika Serikat dan Soviet bertemu bulan April 1945 di timur Sungai Elbe. Jalanan pusat kota Berlin yang hancur pasca-Pertempuran Berlin, diambil tanggal 3 Juli 1945. Ledakan atom di Nagasaki, 9 Agustus 1945. Dampak Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dampak Perang Dunia II Sekutu mendirikan pemerintahan pendudukan di Austria dan Jerman. Negara pertama menjadi negara netral dan tidak memihak dengan blok politik manapun. Negara terakhir dibelah menjadi zona pendudukan barat dan timur yang dikuasai Sekutu Barat dan Uni Soviet. Program denazifikasi di Jerman melibatkan pengadilan penjahat perang Nazi dan penggulingan mantan Nazi dari kekuasaan, meski kebijakan ini lebih condong ke amnesti dan reintegrasi mantan Nazi ke masyarakat Jerman Barat.[245] Jerman kehilangan seperempat wilayahnya sebelum perang (1937), wilayah timur: Silesia, Neumark dan sebagian besar Pomerania diambil alih Polandia; Prusia Timur dibagi antara Polandia dan Uni Soviet, diikuti dengan pengusiran 9 juta warga Jerman dari provinsi-provinsi tersebut, serta 3 juta warga Jerman dari Sudetenland di Cekoslowakia ke Jerman. Pada 1950-an, satu dari lima orang Jerman Barat adalah pengungsi dari timur. Uni Soviet juga menduduki provinsi milik Polandia di sebelah timur Garis Curzon (melibatkan pengusiran 2 juta warga Polandia), [246] Rumania Timur,[247][248] dan sebagian Finlandia timur,[249] serta tiga negara Baltik.[250][251] Perdana Menteri Winston Churchill memberi tanda “Victory” kepada kerumunan di London pada Hari Kemenangan di Eropa. Demi mempertahankan perdamaian,[252] Sekutu mendirikan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang resmi berdiri tanggal 24 Oktober 1945,[253] dan mengadopsi Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia tahun 1948 sebagai standar umum bagi semua negara anggotanya.[254] Kekuatan-kekuatan besar yang menjadi pemenang perang—Amerika Serikat, Uni Soviet, Cina, Britania Raya, dan Perancis—menjadi anggota permanen Dewan Keamanan PBB.[3] Kelima anggota permanen ini masih ada sampai sekarang, meski terjadi perubahan dua kursi, angata Republik Tiongkok dan Republik Rakyat Tiongkok tahun 1971, dan antara Uni Soviet dan negara penggantinya, Federasi Rusia, setelah pembubaran UNi Soviet. Aliansi antara Sekutu Barat dan Uni Soviet mulai memburuk, bahkan sejak sebelum perang berakhir.[255] Jerman dibagi secara de facto, dan dua negara merdeka, Republik Federal Jerman dan Republik Demokratik Jerman[256] dibentuk di dalam perbatasan zona pendudukan Sekutu dan Soviet. Seluruh Eropa terbagi antara cakupan pengaruh Barat dan Soviet.[257] Kebanyakan negara Eropa timur dan tengah masuk dalam cakupan Soviet yang melibatkan pendirian rezim-rezim Komunis dengan dukungan penuh atau setengah dari otoritas pendudukan Soviet. Akibatnya, Polandia, Hongaria,[258] Cekoslowakia,[259] Rumania, Albania,[260] dan Jerman Timur menjadi negara satelit Soviet. Yugoslavia Komunis melaksanakan kebijakan merdeka penuh yang menciptakan ketegangan dengan Uni Soviet.[261] Pembagian dunia pascaperang diresmikan oleh dua aliansi militer internasional, NATO pimpinan Amerika Serikat dan Pakta Warsawa pimpinan Soviet;[262] periode panjang ketegangan politik dan persaingan militer di antara mereka, Perang Dingin, akan dilengkapi oleh perlombaan senjata dan perang proksi yang tidak terduga.[263] Di Asia, Amerika Serikat memimpin pendudukan Jepang dan menguasai bekas pulau-pulau Jepang di Pasifik Barat, sementara Soviet menganeksasi Sakhalin dan Kepulauan Kuril.[264] Korea, sebelumnya di bawah kekuasaan Jepang, dibagi dan diduduki oleh Amerika Serikat di Selatan dan Uni Soviet di Utara antara 1945 dan 1948. Republik terpisah muncul di kedua sisi garis paralel ke-38 pada tahun 1948, masing-masing mengklaim sebagai pemerintahan sah untuk seluruh Korea dan berujung pada pecahnya Perang Korea.[265] Di Cina, pasukan nasionalis dan komunis melanjutkan perang saudara pada bulan Juni 1946. Pasukan komunis menang dan mendirikan Republik Rakyat Tiongkok di daratan, sementara pasukan nasionalis mundur ke Taiwan tahun 1949.[266] Di Timur Tengah, penolakan Arab terhadap Rencana Pembagian Palestina Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pembentukan Israel menandai eskalasi konflik Arab-Israel. Saat kekuatan-kekuatan kolonial Eropa berupaya merebut kembali sebagian atau semua imperium kolonialnya, kehilangan prestise dan sumber daya saat perang justru menggagalkan upaya ini dan mendorong dilakukannya dekolonisasi.[267][268] Ekonomi global menderita akibat perang, meski negara-negara yang terlibat terpengaruh dengan berbagai cara. Amerika Serikat tampil lebih kaya daripada negara lain; negara ini mengalami ledakan bayi dan pada tahun 1950 produk domestik bruto per orangnya lebih tinggi daripada negara-negara besar lain dan Amerika Serikat mendominasi ekonomi dunia.[269][270] Britania Raya dan Amerika Serikat menerapkan kebijakan pelucutan industri di Jerman Barat pada tahun 1945–1948.[271] Akibat perdagangan internasional yang saling tergantung, hal ini menciptakan stagnasi ekonomi di Eropa dan menunda pemulihan Eropa selama beberapa tahun.[272][273] Pemulihan dimulai dengan reformasi mata uang di Jerman Barat pada pertengahan 1948 dan dipercepat oleh liberalisasi kebijakan ekonomi Eropa yang dipengaruhi Rencana Marshall (1948– 1951) baik secara langsung maupun tidak langsung.[274][275] Pemulihan Jerman Barat pasca-1948 disebut-sebut sebagai keajaiban ekonomi Jerman.[276] Selain itu, ekonomi Italia[277] [278] dan Perancis juga meroket.[279] Kebalikannya, Britania Raya berada dalam fase kekacauan ekonomi,[280] dan terus memburuk selama beberapa dasawarsa.[281] Uni Soviet, meski menderita kerugian manusia dan material yang luar biasa, juga mengalami peningkatan pesat produksi pada masa-masa pascaperang.[282] Jepang mengalami pertumbuhan ekonomi pesat, menjadi salah satu ekonomi terkuat dunia pada tahun 1980-an.[283] Cina kembali ke produksi industrinya sebelum perang pada tahun 1952.[284] Peta kolonisasi dunia tahun 1945. Dengan berakhirnya perang, perang pembebasan bangsa tercipta, berakhir dengan pembentukan Israel dan dekolonisasi Asia dan Afrika. Komandan Agung 5 Juni 1945 di Berlin: Korban dan kejahatan perang Artikel utama untuk bagian ini adalah: Korban Perang Dunia II dan Kejahatan perang pada Perang Dunia II Korban jiwa Perang Dunia II Perkiraan total korban perang bervariasi, karena banyak kematian yang tidak tercatat. Kebanyakan pihak memperkirakan sekitar 60 juta orang tewas dalam perang, termasuk 20 juta tentara dan 40 juta warga sipil.[285][286][287] Banyak warga sipil tewas akibat wabah, kelaparan, pembantaian, pengeboman, dan genosida yang disengaja. Uni Soviet kehilangan sekitar 27 juta rakyatnya sepanjang perang,[288] termasuk 8,7 juta personil militer dan 19 juta warga sipil. Pangsa korban jiwa militer terbesar adalah etnis Rusia (5.756.000), diikuti etnis Ukraina (1,377,400).[289] Satu dari empat warga sipil Sovet dibunuh atau terluka dalam perang ini.[290] Jerman mengalami 5,3 juta kematian militer, kebanyakan di Front Timur dan sepanjang pertempuran terakhir di Jerman.[291] Dari total korban tewas pada Perang Dunia II, sekitar 85 persen—kebanyakan Soviet dan Cina—berada di pihak Sekutu dan 15 persen sisanya di pihak Poros. Sebagian besar kematian ini diakibatkan oleh kejahatan perang yang dilakukan pasukan Jerman dan Jepang di wilayah pendudukan. Sekitar 11[292] sampai 17 juta[293] warga sipil tewas akibat kebijakan ideologi Nazi secara langsung maupun tidak langsung, termasuk genosida sistematis sekitar enam juta kaum Yahudi sepanjang Holocaust ditambah lima juta bangsa Roma, homoseksual, serta Slav dan suku bangsa atau kaum minoritas lainnya.[294] Secara kasar 7,5 juta warga sipil tewas di Tiongkok selama pendudukan Jepang.[295] Ratusan ribu (perkiraan bervariasi) etnis Serbia, bersama gipsi dan Yahudi, dibunuh oleh Ustaše Kroasia yang berpihak pada Poros di Yugoslavia,[296] dengan pembunuhan balas dendam terhadap warga sipil Kroasia tepat setelah perang berakhir. Warga sipil Cina hendak dikubur hidup-hidup oleh tentara Jepang. Kekejaman Jepang yang paling terkenal adalah Pembantaian Nanking, yaitu ketika sekian ratus ribu warga sipil Cina diperkosa dan dibunuh.[297] Antara 3 juta hingga lebih dari 10 juta warga sipil, kebanyakan etnis Tionghoa, dibunuh oleh pasukan pendudukan Jepang.[298] Mitsuyoshi Himeta melaporkan 2,7 juta korban jiwa selama dilaksanakannya Sankō Sakusen. Jenderal Yasuji Okamura menerapkan kebijakan ini di Heipei dan Shantung.[299] Pasukan Poros memakai senjata biologis dan kimia dalam jumlah terbatas. Italia memakai gas mustar saat menaklukkan Abisinia,[300] sementara Angkatan Darat Kekaisaran Jepang memakai berbagai macam senjata saat menyerbu dan menduduki Cina (lihat Unit 731)[301][302] dan pada konflik awal melawan Soviet.[303] Baik Jerman dan Jepang menguji senjatasenjata tersebut terhadap warga sipil[304] serta tahanan perang.[305] Meski banyak aksi Poros diadili dalam pengadilan internasional pertama di dunia,[306] insiden yang diakibatkan pihak Sekutu tidak diadili. Misalnya, pemindahan penduduk di Uni Soviet dan penahanan warga Jepang Amerika di Amerika Serikat; Operasi Keelhaul,[307] pengusiran penduduk Jerman setelah Perang Dunia II, pemerkosaan pada pendudukan Jerman; pembantaian Katyn oleh Uni Soviet, yang tanggung jawabnya dituduhkan kepada Jerman. Sejumlah besar kematian akibat kelaparan juga disebabkan oleh perang, seperti kelaparan Bengal 1943 dan kelaparan Vietnam 1944–45.[308] Sejumlah sejarawan, seperti Jörg Friedrich, menegaskan bahwa pengeboman massal kawasan berpenduduk di wilayah musuh, termasuk Tokyo dan terutama kota-kota Jerman di Dresden, Hamburg, dan Koln oleh Sekutu Barat, yang mengakibatkan kehancuran lebih dari 160 kota dan kematian 600.000 warga sipil Jerman, bisa dianggap sebagai kejahatan perang.[309] Kamp konsentrasi dan perbudakan Informasi lebih lanjut: Holocaust, Konsekuensi Nazisme, Kejahatan perang Jepang, dan Kejahatan perang Sekutu pada Perang Dunia II Jenazah di kamp konsentrasi Mauthausen-Gusen setelah dibebaskan, kemungkinan tahanan politik atau tahanan perang Soviet Nazi bertanggung jawab atas terjadinya Holocaust, yaitu pembunuhan sekitar enam juta (meskipun jumlahnya diragukan) kaum Yahudi (kebanyakan Ashkenazim), serta dua juta etnis Polandia dan empat juta orang lainnya yang dianggap “tidak layak hidup” (termasuk orang cacat dan sakit jiwa, tahanan perang Soviet, homoseksual, Freemason, Saksi-Saksi Yehuwa, dan Romani) sebagai bagian dari program pemusnahan dengan sengaja. Sekitar 12 juta orang, kebanyakan penduduk Eropa Timur, dipekerjakan sebagai buruh paksa di ekonomi perang Jerman. [310] Terlepas dari semua itu, ada beberapa pihak yang meragukan jumlah korban Holocoust. Mereka beranggapan bahwa korban Holocoust tidak sampai mencapai 6 juta orang, melainkan hanya ratusan ribu saja. Peristiwa ini juga dianggap oleh pihak-pihak tertentu sebagai propaganda untuk menarik simpati terhadap berdirinya negara Israel. Banyaknya negara-negara Eropa memberikan hukuman bagi siapa saja yang tidak percaya pada peristiwa Holocoust dan seringnya peristiwa ini ditunjukkan dalam film-film dan dalam buku-buku sejarah, membuat pihakpihak tersebut ragu akan kebenaran peristiwa ini. Namun, terlepas dari semua keraguan itu, peristiwa pembantaian dan penyiksaan terhadap Yahudi benar-benar ada, meskipun jumlah korbannya masih kontroversial. Selain kamp konsentrasi Nazi, gulag (kamp buruh) Soviet mengakibatkan kematian warga sipil negara-negara yang diduduki seperti Polandia, Lituania, Latvia, dan Estonia, serta tahanan perang Jerman dan bahkan warga sipil Soviet yang dianggap mendukung Nazi.[311] Enam puluh persen tahanan perang Jerman di Soviet tewas sepanjang perang.[312] Richard Overy memberi jumlah 5,7 juta tahanan perang Soviet. Dari jumlah tersebut, 57 persen meninggal dunia atau dibunuh dengan jumlah 3,6 juta orang.[313] Mantan tahanan perang Soviet dan warga sipil yang pulang diperlakukan dengan kecurigaan luar biasa sebagai pendukung Nazi yang potensial, dan beberapa di antara mereka dikirim ke Gulag setelah diperiksa NKVD.[314] Kamp tahanan perang Jepang, kebanyakan dipakai sebagai kamp buruh, juga memiliki tingkat kematian tinggi. Pengadilan Militer Internasional untuk Timur Jauh menemukan tingkat kematian tahanan Barat adalah 27,1 persen (37 persen untuk tahanan perang Amerika Serikat),[315] tujuh kali lebih tinggi daripada tahanan perang di Jerman dan Italia.[316] Sementara 37.583 tahanan dari Britania Raya, 28.500 dari Belanda, dan 14.743 dari Amerika Serikat dilepaskan setelah penyerahan diri Jepang, tahanan Cina yang dilepas hanya 56 orang.[317] Menurut sejarawan Zhifen Ju, sedikitnya lima juta warga sipil Cina dari Tiongkok utara dan Manchukuo diperbudak antara 1935 dan 1941 oleh Dewan Pembangunan Asia Timur, atau Kōain, untuk bekerja di pertambangan dan industri perang. Setelah 1942, jumlah ini mencapai 10 juta orang.[318] U.S. Library of Congress memperkirakan bahwa di Jawa, antar 4 dan 10 juta romusha (bahasa Indonesia: “buruh manual”), dipaksa bekerja oleh militer Jepang. Sekitar 270.000 buruh Jawa dikirim ke wilayah pendudukan Jepang lain di Asia Tenggara, dan hanya 52.000 orang yang pulang ke Jawa.[319] Pada tanggal 19 Februari 1942, Roosevelt menandatangani Perintah Eksekutif 9066 yang menahan ribuan orang Jepang, Italia, Jerman Amerika, dan sejumlah emigran dari Hawaii yang mengungsi setelah pengeboman Pearl Harbor sampai perang berakhir. Pemerintah A.S. dan Kanada menahan 150.000 warga Jepang Amerika.[320][321] Selain itu, 14.000 penduduk Jerman dan Italia di A.S. yang dianggap sebagai risiko keamanan juga ditahan.[322] Sesuai perjanjian Sekutu pada Konferensi Yalta, jutaan tahanan perang dan warga sipil dimanfaatkan sebagai buruh paksa oleh Uni Soviet.[323] Dalam hal Hongaria, penduduknya dipaksa bekerja untuk Uni Soviet sampai 1955.[324] Front dalam negeri dan produksi Artikel utama untuk bagian ini adalah: Produksi militer pada Perang Dunia II dan Front dalam negeri pada Perang Dunia II Rasio PDB Sekutu dibandingkan dengan Poros Di Eropa, sebelum pecah perang, Sekutu memiliki keunggulan signifikan dalam hal populasi dan ekonomi. Pada tahun 1938, Sekutu Barat (Britania Raya, Perancis, Polandia, dan Jajahan Britania) memiliki populasi 30 persen lebih besar dan produk domestik bruto 30 persen lebih besar daripada Poros Eropa (Jerman dan Italia); jika koloni disertakan dalam hitungan, Sekutu mendapatkan keunggulan 5:1 dalam jumlah penduduk dan 2:1 dalam PDB.[325] Di Asia pada saat yang sama, Cina memiliki jumlah penduduk enam kali lebih banyak daripada Jepang, tetapi PDB yang 89 persen lebih tinggi; jumlah ini berkurang menjadi populasi tiga kali lebih banyak dan PDB 38 persen lebih tinggi jika koloni-koloni Jepang disertakan dalam hitungan. [325] Meski keunggulan ekonomi dan populasi Sekutu dimanfaatkan besar-besaran selama serangan blitzkrieg awal Jerman dan Jepang, mereka menjadi faktor penentu pada tahun 1942, setelah Amerika Serikat dan Uni Soviet bergabung dengan Sekutu, setelah sebagian besar perang ini menjadi perang atrisi.[326] Sementara kemampuan Sekutu untuk melampaui produksi Poros sering dikaitkan dengan akses Sekutu yang besar ke sumber daya alam, faktor-faktor lain, seperti keengganan Jerman dan Jepang untuk mempekerjakan wanita dalam tenaga kerja,[327][328] pengeboman strategis oleh Sekutu,[329][330] dan peralihan terbaru Jerman ke ekonomi perang[331] sangat berkontribusi besar. Selain itu, baik Jerman maupun Jepang tidak berencana mengadakan perang yang berkepanjangan, dan tidak sanggup melakukannya.[332][333] Untuk meningkatkan produksi mereka, Jerman dan Jepang memanfaatkan jutaan buruh budak;[334] Jerman memanfaatkan 12 juta orang, kebanyakan dari Eropa Timur,[310] sementara Jepang memanfaatkan lebih dari 18 juta orang di Asia Timur Jauh.[318][319] Pendudukan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kolaborasi dengan Kekuatan Poros pada Perang Dunia II, Pemberontakan pada Perang Dunia II, dan Eropa dudukan Jerman Partisan Soviet digantung oleh tentara Jerman pada Januari 1943 Di Eropa, pendudukan muncul dalam dua bentuk yang sangat berbeda. Di Eropa Barat, Utara, dan Tengah (Perancis, Norwegia, Denmark, Negara-Negara Hilir, dan wilayah Cekoslowakia yang dianeksasi), Jerman menerapkan kebijakan ekonomi yang berhasil mengumpulkan 69,5 miliar reichmark (27,8 miliar dolar AS) pada akhir perang; jumlah ini tidak meliputi perampokan produk industri, perlengkapan militer, bahan mentah, dan barang-barang lain.[335] Dari situ, pendapatan yang muncul dari negara-negara pendudukan mencapai 40 persen dari pendapatan yang dikumpulkan Jerman dari pajak, jumlah yang meningkat hampir 40 persen dari total pendapatan Jerman sepanjang perang.[336] Di Timur, keuntungan yang diharapkan dari Lebensraum tidak pernah didapatkan karena garis depan yang berfluktuasi dan kebijakan bumi hangus Soviet memusnahkan sumber daya bagi para penjajah Jerman.[337] Tidak seperti di Barat, kebijakan ras Nazi mengizinkan kekejaman berlebihan terhadap “orang inferior” keturunan Slavik; sebagian besar serbuan Jerman disertai dengan eksekusi massal.[338] Meski kelompok pemberontak berdiri di hampir semua teritori pendudukan, mereka tidak mengganggu operasi Jerman baik di Timur[339] maupun Barat[340] sampai akhir tahun 1943. Di Asia, Jepang menyebut negara-negara di bawah pendudukannya sebagai bagian dari Lingkup Persemakmuran Asia Timur Raya, yang pada dasarnya merupakan hegemoni Jepang yang diklaim bertujuan membebaskan bangsa yang dikolonisasi.[341] Meski pasukan Jepang awalnya disambut sebagai pembebas dari dominasi Eropa di sejumlah daerah, kekejaman mereka yang berlebihan mengubah opini publik menjadi menentang mereka dalam hitungan minggu.[342] Selama penaklukan awal Jepang, negara ini mencaplok 4.000.000 barrel (640,000 m3) minyak (~5.5×105 ton) yang ditinggalkan oleh pasukan Sekutu yang mundur, dan pada tahun 1943 Jepang mampu merebut produksi minyak di Hindia Timur Belanda hingga Templat:Bbl to t, 76 persen dari tingkat produksinya tahun 1940.[342] Kemajuan teknologi dan peperangan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Teknologi pada Perang Dunia II Pesawat terbang dimanfaatkan sebagai alat mata-mata, pesawat tempur, pengebom, dan bantuan darat, dan masing-masing perannya memperoleh kemajuan yang berarti. Inovasi-inovasi yang muncul meliputi pengangkutan udara (kemampuan memindahkan suplai, perlengkapan, dan personil berprioritas tinggi dan terbatas dalam waktu singkat);[343] dan pengeboman strategis (pengeboman kawasan berpenduduk untuk menghancurkan industri dan moral).[344] Persenjataan antipesawat juga dikembangkan, termasuk pertahanan radar dan artileri darat-ke-udara, seperti senjata 88 mm Jerman. Pemakaian pesawat jet dimulai dan meski pengenalannya yang terlambat memberi sedikit pengaruh, pesawat jet kelak menjadi standar angkatan udara di seluruh dunia.[345] Kemajuan dibuat di hampir segala aspek pertempuran laut, terutama kapal angkut pesawat (kapal induk) dan kapal selam. Meski sejak awal perang, peperangan udara menuai sedikit kesuksesan, berbagai aksi di Taranto, Pearl Harbor, Laut Cina Selatan, dan Laut Koral membuat kapal induk dianggap mampu menggantikan kapal perang.[346][347][348] Di Atlantik, kapal induk pengawal terbukti memainkan peran penting dalam konvoi Sekutu dan meningkatkan radius perlindungan efektif serta membantu menutup celah Atlantik Tengah. [349] Kapal induk juga lebih ekonomis daripada kapal perang karena biaya produksi pesawat yang relatif rendah[350] dan tidak perlu diperkuat habis-habisan.[351] Kapal selam, terbukti merupakan senjata efektif pada Perang Dunia Pertama,[352] diantisipasi oleh semua pihak sebagai sesuatu yang terpenting nomor dua. Britania memfokuskan pengembangan persenjataan dan taktik antikapal selam, seperti sonar dan konvoi, sementara Jerman berfokus pada memperbarui kemampuan serangannya dengan desain seperti kapal selam Tipe VII dan taktik wolfpack. [353] Secara perlaham, teknologi baru Sekutu seperti sinar Leigh, hedgehog, squid, dan torpedo lacak terbukti unggul. Peperangan darat berubah dari garis depan statis pada Perang Dunia I ke peningkatan mobilitas dan senjata gabungan. Tank, yang sering dipakai untuk membantu infanteri saat Perang Dunia Pertama, berubah menjadi senjata utama.[354] Pada akhir 1930-an, desain tank lebih maju dibandingkan saat Perang Dunia I,[355] dan kemajuan terjadi sepanjang perang melalui peningkatan kecepatan, pertahanan, dan daya tembak. Saat perang dimulai, kebanyakan komandan menduga tank musuh harus bertemu tank dengan spesifikasi yang lebih hebat.[356] Ide ini ditantang oleh performa buruk senjata tank awal yang relatif ringan melawan kendaraan lapis baja, dan doktrin Jerman menghindari pertempuran tank-versus-tank. Hal ini, bersama pemakaian senjata gabungan oleh Jerman, termasuk di antara leemen kunci kesuksesan taktik blitzkrieg mereka di Polandia dan Perancis.[354] Banyak cara untuk menghancurkan tank, termasuk dengan artileri tidak langsung, senjata antitank (baik yang ditarik maupun gerak sendiri), ranjau, senjata antitank infanteri jarak pendek, dan bahkan tank lain pun diikutsertakan.[356] Bahkan dengan mekanisasi besar-besaran, infanteri masih merupakan tulang punggung seluruh pasukan,[357] dan sepanjang perang, sebagian besar infanteri memiliki perlengkapan yang sama seperti saat Perang Dunia I.[358] Senjata mesin portabel meluas, seperti MG42 Jerman dan berbagai senjata submesin yang dimodifikasi untuk pertempuran jarak dekat di perkotaan dan hutan.[358] Bedil serang, sebuah pengembangan akhir perang yang mencakup berbagai fitur bedil dan senjata submesin, menjadi senjata standar infanteri pascaperang untuk sebagian besar angkatan bersenjata.[359][360] Sebagian besar pihak yang terlibat berupaya memecahkan masalah kompleksitas dan kerumitan yang muncul dari pemakaian buku kode besar untuk kriptografi dengan memakai mesin sandi, yang paling terkenal adalah mesin Enigma Jerman.[361] SIGINT (signals intelligence) adalah proses melawan dekripsi yang pernah dipakai oleh Sekutu untuk memecahkan kode laut Jepang[362] dan Ultra dari Britania Raya, berasal dari metodologi dari Polish Cipher Bureau, yang berhasil mengungkap Enigma selama tujuh tahun sebelum perang.[363] Aspek lain intelijen militer adalah pemakaian kebohongan, yang berhasil dipakai oleh Sekutu dengan kesuksesan besar seperti dalam operasi Mincemeat dan Bodyguard.[362][364] Kemajuan teknologi dan rekayasa lainnya tercapai sepanjang atau setelah perang, termasuk komputer-komputer terprogram pertama di dunia (Z3, Colossus, dan ENIAC), misil pandu dan roket modern, pengembangan senjata nuklir Proyek Manhattan, penelitian operasi dan pengembangan pelabuhan buatan dan jalur pipa di bawah Selat Inggris.[365] Boeing B-17E Amerika Serikat. Sekutu kehilangan 160.000 penerbang dan 33.700 pesawat sepanjang perang udara di Eropa.[366] U-995 Type VIIC Jerman. Antara 1939 dan 1945, 3.500 kapal dagang Sekutu ditenggelamkan dengan mengorbankan 783 kapal-U Jerman. T-34 Soviet, tank paling banyak diproduksi dalam perang ini. Lebih dari 57.000 unit dibuat pada tahun 1945. Lihat pula Book: Perang Dunia II Buku Wikipedia adalah koleksi artikel yang bisa diunduh atau dipesan dalam bentuk cetak. Daftar pertempuran pada Perang Dunia II Daftar operasi militer pada Perang Dunia II Perang Dunia II dalam budaya masyarakat Tingkat kematian pada abad ke-20 Dokumenter Apocalypse: The Second World War (2009), dokumenter Perancis enam bagian karya Daniel Costelle dan Isabelle Clarke tentang Perang Dunia II Battlefield, seri dokumenter yang mengudara tahun 1994–5 yang mengupas berbagai pertempuran penting pada Perang Dunia II BBC History of World War II, serial televisi yang mengudara sejak 1989 sampai 2005. The World at War (1974), serial Thames Television 26 bagian yang mengulas berbagai aspek Perang Dunia II dari sejumlah sudut pandang, termasuk wawancara dengan beberapa figur utama seperti Karl Dönitz, Albert Speer, dan Anthony Eden. Catatan kaki Rujukan Referensi Adamthwaite, Anthony P (1992). The Making of the Second World War. New York: Routledge. ISBN 0-415-90716-0. Brody, J Kenneth (1999). The Avoidable War: Pierre Laval and the Politics of Reality, 1935–1936. New Brunswick, NJ: Transaction Publishers. hlm. 4. ISBN 0-7658-0622-3. Bullock, A. (1962). Hitler: A Study in Tyranny. London: Penguin Books. ISBN 0-14-013564-2. Busky, Donald F (2002). Communism in History and Theory: Asia, Africa, and the Americas. Westport, CT: Praeger Publishers. ISBN 0-275-97733-1. Davies, Norman (2008). No Simple Victory: World War II in Europe, 1939–1945. New York: Penguin Group. ISBN 0-14-311409-3. Glantz, David M. (2001). “The Soviet-German War 1941–45 Myths and Realities: A Survey Essay”. Diarsipkan dari aslinya tanggal 17 June 2011. Graham, Helen (2005). The Spanish Civil War: A Very Short Introduction. Oxford and New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-280377-8. Holland, J (2006). Together We Stand, Turning the Tide in the West:North Africa, 1942–43. London: Harper Collins. Hsiung, James Chieh (1992). China’s Bitter Victory: The War with Japan, 1937–1945. M.E. Sharpe. ISBN 1-56324-246-X. Jowett, Philip S.; Andrew, Stephen (2002). The Japanese Army, 1931–45. Osprey Publishing. ISBN 1-84176-353-5. Kantowicz, Edward R (1999). The rage of nations. Wm. B. Eerdmans Publishing. ISBN 0-8028-4455-3. Kershaw, Ian (2001). Hitler, 1936–1945: Nemesis. W. W. Norton & Company. ISBN 0-393-32252-1. Kitson, Alison (2001). Germany 1858–1990: Hope, Terror, and Revival. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-913417-5. Mandelbaum, Michael (1988). The Fate of Nations: The Search for National Security in the Nineteenth and Twentieth Centuries. Cambridge University Press. hlm. 96. ISBN 0-521-35790X. Murray, Williamson; Millett, Allan Reed (2001). A War to Be Won: Fighting the Second World War. Harvard University Press. ISBN 0-674-00680-1. Myers, Ramon; Peattie, Mark (1987). The Japanese Colonial Empire, 1895–1945. Princeton University Press. ISBN 0-691-10222-8. Preston, Peter (1998). ‘Pacific Asia in the global system: an introduction, Wiley-Blackwell. Oxford: Blackwell. hlm. 104. ISBN 0-631-20238-2. Record, Jeffery (2005). Appeasement Reconsidered: Investigating the Mythology of the 1930s (PDF). DIANE Publishing. hlm. 50. ISBN 1-58487-216-0. Diakses 15 November 2009. Shaw, Anthony (2000). World War II Day by Day. MBI Publishing Company. ISBN 0-7603-0939-6. Smith, Winston; Steadman, Ralph (2004). All Riot on the Western Front, Volume 3. Last Gasp. ISBN 0-86719-616-5. Weinberg, Gerhard L. (1995). A World at Arms: A Global History of World War II. Cambridge University Press. ISBN 0-521-55879-4. Weinberg, Gerhard L. (2005). A World at Arms: A Global History of World War II (ed. Second). Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-85316-8. Zalampas, Michael (1989). Adolf Hitler and the Third Reich in American magazines, 1923–1939. Bowling Green University Popular Press. ISBN 0-87972-462-5. Pranala luar Cari tahu mengenai World War II pada proyek-proyek Wikimedia lainnya: Definisi dan terjemahan dari Wiktionary Gambar dan media dari Commons Berita dari Wikinews Kutipan dari Wikiquote Teks sumber dari Wikisource Buku dari Wikibuku West Point Maps of the European War West Point Maps of the Asian-Pacific War Radio News From 1938 to 1945 World War II Propaganda Leaflet Archive The Art of War Online Exhibition at the UK National Archive Deutsche Welle special section on World War II created by a German public broadcaster on both the war and the world 60 years after. Atlas of the World Battle Fronts (July 1943 to August 1945) http://id.wikipidia.org (http://id.wikipidia.org) Article by contributors like you Provided under CC BY-SA 3.0 Terms of Use | Privacy Policy Posted from WordPress for Android Posted in Uncategorized
Leave a comment
Nusantara 1966-1998 APR 25 Posted by AdityaZu Orde Baru adalah sebutan bagi masa pemerintahan Presiden Soeharto di Indonesia. Orde Baru menggantikan Orde Lama yang merujuk kepada era pemerintahan Soekarno. Orde Baru hadir dengan semangat “koreksi total” atas penyimpangan yang dilakukan oleh Soekarno pada masa Orde Lama. Orde Baru berlangsung dari tahun 1966 hingga 1998. Dalam jangka waktu tersebut, ekonomi Indonesia berkembang pesat meskipun hal ini terjadi bersamaan dengan praktik korupsi yang merajalela di negara ini. Selain itu, kesenjangan antara rakyat yang kaya dan miskin juga semakin melebar.[rujukan?] Pada 1968, MPR secara resmi melantik Soeharto untuk masa jabatan 5 tahun sebagai presiden, dan dia kemudian dilantik kembali secara berturut-turut pada tahun 1973, 1978, 1983, 1988, 1993, dan 1998. Presiden Soeharto memulai “Orde Baru” dalam dunia politik Indonesia dan secara dramatis mengubah kebijakan luar negeri dan dalam negeri dari jalan yang ditempuh Soekarno pada akhir masa jabatannya.[rujukan?]
Salah satu kebijakan pertama yang dilakukannya adalah mendaftarkan Indonesia menjadi anggota PBB lagi. Indonesia pada tanggal 19 September 1966 mengumumkan bahwa Indonesia “bermaksud untuk melanjutkan kerjasama dengan PBB dan melanjutkan partisipasi dalam kegiatan-kegiatan PBB”, dan menjadi anggota PBB kembali pada tanggal 28 September 1966, tepat 16 tahun setelah Indonesia diterima pertama kalinya.[rujukan?] Pada tahap awal, Soeharto menarik garis yang sangat tegas. Orde Lama atau Orde Baru. Pengucilan politik – di Eropa Timur sering disebut lustrasi – dilakukan terhadap orang-orang yang terkait dengan Partai Komunis Indonesia. Sanksi kriminal dilakukan dengan menggelar Mahkamah Militer Luar Biasa untuk mengadili pihak yang dikonstruksikan Soeharto sebagai pemberontak. Pengadilan digelar dan sebagian dari mereka yang terlibat “dibuang” ke Pulau Buru. Sanksi nonkriminal diberlakukan dengan pengucilan politik melalui pembuatan aturan administratif. Instrumen penelitian khusus diterapkan untuk menyeleksi kekuatan lama ikut dalam gerbong Orde Baru. KTP ditandai ET (eks tapol).[rujukan?] Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer. DPR dan MPR tidak berfungsi secara efektif. Anggotanya bahkan seringkali dipilih dari kalangan militer, khususnya mereka yang dekat dengan Cendana.[rujukan?] Hal ini mengakibatkan aspirasi rakyat sering kurang didengar oleh pusat. Pembagian PAD juga kurang adil karena 70% dari PAD tiap provinsi tiap tahunnya harus disetor kepada Jakarta, sehingga melebarkan jurang pembangunan antara pusat dan daerah.[rujukan?] Soeharto siap dengan konsep pembangunan yang diadopsi dari seminar Seskoad II 1966 dan konsep akselerasi pembangunan II yang diusung Ali Moertopo.[rujukan?] Soeharto merestrukturisasi politik dan ekonomi dengan dwi tujuan, bisa tercapainya stabilitas politik pada satu sisi dan pertumbuhan ekonomi di pihak lain. Dengan ditopang kekuatan Golkar, TNI, dan lembaga pemikir serta dukungan kapital internasional, Soeharto mampu menciptakan sistem politik dengan tingkat kestabilan politik yang tinggi. Eksploitasi sumber daya Selama masa pemerintahannya, kebijakan-kebijakan ini, dan pengeksploitasian sumber daya alam secara besar-besaran menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang besar namun tidak merata di Indonesia. Contohnya, jumlah orang yang kelaparan dikurangi dengan besar pada tahun 1970-an dan 1980-an.[rujukan?] Penataan Kehidupan Politik Jenderal Besar Soeharto Penguasa Orde Baru Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) tahun 1966 merupakan dasar legalitas dimulainya pemerintahan Orde Baru di Indonesia. Orde Baru merupakan tatanan seluruh kehidupan rakyat, bangsa, dan negara, yang diletakan pada kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Dan juga dapat dikatakan bahwa Orde Baru merupakan koreksi terhadap penyelewangan pada masa lampau, dan berusaha untuk menyusun kembali kekuatan bangsa untuk menumbuhkan stabilitas nasional guna mempercepat proses pembangunan bangsa. Melalui Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, Letjen Soeharto ditugaskan oleh MPRS untuk membentuk Kabinet Ampera. Akibatnya muncul dualisme kepemimpinan nasional. Berdasarkan Keputusan Presiden No. 163 tanggal 25 Juli 1966 dibentuklah Kabinet Ampera.Dalam kabinet baru tersebut Soekarno tetap sebagai presiden dan sekaligus menjabat sebagai pimpinan kabinet. Tetapi ketika kabinet Ampera dirombak pada tanggal 11 Oktober 1966, jabatan Presiden tetap dipegang Soekarno, dan Letjen Soeharto diangkat sebagai perdana menteri yang memiliki kekuasaan eksekutif dalam kabinet Ampera yang disempurnakan. Sesuai dengan Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966, menyebabkan kekuasaan pemerintahan di tangan Soeharto semakin besar sejak awal tahun 1967. Pada 10 Januari 1967[rujukan?] Presiden Soekarno menyerahkan Pelengkap pidato pertanggungjawaban presiden yang disebut PelNawaksara, tidak diterima oleh MPRS berdasarkan Keputusan Pimpinan MPRS No. 13/B/1967. Dan pada tanggal 20 Februari diumumkan tentang penyerahan kekuasaan kepada pengemban Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966. Sebagai tindak lanjut lembaga tertinggi Negara ini mengeluarkan Ketetapan No. XXXIII/MPRS/1967 tertanggal 12 Maret 1967, yang secara resmi mencabut seluruh kekuasaan pemerintahan Negara dari Presiden Soekarno[rujukan?], dan mengangkat Soeharto sebagai pejabat presiden Republik Indonesia. Dengan dikeluarkannya Ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang telah menyebabkan terjadinya instabilitas politik nasional dapat teratasi. Dan pada tanggal 27 Maret 1968 Soeharto diangkat sebagai presiden Republik Indonesia berdasarkan Ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968, sampai presiden lama.[rujukan?] Langkah-langkah yang dilakukan adalah:[rujukan?] Pembentukan Kabinet Pembangunan Kabinet pertama pada masa peralihan kekuasaan adalah Kabinet Ampera dengan tugasnya Dwi Darma Kabinat Ampera yaitu menciptakan stabilitas politik dan stabilitasekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan pembangunan nasional.[rujukan?] Program Kabinet Ampera terkenal dengan nama Catur Karya Kabinet Ampera yakni[rujukan?] Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan Melaksanakan pemilihan umum dalam batas waktu yang ditetapkan, yaitu tanggal 5 Juli 1968 Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya Setelah MPRS pada tanggal 27 Maret 1968 menetapkan Soeharto sebagai presiden RI untuk masa jabatan lima tahun, maka dibentuklah Kabinet Pembangunan dengan tugasnya yang disebut Panca Krida yang meliputi: Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi Menyusun dan melaksanakan Pemilihan Umum Mengikis habis sisa-sisa Gerakan 30 September Membersihkan aparatur Negara di pusat dan daerah dari pengaruh PKI. Pembubaran PKI dan Organisasi massanya Dalam rangka menjamin keamanan, ketenangan, serta stabilitas pemerintahan, Soeharto sebagai pengemban Supersemar telah mengeluarkan kebijakan:[rujukan?] Membubarkan PKI pada tanggal 12 Maret 1966 yang diperkuat dengan Ketetapan MPRS No IX/MPRS/1966 Menyatakan PKI sebagai organisasi terlarang di Indonesia Pada tanggal 8 Maret 1966 mengamankan 15 orang menteri yang dianggap terlibat Gerakan 30 September 1965. Penyederhanaan Partai Politik Pada tahun 1973 setelah dilaksanakan pemilihan umum yang pertama pada masa Orde Baru pemerintahan pemerintah melakukan penyederhaan dan penggabungan (fusi) partai- partai politik menjadi tiga kekuatan social politik. Penggabungan partai-partai politik tersebut tidak didasarkan pada kesamaan ideology, tetapi lebih atas persamaan program. Tigakekuatan social politik itu adalah:[rujukan?] Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang merupakan gabungan dari NU, Parmusi, PSII, dan PERTI Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan gabungan dari PNI, Partai Katolik, Partai Murba, IPKI, dan Parkindo Golongan Karya Penyederhanaan partai-partai politik ini dilakukan pemerintah Orde Baru dalam upayamenciptakan stabilitas kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengalaman sejarah pada masa pemerintahan sebelumnya telah memberikan pelajaran, bahwa perpecahan yang terjadi dimasa Orde Lama, karena adanya perbedaan ideologi politik dan ketidakseragaman persepsiserta pemahaman Pancasila sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia. Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru pemerintah berhasil melaksanakan enam kali pemilihan umum, yaitu tahun 1971, 1977, 1985, 1987, 1992, dan 1997. Dalam setiap Pemilu yang diselenggarakan selama masa pemerintahan Orde Baru, Golkar selalu memperoleh mayoritas suara dan memenangkan Pemilu.[rujukan?] Pada Pemilu 1997 yang merupakan pemilu terakhir masa pemerintahan Orde Baru, Golkar memperoleh 74,51 % dengan perolehan 325 kursi di DPR, dan PPP memperoleh 5,43 %dengan peroleh 27 kursi.[rujukan?] Dan PDI mengalami kemorosotan perolehan suara hanya mendapat11 kursi. Hal disebabkan adanya konflik intern di tubuh partai berkepala banteng tersebut, dan PDI pecah menjadi PDI Suryadi dan PDI Megawati Soekarno Putri yang sekarang menjadi PDIP .Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama masa pemerintahan Orde Baru telah menimbulkan kesan bahwa demokrasi di Indonesia telah berjalan dengan baik.[rujukan?] Apalagi Pemilu berlangsung dengan asas LUBER (langsung, umum, bebas, dan rahasia). Namun dalamkenyataannya Pemilu diarahkan untuk kemenangan salah satu kontrestan Pemilu yaituGolkar.Kemenangan Golkar yang selalu mencolok sejak Pemilu 1971 sampai dengan Pemilu 1997 menguntungkan pemerintah di mana perimbangan suara di MPR dan DPR didominasi oleh Golkar. Keadaan ini telah memungkinkan Soeharto menjadi Presiden Republik Indonesia selama enam periode, karena pada masa Orde Baru presiden dipilih oleh anggota MPR. Selain itu setiap pertanggungjawaban, rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan MPR dan DPR tanpa catatan.[rujukan?] Peran Ganda (Dwi Fungsi) ABRI Untuk menciptakan stabilitas politik, pemerintah Orde Baru memberikan peran ganda kepada ABRI, yaitu peran Hankam dan sosial. Peran ganda ABRI ini kemudian terkenal dengan sebutan Dwi Fungsi ABRI. Timbulnya pemberian peran ganda pada ABRI karena adanya pemikiran bahwa TNI adalah tentara pejuang dan pejuang tentara. Kedudukan TNI dan POLRI dalam pemerintahan adalah sama. di MPR dan DPR mereka mendapat jatah kursi dengan cara pengangkatan tanpa melalui Pemilu.[rujukan?] Pertimbangan pengangkatan anggota MPR/DPR dari ABRI didasarkan pada fungsinya sebagai stabilitator dan dinamisator.Peran dinamisator sebanarnya telah diperankan ABRI sejak zaman Perang Kemerdekaan. Waktu itu Jenderal Soedirman telah melakukannya dengan meneruskan perjuangan, walaupun pimpinan pemerintahan telah ditahan Belanda. Demikian juga halnya yang dilakukanSoeharto ketika menyelamatkan bangsa dari perpecahan setelah G 30 S PKI, yangmelahirkankan Orde Baru. Boleh dikatakan peran dinamisator telah menempatkan ABRI pada posisiyang terhormat dalam percaturan politik bangsa selama ini.[rujukan?] Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4) Pada tanggal 12 April 1976 Presiden Soeharto mengemukakan gagasan mengenai pedoman untuk menghayati dan mengamalkan Pancasila, yang terkenal dengan nama Ekaprasatya Pancakarsa atau Pedomanan Pengahayatan dan Pengamalan Pancasila (P4).[rujukan?] Untuk mendukung pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 secara murni dan konsekuen, maka sejak tahun 1978 pemerintah menyelenggarakan penataran P4 secara menyeluruh pada semua lapisan masyarakat. Penataran P4 ini bertujuan membentuk pemahaman yang sama mengenai demokrasi Pancasila, sehingga dengan adanya pemahaman yang sama terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 diharapkan persatuan dan kesatuan nasional akan terbentuk dan terpelihara. Melalui penegasan tersebut opini rakyat akan mengarah pada dukungan yang kuat terhadap pemerintah Orde Baru.[rujukan?] Dan sejak tahun 1985 pemerintah menjadikan Pancasila sebagai asas tunggal dan kehidupan berorganisasi. Semua bentuk organisasi tidak boleh menggunakan asasnya selain Pancasila. Menolak Pancasila sebagai sebagai asas tunggal merupakan pengkhianatan terhadap kehidupan berbangsa dan bernegara. Dengan demikian Penataran P4 merupakan suatu bentuk indoktrinasi ideologi, dan Pancasila menjadi bagian dari sistem kepribadian, sistem budaya, dan sistem sosial masyarakat Indonesia. Pancasila merupakan prestasi tertinggi Orde Baru, dan oleh karenanya maka semua prestasi lainnya dikaitkan dengan nama Pancasila. Mulai dari sistem ekonomi Pancasila, pers Pancasila, hubungan industri Pancasila, demokrasi Pancasila, dan sebagainya. Dan Pancasila dianggap memiliki kesakralan (kesaktian) yang tidak boleh diperdebatkan.[rujukan?] Penataan Politik Luar Negeri Pada masa Orde Baru politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif kembali dipulihkan. Dan MPR mengeluarkan sejumlah ketetapan yang menjadi landasan politik luar negeri Indonesia. Pelaksanaan politik luar negeri Indonesia harus didasarkan pada kepentingannasional, seperti pembangunan nasional, kemakmuran rakyat, kebenaran, serta keadilan.[rujukan?] Kembali menjadi anggota PBB Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Keputusan untuk kembali menjadi anggota PBB dikarenakan pemerintah sadar bahwa banyak manfaat yang diperoleh Indonesia selama menjadi anggota pada tahun 1955-1964.[rujukan?] Kembalinya Indonesia menjadi anggota PBB disambut baik oleh negara-negara Asia lainnya bahkan oleh PBB sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan dipilihnya Adam Malik sebagai Ketua Majelis Umum PBB untuk masa siding tahun 1974. Dan Indonesia juga memulihkanhubungan dengan sejumlah negara seperti India, Thailand, Australia, dan negara-negara lainnya yang sempat renggang akibat politik konfrontasi Orde Lama. Normalisasi Hubungan dengan Negara lain Pemulihan Hubungan dengan Singapura Dengan perantaraan Dubes Pakistan untuk Myanmar, Habibur Rachman, hubungan Indonesia dengan Singapura berhasil dipulihkan kembali.[rujukan?] Pada tanggal 2 Juni 1966 pemerintah Indonesia menyampaikan nota pengakuan atas Republik Singapura kepada Perdana Menteri Lee Kuan Yew.[rujukan?] Dan pemerintah Singapura menyampaikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan diplomatik dengan Indonesia. Pemulihan Hubungan dengan Malaysia Penandatanganan persetujuan normalisasi hubungan Indonesia-Malaysia Normalisasi hubungan Indonesia dengan Malaysia dimulai dengan diadakannya perundingan di Bangkok pada 29 Mei- 1 Juni 1966 yang menghasilkan Perjanjian Bangkok. Isi perjanjian tersebut adalah:[rujukan?] Rakyat Sabah diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah merekaambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia. Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik. Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan. Dan pada tanggal 11 Agustus 1966 penandatangan persetujuan pemulihan hubungan Indonesia-Malaysia ditandatangani di Jakarta oleh Adam Malik (Indonesia) dan Tun Abdul Razak (Malaysia). Pembekuan Hubungan dengan RRT Pada tanggal 1 Oktober 1967 Pemerintantah Republik Indonesia membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Tiongkok (RRT). Keputusan tersebut dilakukan karena RRT telah mencampuri urusan dalam negeri Indonesia dengan cara memberikan bantuan kepada G 30 S PKI baik untuk persiapan, pelaksanaan, maupun sesudah terjadinya pemberontakan tersebut.[rujukan?] Selain itu pemerintah Indonesia merasa kecewa dengan tindakan teror yang dilakukan orang-orang Cina terhadap gedung, harta, dan anggota-anggota Keduataan Besar Republik Indonesia di Peking. Pemerintah RRT juga telah memberikan perlindungan kepada tokoh-tokoh G 30 S PKI di luar negeri, serta secara terang-terangan menyokong bangkitnya kembali PKI. Melalui media massanya RRT telah melakukan kampanye menyerang Orde Baru. Dan pada 30 Oktober 1967 Pemerintah Indonesia secara resmi menutup Kedutaan Besar di Peking.[rujukan?] Penataan Kehidupan Ekonomi Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi Untuk mengatasi keadaan ekonomi yang kacau sebagai peninggalan pemerintah Orde Lama, pemerintah Orde Baru melakukan langkah-langkah: Memperbaharui kebijakan ekonomi, keuangan, dan pembangunan. Kebijakan ini didasari oleh Ketetapan MPRS No. XXIII/MPRS/1966.[rujukan?] MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penyelamatan, program stabilisasi dan rehabilitasi. Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional, terutama stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Yang dimaksud dengan stabilisasi ekonomi berarti mengendalikan inflasi agar harga barang-barang tidak melonjak terus. Dan rehabilitasi ekonomi adalah perbaikan secara fisik sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi ke arah terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. Langkah-langkah yang diambil Kabinet Ampera yang mengacu pada Ketetapan MPRS tersebut adalah: Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan. Adapun yang menyebabkan terjadinya kemacetan ekonomi tersebut adalah: Rendahnya penerimaan negara. Tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran negara. Terlalu banyak dan tidak efisiennya ekspansi kredit bank. Terlalu banyak tunggakan hutang luar negeri. Penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana. Debirokrasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian Berorientasi pada kepentingan produsen kecil Untuk melaksanakan langkah-langkah penyelamatan tersebut, maka pemerintah Orde Baru menempuh cara-cara :[rujukan?] Mengadakan operasi pajak Melaksanakan sistem pemungutan pajak baru, baik bagi pendapatan perorangan maupun kekayaan dengan cara menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang. Menghemat pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara. Membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor. Program stabilsasi ini dilakukan dengan cara membentung laju inflasi. Dan pemerintah Orde Baru berhasil membendung laju inflasi pada akhir tahun 1967-1968, tetapi harga bahan kebutuhan pokok naik melonjak. Sesudah dibentuk Kabinet Pembangunan pada bulan Juli 1968, pemerintah mengalihkan kebijakan ekonominya pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sejak saat itu ekonomi nasional relatif stabil, sebab kenaikan harga bahan-bahan pokok dan valuta asing sejak tahun 1969 dapat dikendalikan pemerintah.[rujukan?] Program rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan berproduksi. Selama sepuluh tahun terakhir masa pemerintahan Orde Lama, Indonesia mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana social dan ekonomi. Lembaga perkreditan desa, gerakan koperasi, dan perbankan disalahgunakan dan dijadikan alat kekuasaan oleh golongan dan kelompok kepentingan tertentu. Dampaknya lembaga (negara) tidak dapat melaksanakan fungsinya sebagai penyusun perbaikan tata kehidupan rakyat.[rujukan?] Kerjasama Luar Negeri Pertemuan Tokyo Selain mewariskan keadaan ekonomi yang sangat parah, pemerintahan Orde Lama juga mewariskan utang luar negeri yang sangat besar yakni mencapai 2,2-2,7 miliar, sehingga pemerintah Orde Baru meminta negara-negara kreditor untuk dapat menunda pembayaran kembali utang Indonesia. Pada tanggal 19-20 September 1966 pemerintah Indonesia mengadakan perundingan dengan negara-negara kreditor di Tokyo.[rujukan?] Pemerintah Indonesia akan melakukan usaha bahwa devisa ekspor yang diperoleh Indonesia akan digunakan untuk membayar utang yang selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku. Hal ini mendapat tanggapan baik dari negara-negara kreditor. Perundinganpun dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai berikut[rujukan?] Pembayaran hutang pokok dilaksanakan selama 30 tahun, dari tahun 1970 sampai dengan 1999. Pembayaran dilaksanakan secara angsuran, dengan angsuran tahunan yang sama besarnya. Selama waktu pengangsuran tidak dikenakan bunga. Pembayaran hutang dilaksanakan atas dasar prinsip nondiskriminatif, baik terhadap negara kreditor maupun terhadap sifat atau tujuan kredit. Pertemuan Amsterdam Pada tanggal 23-24 Februari 1967 diadakan perundingan di Amsterdam, Belanda yang bertujuan membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan luar negeri serta kemungkinan pemberian bantuan dengan syarat lunas, yang selanjutnya dikenal dengan IGGI (Intergovernmental Group for Indonesia). Pemerintah Indonesia mengambil langkah tersebut untuk memenuhi kebutuhannya guna pelaksanaan program-program stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi serta persiapan-persiapan pembangunan.[rujukan?] Di samping mengusahakan bantuan luar negeri tersebut, pemerintah juga berusaha dan telah berhasil mengadakan penangguhan serta memperingan syarat-syarat pembayaran kembali (rescheduling) hutang-hutang peninggalan Orde Lama. [rujukan?] Melalui pertemuan tersebut pemerintah Indonesia berhasil mengusahakan bantuan luar negeri. Pembangunan Nasional Trilogi Pembangunan Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia, maka langkah selanjutnya yang ditempuh pemerintah Orde Baru adalah melaksanakan pembangunan nasional. Pembangunan nasional yang diupayakan pemerintah waktu itu direalisasikan melalui Pembangunan Jangka pendek dan Pembangunan Jangka Panjang.[rujukan?] Pambangunan Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap Pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan masyarakat Indonesia. Sedangkan Pembangunan Jangka Panjang mencakup periode 25-30 tahun. Pembangunan nasional adalah rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan yang meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yang tertulis dalam pembukaan UUD 1945 yaitu:[rujukan?] Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah Indonesia Meningkatkan kesejahteraan umum Mencerdaskan kehidupan bangsa Ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial Pelaksanaan Pembangunan Nasional yang dilaksanakan pemerintah Orde Baru berpedoman pada Trilogi Pembangunan dan Delapan jalur Pemerataan. Inti dari kedua pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik dan ekonomi yang stabil. Isi Trilogi Pembangunan adalah :[rujukan?] Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis. Dan Delapan Jalur Pemerataan yang dicanangkan pemerintah Orde Baru adalah:[rujukan?] Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat khususnya pangan, sandang dan perumahan. Pemerataan memperoleh kesempatan pendidikan dan pelayanan kesehatan Pemerataan pembagian pendapatan. Pemerataan kesempatan kerja Pemerataan kesempatan berusaha Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, khususnya bagi generasi muda dan kaum wanita. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah Tanah Air Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan. Pelaksanaan Pembangunan Nasional Seperti telah disebutkan di muka bahwa Pembangunan nasional direalisasikan melalui Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang. Dan Pembangunan Jangka Pendek dirancang melalui program Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Selama masa Orde Baru, pemerintah telah melaksanakan enam Pelita yaitu:[rujukan?] Pelita I Pelita I dilaksanakan mulai 1 April 1969 sampai 31 Maret 1974, dan menjadi landasan awal pembangunan masa Orde Baru. Tujuan Pelita I adalah meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan tahap berikutnya. Sasarannya adalah pangan, sandang, perbaikan prasarana perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Titik beratnya adalah pembangunan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.[rujukan?] Pelita II Pelita II mulai berjalan sejak tanggal 1 April 1974 sampai 31 Maret 1979. Sasaran utama Pelita II ini adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II dipandang cukup berhasil. Pada awal pemerintahan Orde Baru inflasi mencapai 60% dan pada akhir Pelita I inflasi berhasil ditekan menjadi 47%. Dan pada tahun keempat Pelita II inflasi turun menjadi 9,5%.[rujukan?] Pelita III Pelita III dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 sampai 31 Maret 1984.[rujukan?] Pelaksanaan Pelita III masih berpedoman pada Trilogi Pembangunan, dengan titik berat pembangunan adalah pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan. Pelita IV Pelita IV dilaksanakan tanggal 1 April 1984 sampai 31 Maret 1989. Titik berat Pelita IV ini adalah sektor pertanian untuk menuju swasembada pangan, dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Dan di tengah berlangsung pembangunan pada Pelita IV ini yaitu awal tahun 1980 terjadi resesi.[rujukan?] Untuk mempertahankan kelangsungan pembangunan ekonomi, pemerintah mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal. Dan pembangunan nasional dapat berlangsung terus.
Pelita V Pelita V dimulai 1 April 1989 sampai 31 Maret 1994. Pada Pelita ini pembangunan ditekankan pada sector pertanian dan industri. Pada masa itu kondisi ekonomi Indonesia berada pada posisi yang baik, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,8% per tahun.[rujukan?] Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya. Pelita VI Pelita VI dimulai 1 April 1994 sampai 31 Maret 1999. Program pembangunan pada Pelita VI ini ditekankan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Sektor ekonomi dipandang sebagai penggerak pembangunan.[rujukan?] Namun pada periode ini terjadi krisis moneter yang melanda negara-negara Asia Tenggara termasuk Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa politik dalam negeri yang mengganggu perekonomian telah menyebabkan proses pembangunan terhambat, dan juga menyebabkan runtuhnya pemerintahan Orde Baru. Warga Tionghoa
Warga keturunan Tionghoa juga dilarang berekspresi. Sejak tahun 1967, warga keturunan dianggap sebagai warga negara asing di Indonesia dan kedudukannya berada di bawah warga pribumi, yang secara tidak langsung juga menghapus hak-hak asasi mereka. Kesenian barongsai secara terbuka, perayaan hari raya Imlek, dan pemakaian Bahasa Mandarin dilarang, meski kemudian hal ini diperjuangkan oleh komunitas Tionghoa Indonesia terutama dari komunitas pengobatan Tionghoa tradisional karena pelarangan sama sekali akan berdampak pada resep obat yang mereka buat yang hanya bisa ditulis dengan bahasa Mandarin.[rujukan?] Mereka pergi hingga ke Mahkamah Agung dan akhirnya Jaksa Agung Indonesia waktu itu memberi izin dengan catatan bahwa Tionghoa Indonesia berjanji tidak menghimpun kekuatan untuk memberontak dan menggulingkan pemerintahan Indonesia. Satu-satunya surat kabar berbahasa Mandarin yang diizinkan terbit adalah Harian Indonesia yang sebagian artikelnya ditulis dalam bahasa Indonesia. Harian ini dikelola dan diawasi oleh militer Indonesia dalam hal ini adalah ABRI meski beberapa orang Tionghoa Indonesia bekerja juga di sana. Agama tradisional Tionghoa dilarang. Akibatnya agama Konghucu kehilangan pengakuan pemerintah. Pemerintah Orde Baru berdalih bahwa warga Tionghoa yang populasinya ketika itu mencapai kurang lebih 5 juta dari keseluruhan rakyat Indonesia dikhawatirkan akan menyebarkan pengaruh komunisme di Tanah Air.[rujukan?] Padahal, kenyataan berkata bahwa kebanyakan dari mereka berprofesi sebagai pedagang, yang tentu bertolak belakang dengan apa yang diajarkan oleh komunisme, yang sangat mengharamkan perdagangan dilakukan[rujukan?]. Orang Tionghoa dijauhkan dari kehidupan politik praktis. Sebagian lagi memilih untuk menghindari dunia politik karena khawatir akan keselamatan dirinya.[rujukan?] Konflik Perpecahan Pasca Orde Baru Di masa Orde Baru pemerintah sangat mengutamakan persatuan bangsa Indonesia. Setiap hari media massa seperti radio dan televisi mendengungkan slogan “persatuan dan kesatuan bangsa”. Salah satu cara yang dilakukan oleh pemerintah adalah meningkatkan transmigrasi dari daerah yang padat penduduknya seperti Jawa, Bali dan Madura ke luar Jawa, terutama ke Kalimantan, Sulawesi, Timor Timur, dan Irian Jaya.[rujukan?] Namun dampak negatif yang tidak diperhitungkan dari program ini adalah terjadinya marjinalisasi terhadap penduduk setempat dan kecemburuan terhadap penduduk pendatang yang banyak mendapatkan bantuan pemerintah. Muncul tuduhan bahwa program transmigrasi sama dengan jawanisasi yang sentimen antiJawa di berbagai daerah, meskipun tidak semua transmigran itu orang Jawa. Pada awal Era Reformasi konflik laten ini meledak menjadi terbuka antara lain dalam bentuk konflik Ambon dan konflik Madura-Dayak di Kalimantan.[1] Sementara itu gejolak di Papua yang dipicu oleh rasa diperlakukan tidak adil dalam pembagian keuntungan pengelolaan sumber alamnya, juga diperkuat oleh ketidaksukaan terhadap para transmigran. Kelebihan sistem Pemerintahan Orde Baru Perkembangan GDP per kapita Indonesia yang pada tahun 1968 hanya AS$70 dan pada 1996 telah mencapai lebih dari AS$1.565[rujukan?] Sukses transmigrasi Sukses KB Sukses memerangi buta huruf Sukses swasembada pangan Pengangguran minimum Sukses REPELITA (Rencana Pembangunan Lima Tahun) Sukses Gerakan Wajib Belajar Sukses Gerakan Nasional Orang-Tua Asuh Sukses keamanan dalam negeri Investor asing mau menanamkan modal di Indonesia Sukses menumbuhkan rasa nasionalisme dan cinta produk dalam negeri[rujukan?] Kekurangan Sistem Pemerintahan Orde Baru Semaraknya korupsi, kolusi, nepotisme Pembangunan Indonesia yang tidak merata dan timbulnya kesenjangan pembangunan antara pusat dan daerah, sebagian disebabkan karena kekayaan daerah sebagian besar disedot ke pusat Munculnya rasa ketidakpuasan di sejumlah daerah karena kesenjangan pembangunan, terutama di Aceh dan Papua Kecemburuan antara penduduk setempat dengan para transmigran yang memperoleh tunjangan pemerintah yang cukup besar pada tahun-tahun pertamanya Bertambahnya kesenjangan sosial (perbedaan pendapatan yang tidak merata bagi si kaya dan si miskin) Pelanggaran HAM kepada masyarakat non pribumi (terutama masyarakat Tionghoa) Kritik dibungkam dan oposisi diharamkan Kebebasan pers sangat terbatas, diwarnai oleh banyak koran dan majalah yang dibredel Penggunaan kekerasan untuk menciptakan keamanan, antara lain dengan program “Penembakan Misterius” Tidak ada rencana suksesi (penurunan kekuasaan ke pemerintah/presiden selanjutnya) Menurunnya kualitas birokrasi Indonesia yang terjangkit penyakit Asal Bapak Senang, hal ini kesalahan paling fatal Orde Baru karena tanpa birokrasi yang efektif negara pasti hancur. [rujukan?] Menurunnya kualitas tentara karena level elit terlalu sibuk berpolitik sehingga kurang memperhatikan kesejahteraan anak buah. Pelaku ekonomi yang dominan adalah lebih dari 70% aset kekayaaan negara dipegang oleh swasta Dan Lain Sebagainja Krisis finansial Asia Pada pertengahan 1997, Indonesia diserang krisis keuangan dan ekonomi Asia (untuk lebih jelas lihat: Krisis finansial Asia), disertai kemarau terburuk dalam 50 tahun terakhir dan harga minyak, gas dan komoditas ekspor lainnya yang semakin jatuh.[rujukan?] Rupiah jatuh, inflasi meningkat tajam, dan perpindahan modal dipercepat. Para demonstran, yang awalnya dipimpin para mahasiswa, meminta pengunduran diri Soeharto. Di tengah gejolak kemarahan massa yang meluas, Soeharto mengundurkan diri pada 21 Mei 1998, tiga bulan setelah MPR melantiknya untuk masa bakti ketujuh.[rujukan?] Soeharto kemudian memilih sang Wakil Presiden, B. J. Habibie, untuk menjadi presiden ketiga Indonesia. Pasca-Orde Baru Mundurnya Soeharto dari jabatannya pada tahun 1998 dapat dikatakan sebagai tanda akhirnya Orde Baru, untuk kemudian digantikan “Era Reformasi”.[rujukan?] Masih adanya tokoh-tokoh penting pada masa Orde Baru di jajaran pemerintahan pada masa Reformasi ini sering membuat beberapa orang mengatakan bahwa Orde Baru masih belum berakhir. Oleh karena itu Era Reformasi atau Orde Reformasi sering disebut sebagai “Era Pasca Orde Baru”. Meski diliputi oleh kerusuhan etnis dan lepasnya Timor Timur, transformasi dari Orde Baru ke Era Reformasi berjalan relatif lancar dibandingkan negara lain seperti Uni Soviet dan Yugoslavia.[rujukan?] Hal ini tak lepas dari peran Habibie yang berhasil meletakkan pondasi baru yang terbukti lebih kokoh dan kuat menghadapi perubahan zaman. Lihat pula Orde Lama Kerusuhan Mei 1998 Tragedi Trisakti Referensi ^ Konflik Antar-etnis Kalimantan:Mencegah Lebih Baik daripada Menindak, diakses 24 Mei 2007 Article by contributors like you Provided under CC BY-SA 3.0 Terms of Use | Privacy Policy Posted from WordPress for Android Posted in Uncategorized
Leave a comment
Nusantara APR 22 Posted by AdityaZu Kebangkitan Nasional Indonesia Artikel ini bagian dari seri Sejarah Indonesia Lihat pula: Garis waktu sejarah Indonesia Sejarah Nusantara Prasejarah Kerajaan Hindu-Buddha Kutai (abad ke-4) Tarumanagara (358–669) Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7) Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13) Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9) Kerajaan Medang (752–1006) Kerajaan Kahuripan (1006–1045) Kerajaan Sunda (932–1579) Kediri (1045–1221) Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14) Singhasari (1222–1292) Majapahit (1293–1500) Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15) Kerajaan Islam Penyebaran Islam (1200-1600) Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521) Kesultanan Ternate (1257–sekarang) Kerajaan Pagaruyung (1500-1825) Kesultanan Malaka (1400–1511) Kerajaan Inderapura (1500-1792) Kesultanan Demak (1475–1548) Kesultanan Kalinyamat (1527–1599) Kesultanan Aceh (1496–1903) Kesultanan Banten (1527–1813) Kesultanan Cirebon (1552 – 1677) Kesultanan Mataram (1588—1681) Kesultanan Siak (1723-1945) Kesultanan Pelalawan (1725-1946) Kerajaan Kristen Kerajaan Larantuka (1600-1904) Kolonialisme bangsa Eropa Portugis (1512–1850) VOC (1602-1800) Belanda (1800–1942) Kemunculan Indonesia Kebangkitan Nasional (1899-1942) Pendudukan Jepang (1942–1945) Revolusi nasional (1945–1950) Indonesia Merdeka Orde Lama (1950–1959) Demokrasi Terpimpin (1959–1965) Masa Transisi (1965–1966) Orde Baru (1966–1998) Era Reformasi (1998–sekarang) Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli. Tokoh-Tokoh Tokoh-tokoh yang mempolopori Kebangkitan Nasional, antara lain yaitu : Sutomo Ir. Soekarno Dr. Tjipto Mangunkusumo Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hajar Dewantara) dr. Douwes Dekker dan Lain-Lain Asal usul Kebangkitan Nasional Pada tahun 1912 berdirilah Partai Politik pertama di Indonesia (Hindia Belanda), Indische Partij. Pada tahun itu juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (di Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (di Yogyakarta), Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang. Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi sebenarnya diawali dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo. Sarekat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu. Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam. Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis “Als ik eens Nederlander was” (“Seandainya aku seorang Belanda”), pada tanggal 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena “boleh memilih”, keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda. Saat ini, tanggal berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional. Galeri Monumen Kebangkitan Nasional di Solo Logo Kebangkitan Nasional Ke 100 Tahun Prangko peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional Prangko peringatan 100 tahun Kebangkitan Nasional Artikel bertopik sejarah Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. Pranala luar Wikiquote memiliki koleksi kutipan yang berkaitan dengan: Kebangkitan Nasional Indonesia Wikisource bahasa Inggris mempunyai halaman mengenai Kebangkitan Nasional Indonesia (Indonesia) Pidato Memperingati Hari Kebangkitan Nasional Article by contributors like you Provided under CC BY-SA 3.0 Terms of Use | Privacy Policy Posted from WordPress for Android Posted in Uncategorized
Leave a comment
KOMPETISI ADU DOMBA APR 21 Posted by AdityaZu Perang Dunia I Perang Dunia I Searah jarum jam dari atas: Parit di Front Barat; tank Mark IV Britania Raya melintasi parit; kapal perang Angkatan Laut Kerajaan HMS Irresistible tenggelam setelah menabrak ranjau pada Pertempuran Dardanelles; awak senjata mesin Vickers mengenakan masker gas, dan pesawat dua sayap Albatros D.III Jerman Tanggal 28 Juli 1914 – 11 November 1918 (Gencatan senjata) Traktat Versailles ditandatangani 28 Juni 1919 (4 tahun dan 11 bulan0 hari) Traktat Saint-Germain-en-Laye ditandatangani 10 September 1919 Traktat Neuilly-sur-Seine ditandatangani 27 November 1919 Traktat Trianon ditandatangani 4 Juni 1920 Traktat Sèvres ditandatangani 10 Agustus 1920 Lokasi Eropa, Afrika, Timur Tengah, Kepulauan Pasifik, Cina, dan lepas pantai Amerika Selatan dan Utara Hasil Kemenangan Sekutu Berakhirnya kekaisaran Jerman, Rusia, Utsmaniyah, dan Austria-Hongaria Terbentuknya negara-negara baru di Eropa dan Timur Tengah Penyerahan koloni Jerman dan wilayah bekas Kesultanan Utsmaniyah ke negara-negara lain Pendirian Liga Bangsa-Bangsa. (lainnya…) Casus belli Pembunuhan Adipati Agung Franz Ferdinand (28 Juni) diikuti pernyataan perang oleh Austria-Hongaria terhadap Kerajaan Serbia (28 Juli) dan mobilisasi Rusia terhadap AustriaHongaria (29 Juli) Pihak yang terlibat Blok Sekutu (Entente) Perancis Imperium Britania Raya Australia Kanada India Newfoundland Selandia Baru Afrika Selatan Rhodesia Selatan Kekaisaran Rusia (1914–17) Italia (1915–18) Amerika Serikat (1917–18) Rumania (1916–18) Kekaisaran Jepang Serbia Belgia Yunani (1917–18) Kerajaan Hijaz dan lain-lain Blok Sentral Kekaisaran Jerman Austria-Hongaria Kesultanan Utsmaniyah Bulgaria (1915–18) Pihak yang juga terlibat Jabal Shammar …dan lainnya Komandan Pemimpin dan komandan Raymond Poincaré Georges Clemenceau Ferdinand Foch H. H. Asquith David Lloyd George Douglas Haig Nicholas II Nicholas Nikolaevich Victor Emanuel III Antonio Salandra Vittorio Orlando Luigi Cadorna Woodrow Wilson John J. Pershing Peter I, Raja Serbia dan lainnya Pemimpin dan komandan Wilhelm II Paul von Hindenburg Erich Ludendorff Franz Joseph I Karl I Conrad von Hötzendorf Mehmed V Enver Pasha Mustafa Kemal Ferdinand I Nikola Zhekov dan lainnya Kekuatan Entente[1] 12.000.000 8.841.541[2][3] 8.660.000[4] 5.615.140 4.743.826 1.234.000 800.000 707.343 380.000 250.000 Total: 42.959.850 Blok Sentral[1] 13.250.000 7.800.000 2.998.321 1.200.000 Total: 25.248.321 Korban Militer gugur: 5.525.000 Militer terluka: 12.831.500 Militer hilang: 4.121.000 Total: 22.477.500 KIA, WIA, atau MIA …lebih rinci. Militer gugur: 4.386.000 Militer terluka: 8.388.000 Militer hilang: 3.629.000 Total: 16.403.000 KIA, WIA, atau MIA …lebih rinci. Teater Perang Dunia I Eropa Balkan Front Barat Front Timur Front Italia Timur Tengah Kaukasus Persia Gallipoli Mesopotamia Sinai dan Palestina Arabia Selatan Afrika Afrika Barat Daya Afrika Barat Afrika Timur Afrika Utara Asia dan Pasifik Teater lain Amerika Samudra Atlantik Mediterania Perang Dunia I (PDI) adalah sebuah perang global terpusat di Eropa yang dimulai pada tanggal 28 Juli 1914 sampai 11 November 1918. Perang ini sering disebut Perang Dunia atau Perang Besar sejak terjadi sampai dimulainya Perang Dunia II pada tahun 1939, dan Perang Dunia Pertama atau Perang Dunia I setelah itu. Perang ini melibatkan semua kekuatan besar dunia,[5] yang terbagi menjadi dua aliansi bertentangan, yaitu Sekutu (berdasarkan Entente Tiga yang terdiri dari Britania Raya, Perancis, dan Rusia) dan Kekuatan Sentral (terpusat pada Aliansi Tiga yang terdiri dari Jerman, Austria-Hongaria, dan Italia; namun saat Austria-Hongaria melakukan serangan sementara persekutuan ini bersifat defensif, Italia tidak ikut berperang).[6] Kedua aliansi ini melakukan reorganisasi (Italia berada di pihak Sekutu) dan memperluas diri saat banyak negara ikut serta dalam perang. Lebih dari 70 juta tentara militer, termasuk 60 juta orang Eropa, dimobilisasi dalam salah satu perang terbesar dalam sejarah.[7][8] Lebih dari 9 juta prajurit gugur, terutama akibat kemajuan teknologi yang meningkatkan tingkat mematikannya suatu senjata tanpa mempertimbangkan perbaikan perlindungan atau mobilitas. Perang Dunia I adalah konflik paling mematikan keenam dalam sejarah dunia, sehingga membuka jalan untuk berbagai perubahan politik seperti revolusi di beberapa negara yang terlibat.[9] Penyebab jangka panjang perang ini mencakup kebijakan luar negeri imperialis kekuatan besar Eropa, termasuk Kekaisaran Jerman, Kekaisaran Austria-Hongaria, Kesultanan Utsmaniyah, Kekaisaran Rusia, Imperium Britania, Republik Perancis, dan Italia. Pembunuhan tanggal 28 Juni 1914 terhadap Adipati Agung Franz Ferdinand dari Austria, pewaris tahta AustriaHongaria, oleh seorang nasionalis Yugoslavia di Sarajevo, Bosnia dan Herzegovina adalah pencetus perang ini. Pembunuhan tersebut berujung pada ultimatum Habsburg terhadap Kerajaan Serbia.[10][11] Sejumlah aliansi yang dibentuk selama beberapa dasawarsa sebelumnya terguncang, sehingga dalam hitungan minggu semua kekuatan besar terlibat dalam perang; melalui koloni mereka, konflik ini segera menyebar ke seluruh dunia.
Pada tanggal 28 Juli, konflik ini dibuka dengan invasi ke Serbia oleh Austria-Hongaria,[12][13] diikuti invasi Jerman ke Belgia, Luksemburg, dan Perancis; dan serangan Rusia ke Jerman. Setelah pawai Jerman di Paris tersendat, Front Barat melakukan pertempuran atrisi statis dengan jalur parit yang mengubah sedikit suasana sampai tahun 1917. Di Timur, angkatan darat Rusia berhasil mengalahkan pasukan Kesultanan Utsmaniyah, namun dipaksa mundur dari Prusia Timur dan Polandia oleh angkatan darat Jerman. Front lainnya dibuka setelah Kesultanan Utsmaniyah ikut serta dalam perang tahun 1914, Italia dan Bulgaria tahun 1915, dan Rumania tahun 1916. Kekaisaran Rusia runtuh bulan Maret 1917, dan Rusia menarik diri dari perang setelah Revolusi Oktober pada akhir tahun itu. Setelah serangan Jerman di sepanjang front barat tahun 1918, Sekutu memaksa pasukan Jerman mundur dalam serangkaian serangan yang sukses dan pasukan Amerika Serikat mulai memasuki parit. Jerman, yang bermasalah dengan revolusi pada saat itu, setuju melakukan gencatan senjata pada tanggal 11 November 1918 yang kelak dikenal sebagai Hari Gencatan Senjata. Perang ini berakhir dengan kemenangan di pihak Sekutu. Peristiwa di front Britania sama rusuhnya seperti front depan, karena para pihak terlibat berusaha memobilisasi tenaga manusia dan sumber daya ekonomi mereka untuk melakukan perang total. Pada akhir perang, empat kekuatan imperial besar—Kekaisaran Jerman, Rusia, Austria-Hongaria, dan Utsmaniyah—bubar. Negara pengganti dua kekaisaran yang disebutkan pertama tadi kehilangan banyak sekali wilayah, sementara dua terakhir bubar sepenuhnya. Eropa Tengah terpecah menjadi beberapa negara kecil.[14] Liga Bangsa-Bangsa dibentuk dengan harapan mencegah konflik seperti ini selanjutnya. Nasionalisme Eropa yang muncul akibat perang dan pembubaran kekaisaran, dampak kekalahan Jerman dan masalah dengan Traktat Versailles diyakini menjadi faktor penyebab pecahnya Perang Dunia II.[15] Nama Latar belakang Teater konflik Teknologi Kejahatan perang Genosida dan pembersihan etnis Artikel utama untuk bagian ini adalah: Korban Utsmaniyah pada Perang Dunia I Lihat pula: Genosida Armenia, Genosida Assyria, Genosida Yunani, dan Penolakan genosida Tentara Austria-Hongaria mengeksekusi warga sipil Serbia saat pendudukan Mačva, 1914 Pembersihan etnis populasi Armenia di Kesultanan Utsmaniyah, termasuk deportasi dan eksekusi massal, saat tahun-tahun terakhir Kesultanan Utsmaniyah tergolong genosida.[155] Utsmaniyah memandang seluruh populasi Armenia sebagai musuh[156] yang memilih berpihak pada Rusia sejak awal perang.[157] Pada awal 1915, sejumlah warga Armenia bergabung dengan pasukan Rusia, dan pemerintah Utsmaniyah menggunakan alasan ini sebagai dasar pengesahan Hukum Tehcir (Hukum Deportasi). Hukum ini membolehkan deportasi penduduk Armenia dari provinsi-provinsi timur Kesultanan ke Suriah antara 1915 dan 1917. Jumlah pasti korban tewas tidak diketahui. Meski Balakian memberi kisaran antara 250.000 sampai 1,5 juta orang Armenia,[158] International Association of Genocide Scholars memperkirakan lebih dari 1 juta jiwa.[155][159] Pemerintah Turki dari dulu tetap menolak tuduhan genosida dengan berpendapat bahwa mereka yang tewas adalah korban peperangan antaretnis, kelaparan, atau wabah selama Perang Dunia Pertama.[160] Kelompok etnis lain yang juga diserang Kesultanan Utsmaniyah pada saat itu termasuk bangsa Assyria dan Yunani, dan sejumlah sarjana menganggap peristiwa tersebut merupakan bagian dari kebijakan pemusnahan yang sama.[161][162] [163] Foto memperlihatkan penduduk Armenia yang dibunuh saat Genosida Armenia. Gambar diambil dari buku Ambassador Morgenthau’s Story karya Henry Morgenthau, Sr., diterbitkan tahun 1918.[164] Kekaisaran Rusia Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pogrom anti-Yahudi di Kekaisaran Rusia Lihat pula: Pendudukan Galisia Timur oleh Rusia 1914-1915, Volhynia, dan Jerman Volga Banyak pogrom terjadi seiring Revolusi 1917 Rusia dan Perang Saudara Rusia. 60.000–200.000 warga sipil Yahudi tewas dalam kekerasan yang terjadi di seluruh wilayah bekas Kekaisaran Rusia.[165] “Pemerkosaan Belgia” Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pemerkosaan Belgia Para penyerbu Jerman menganggap perlawanan apapun—seperti menyabotase rel kereta—sebagai tindakan ilegal dan imoral, dan menembak pelanggar dan membakar bangunan sebagai balasannya. Selain itu, mereka cenderung menganggap sebagian besar warga sipil sebagai “franc-tireurs” berpotensial, dan menangkap dan kadang membunuh tahanan dari kalangan warga sipil. Pasukan Jerman mengeksekusi lebih dari 6.500 warga sipil Perancis dan Belgia antara Agustus dan November 1914, biasanya dalam penembakan warga sipil berskala besar nyaris acak yang diperintahkan oleh perwira junior Jerman. Angkatan Darat Jerman menghancurkan 15.000-20.000 bangunan—termasuk perpustakaan universitas di Louvain—dan menciptakan gelombang pengungsi sebesar satu juta orang. Lebih dari separuh resimen Jerman di Belgia terlibat dalam insiden-insiden besar.[166] Ribuan pekerja dikirim ke Jerman untuk bekerja di pabrik. Propaganda Britania yang mendramatisir “Pemerkosaan Belgia” menarik banyak perhatian di Amerika Serikat, sementara Berlin menyatakan tindakan tersebut sah dan perlu karena ancaman para “franc-tireurs” (gerilya) seperti yang terjadi di Perancis tahun 1870.[167] Britania dan Perancis membesar-besarkan laporan tersebut dan menyebarluaskannya di dalam negeri dan Amerika Serikat, tempat mereka memainkan peran besar dalam menghapus dukungan untuk Jerman.[168][169] Pengalaman tentara Artikel utama untuk bagian ini adalah: Daftar veteran Perang Dunia I, Korban Perang Dunia I, Commonwealth War Graves Commission, dan American Battle Monuments Commission
Kontingen Pertama Korps Bedil Relawan Bermuda untuk 1 Lincolns, berlatih di Bermuda untuk Front Barat, musim dingin 1914–1915. 75% dari kedua kontingen BVRC menjadi korban. Tentara Britania awalnya merupakan relawan, namun pada akhirnya menjadi wajib militer. Imperial War Museum di Britania telah mengoleksi lebih dari 2.500 tekaman kesaksian pribadi tentara, dan sejumlah transkrip pilihan yang disunting oleh penulis militer Max Arthur telah diterbitkan. Museum ini percaya bahwa sejarawan belum memanfaatkan penuh material-material ini, dan museum ini berhasil memiliki arsip lengkap rekaman untuk para penulis dan peneliti.[170] Veteran yang selamat dan pulang cenderung hanya bisa mendiskusikan pengalaman mereka dengan sesama rekannya. Mereka berkumpul dan membentuk “asosiasi veteran” atau “Legiun”. Tawanan perang Artikel utama untuk bagian ini adalah: Tawanan Perang Dunia I di Jerman Tawanan Jerman di kamp penjara Perancis Sekitar 8 juta tentara menyerah dan ditahan di kamp tawanan perang selama Perang Dunia I. Semua negara berjanji mengikuti Konvensi Den Haag mengenai perlakuan baik tawanan perang. Tingkat keselamatan tawanan perang umumnya lebih tinggi daripada rekan mereka di garis depan.[171] Penyerahan diri individu cenderung tidak biasa; pasukan dalam jumlah besar yang biasanya menyerah secara massal. Pada Pertempuran Tannenberg 92.000 tentara Rusia menyerah. Saat garnisun Kaunas yang dikepung menyerah tahun 1915, sekitar 20.000 tentara Rusia menyerah. Lebih dari setengah kerugian Rusia (sebagai perbandingan terhadap mereka yang ditangkap, terluka, atau gugur) memiliki status tawanan; untuk Austria-Hongaria 32%, Italia 26%, Perancis 12%, Jerman 9%; Britania 7%. Tawanan dari pasukan Sekutu berjumlah 1,4 juta orang (tidak termasuk Rusia, yang 2,5-3,5 juta tentaranya ditawan). Dari Blok Sentral, sekitar 3,3 juta tentara menjadi tawanan perang.[172] Jerman menahan 2,5 juta tentara; Rusia menahan 2,9 juta tentara; sementara Britania dan Perancis sekitar 720.000 tentara. Kebanyakan di antara mereka ditangkap tepat sebelum gencatan senjata. A.S. menahan 48.000 tentara. Saat-saat paling berbahaya adalah tindakan penyerahan diri, ketika tentara yang pasrah kadang ditembaki begitu saja.[173][174] Setelah tawanan tiba di kamp, kondisi pada umumnya memuaskan (dan lebih baik daripada Perang Dunia II), berkat upaya Palang Merah Internasional dan inspeksi oleh negara-negara netral. Akan tetapi, di Rusia lebih buruk lagi: kelaparan biasa terjadi di kalangan tawanan dan warga sipil; sekitar 15–20% dari seluruh tawanan di Rusia meninggal. Di Jerman, makanan langka, tetapi hanya 5% yang meninggal.[175][176][177] Foto ini memperlihatkan tentara Angkatan Darat India kurus yang selamat dari Pengepungan Kut. Kesultanan Utsmaniyah sering memperlakukan tahanan perang dengan buruk.[178] Sekitar 11.800 tentara Imperium Britania, kebanyakan India, ditawan setelah Pengepungan Kut di Mesopotamia pada bulan April 1916; 4.250 orang meninggal dalam penjara.[179] Meski banyak yang sedang dalam kondisi buruk saat ditangkap, para perwira Utsmaniyah memaksa mereka berjalan sejauh 1.100 kilometer (684 mil) ke Anatolia. Seorang korban selamat mengatakan, “Kami digiring seperti hewan liar; keluar dari sana artinya mati.”[180] Para korban selamat kemudian dipaksa membangun rel kereta api melintasi Pegunungan Taurus. Di Rusia, saat para tawanan dari Legiun Ceko Angkatan Darat Austria-Hongaria dibebaskan tahun 1917, mereka mempersenjatai diri kembali dan sempat menjadi kekuatan militer dan diplomatik pada Perang Saudara Rusia. Meski tawanan Sekutu di Blok Sentral langsung dikirim pulang setelah akhir perang, perlakuan yang sama tidak diberikan kepada tawanan Blok Sentral di negara Sekutu dan Rusia. Kebanyakan dari tawanan Blok Sentral tersebut dijadikan pekerja paksa, misalnya di Perancis sampai tahun 1920. Mereka baru dibebaskan setelah Palang Merah mendekati Dewan Agung Sekutu berkali-kali.[181] Tawanan Jerman masih ditahan di Rusia sampai tahun 1924.[182] Atase militer dan koresponden perang Artikel utama untuk bagian ini adalah: Atase militer dan koresponden perang pada Perang Dunia I Pemantai militer dan sipil dari setiap kekuatan besar mengikuti dengan saksama jalannya perang. Banyak yang mampu melaporkan suatu peristiwa dari sudut pandang yang mirip dengan posisi “tempelan” di dalam daratan dan pasukan laut musuh. Para atase militer dan pemantau lain ini mempersiapkan kesaksian langsung mengenai perang disertai tulisan analitis. Misalnya, mantan Kapten Angkatan Darat A.S. Granville Fortescue mengikuti perkembangan Kampanye Gallipoli dari sudut pandang tempelan di dalam wilayah pertahanan Turki; dan laporannya diteruskan melalui sensor Tukri sebelum dicetak di London dan New York.[183] Akan tetapi, peran pemantau ini diabaikan ketika A.S. memasuki kancah perang, sementara Fortescue langsung mendaftar ulang masuk militer dan terluka di Hutan Argonne pada Ofensif Meuse-Argonne, September 1918.[184] Narasi perang oleh pemantau secara mendalam dan artikel jurnal profesional yang lebih sempit segera ditulis setelah perang; dan laporan pascaperang ini umumnya mengilustrasikan kehancuran medan tempur dalam konflik ini. Ini bukan pertama kalinya taktik posisi parit untuk infanteri yang dipersenjatai senjata mesin dan artileri menjadi sangat penting. Perang RusiaJepang juga dipantau secara saksama oleh atase militer, koresponden perang, dan pemantau lain; tetapi, dari sudut pandang abad ke-21, tampak jelas bahwa serangkaian pelajaran taktik diabaikan atau tidak dipakai dalam persiapan perang di Eropa dan seluruh Perang Besar.[185] Dukungan dan penentangan perang Artikel utama untuk bagian ini adalah: Penentangan Perang Dunia I dan Pemberontakan Angkatan Darat Perancis (1917) Dukungan “Inggris dulu, baru diri sendiri”, 1916 Di Balkan, nasionalis Yugoslav seperti pemimpin Ante Trumbić di Balkan sangat mendukung perang ini dan memimpikan bebasnya bangsa Yugoslav dari Austria-Hongaria dan kekuatan asing lainnya, serta pembentukan Yugoslavia merdeka.[186] Komite Yugoslav didirikan di Paris tanggal 30 April 1915, namun kemudian memindahkan kantornya ke London; Trumbić memimpin Komite ini.[186] Di Timur Tengah, nasionalisme Arab berkobar di teritori-teritori Utsmaniyah sebagai respon atas naiknya nasionalisme Turki sepanjang perang. Para pemimpin nasionalis Arab menyuarakan pembentukan negara pan-Arab.[187] Pada tahun 1916, Pemberontakan Arab terjadi di teritori Timur Tengah milik Utsmaniyah demi mencapai kemerdekaan.[187] Nasionalisme Italia didorong oleh pecahnya perang dan awalnya sangat didukung oleh berbagai faksi politik. Salah satu pendukung perang nasionalis Italia yang paling tekrenal adalah Gabriele d’Annunzio, yang mempromosikan iredentisme Italia dan membantu meyakinkan publik Italia untuk mendukung intervensi perang.[188] Partai Liberal Italia di bawah kepemimpinan Paolo Boselli mempromosikan intervensi perang di sisi Sekutu dan memanfaatkan Dante Aligheri Society untuk mempromosikan nasionalisme Italia.[189] Sejumlah partai sosialis awalnya mendukugn perang ketika pecah bulan Agustus 1914.[190] Tetapi sosialis Eropa terbagi di sisi nasional, dengan konsep kelas konflik yang dipegang oleh sosialis radikal seperti kaum Marxis dan sindikalis yang muncul akibat dukungan patriotik mereka terhadap perang.[191] Setelah perang dimulai, sosialis Austria, Britania, Jerman, Perancis, dan Rusia mengikuti arus nasionalis yang bangkit dengan mendukung intervensi perang oleh negara mereka .[192] Para sosialis Italia terbagi menjadi pendukung perang dan penentangnya; beberapa di antaranya adalah pendukung perang yang militan, termasuk Benito Mussolini dan Leonida Bissolati. [193] Akan tetapi, Partai Sosialis Italia memutuskan menentang perang setelah para pengunjuk rasa anti-militer tewas dan mengakibatkan mogok massal bernama Minggu Merah.[194] Partai Sosialis Italia membersihkan dirinya dari anggota-anggota nasionalis pro-perang, termasuk Mussolini.[194] Mussolini, seorang sindikalis yang mendukung perang atas dasar klaim iredentis wilayah berpopulasi Italia di Austria-Hongaria, membentuk organisasi pro-intervensionis Il Popolo d’Italia dan Fasci Riviluzionario d’Azione Internazionalista (“Fasci Revolusi untuk Aksi Internaisonal”) pada bulan Oktober 1914 yang kelak berkembang menjadi Fasci di Combattimento tahun 1919, asal usul fasisme.[195] Nasionalisme Mussolini memungkinkan dirinya menggalang dana dari Ansaldo (firma senjata) dan perusahaan lain untuk membentuk Il Popolo d’Italia untuk meyakinkan para sosialis dan revolusionis agar mendukung perang.[196] Pada bulan April 1918, Kongres Bangsa Terindas Roma mengadakan pertemuan, termasuk perwakilan bangsa Cekoslovak, Italia, Polandia, Transylvania, dan Yugoslav yang meminta Sekutu mendukung penentuan nasib sendiri nasional untuk orang-orang yang tinggal di dalam Austria-Hongaria.[190] Penentangan Sesaat sebelum perang, Jenderal Britania Horace Smith-Dorrien memprediksikan terjadinya perang menghancurkan yang harus bisa dihindari dengan nyaris segala cara. Serikat dagang dan gerakan sosialis sudah lama menenetang sebuah perang yang menurut mereka berarti bahwa pekerja akan membunuh pekerja lain demi kepentingan kapitalisme. Setelah perang dideklarasikan, rupanya banyak sosialis dan serikat dagang yang malah membantu pemerintah mereka. Di antara pengecualian tersebut adalah kaum Bolshevik, Partai Sosialis Amerika, dan Partai Sosialis Italia, dan individu seperti Karl Liebknecht, Rosa Luxemburg, dan para pengikutnya di Jerman. Ada pula sejumlah kecul kelompok antiperang di Britania dan Perancis. Benediktus XV, terpilih sebagai Paus kurang dari tiga bulan setelah Perang Dunia I, menjadikan perang dan segala akibatnya fokus utama tugas kepausan pertamanya. Berbeda dengan pendahulunya,[197] lima hari pasca-pemilihannya, ia berbicara tentang tugas dia untuk melakukan sebisanya untuk menciptakan perdamaian. Ensiklik pertamanya, Ad Beatissimi Apostolorum, dibacakan tanggal 1 November 1914, membicarakan masalah ini. Dipandang sebagai tokoh bias yang berpihak pada satu sisi dan dibenci karena melemahkan moral nasional, Benediktus XV melihat kemampuan dan posisinya yang unik sebagai duta perdamaian religius diabaikan oleh negara-negara yang terlibat. Sackville Street (sekarang O’Connell Street), Dublin, setelah Pemberontakan Paskah 1916 Perjanjian London 1915 antara Italia dan Entente Tiga meliputi persyaratan rahasia yaitu Sekutu setuju dengan Italia untuk mengabaikan panggilan Paus agar berdamai dengan Blok Sentral. Akibatnya, penerbitan Nota Perdamaian Agustus 1917 tujuh poin usulan Benediktus diabaikan oleh semua pihak, kecuali Austria-Hongaria.[198] Di Britania, tahun 1914, kamp tahunan Public Schools Officers’ Training Corps diadakan di Tidworth Pennings, dekat Salisbury Plain. Kepala Angkatan Darat Britania Raya Lord Kitchener bermaksud meninjau kadetnya, tetapi pecahnya perang menggagalkan tugas tersebut. Jenderal Horace Smith-Dorrien menggantikannya. Ia membuat terkejut dua per tiga ribu kadet dengan mengatakan (mengutip Donald Christopher Smith, seorang kadeta Bermuda yang hadir), “bahwa perang harus dihindari dengan nyaris segala cara, bahwa perang tidak menyelesaikan apaapa, bahwa seluruh Eropa dan lainna akan berantakan, dan bahwa jumlah korban tewas akan sangat besar sehingga seluruh populasi akan menyusut drastis. Akibat keteledoran kita, saya, dan banyak di antara kita, merasa hampir malu terhadap seorang Jenderal Britania yang mengeluarkan sentimen yang memuramkan dan tidak patriotik ini, tetapi selama empat tahun berikutnya, di antara kita yang selamat dari pembantaian ini—mungkin tidak lebih dari seperempat—belajar tnetang betapa benar perkiraan Jenderal dan betapa berani ia menyatakannya.”[199] Mengeluarkan perkataan sentimen seperti ini tidak menghancurkan karier Smith-Dorien atau bahkan mencegahnya melakukan tugasnya pada Perang Dunia I sebaik-baiknya. The Deserter, 1916. Kartun antiperang memperlihatkan Yesus menghadapi regu penembak yang terdiri dari tentara dari lima negara Eropa. 1917 – Eksekusi di Verdun pada masa-masa pemberontakan militer. Banyak negara memenjarakan orang-orang yang berbicara menentang konflik ini. Mereka mencakup Eugene Debs di Amerika Serikat dan Bertrand Russell di Britania. Di A.S., UndangUndang Spionase 1917 dan Undang-Undang Penghasutan 1918 menjadikan penolakan perekrutan militer atau membuat pernyataan apapun yang dirasa “tidak loyal” suatu tindak kejahatan. Penerbitan yang kritis terhadap pemerintahan ditarik dari sirkulasi oleh sensor pos,[102] dan banyak yang lama dipenjara akibat pernyataan mereka yang dianggap tidak patriotik. Pemberontakan pasukan Ceko di Rumburk bulan Mei 1918 secara brutal dipadamkan dan para pemimpinnya dieksekusi. Sejumlah kaum nasionalis menentang intervensi, terutama di dalam negara-negara yang tidak disukai nasionalis. Meski sebagian besar penduduk Irlandia mau ikut berperang tahun 1914 dan 1915, sebagian kecil nasionalis Irlandia maju menolak ikut serta dalam perang.[200] Perang terjadi meski muncul krisis Pemerintahan Dalam Negeri di Irlandia yang muncul kembali tahun 1912, dan pada Juli 1914 muncul kemungkinan serius akan pecahnya perang sipil di Irlandia.[201] Para nasionalis dan Marxis Irlandia berusaha mengejar kemerdekaan Irlandia yang berujung pada Pemberontakan Paskah tahun 1916, dengan Jerman mengirimkan 20.000 senjata bedil ke Irlandia untuk menciptakan kerusuhan di Britania Raya.[201] Pemerintah Britania Raya memberlakukan darurat militer di Irlandia sebagai tanggapan terhadap Pemberontakan Paskah, meski setelah ancaman revolusi berkurang para pihak berwenang mencoba menenangkan perasaan kaum nasionalis.[202] Penolakan lain berasal dari para penentang bernurani – separuh sosialis, separuh religius – yang menolak berperang. Di Britania, 16.000 orang meminta status penentang bernurani.[203] Sebagian dari mereka, terutama aktivis perdamaian paling terkenal Stephen Henry Hobhouse, menolak dinas militer dan alternatif.[204] Banyak yang dipenjara bertahun-tahun, termasuk pengurungan sendiri dan diet roti dan air. Bahkan setelah perang, di Britania banyak iklan pekerjaan diberi tanda “Kecuali penentang bernurani”. Pemberontakan Asia Tengah pecah pada musim panas 1916, ketika pemerintah Kekaisaran Rusia mengakhiri pengecualian Muslim dari dinas militer.[205] Tahun 1917, serangkaian pemberontakan di tubuh AD Perancis berujung pada eksekusi lusinan tentara dan penahanan sejumlah besar tentara lainnya. Di Milan bulan Mei 1917, kaum revolusi Bolshevik menyusun dan mengadakan pemberontakan yang menuntut berakhirnya perang, dan berupaya menutup pabrik-pabrik dan menghentikan operasi transportasi umum.[206] Pasukan Italia terpaksa memasuki Milan dengan tank dan senjata mesin untuk menghadapi kaum Bolshevik dan anarkis, yang bertempur habis-habisan sampai 23 Mei ketika Angkatan Darat berhasil mengambil alih kota. Hampir 50 orang (termasuk tiga tentara Italia) tewas dan lebih dari 800 orang ditahan.[206] Revolusi Jerman, November 1918 Krisis Wajib Militer 1917 di Kanada terjadi ketika Perdana Menteri Robert Borden yang konservatif memerintahkan dinas militer wajib atas keberatan warga Quebec berbahasa Perancis. [207] Dari 625.000 tentara Kanada yang bertugas, 60.000 di antaranya gugur dan 173.000 lainnya luka-luka.[208] Tahun 1917, Kaisar Charles I dari Austria secara rahasia memasuki negosiasi damai dengan negara-negara Sekutu, dengan saudara tirinya Sixtus sebagai penengah, tanpa sepengetahuan sekutunya, Jerman. Sayangnya ia gagal akibat pemberontakan Italia.[209]
Bulan September 1917, tentara Rusia di Perancis mulai mempertanyakan mengapa mereka berperang untuk Perancis dan akhirnya memberontak.[210] Di Rusia, penolakan perang mendorong para tentara mendirikan komite revolusinya sendiri, yang membantu memulai Revolusi Oktober 1917, dengan tuntutan “roti, tanah, dan perdamaian”. Kaum Bolshevik menyetujui perjanjian damai dengan Jerman berupa Perjanjian Brest-Litovsk meski berada dalam kondisi buruk. Di Jerman Utara, Revolusi Jerman 1918–1919 terjadi pada akhir Oktober 1918. Pasukan Angkatan Laut Jerman menolak berlayar untuk operasi berskala besar terakhir dalam perang yang mereka lihat sama saja seperti bunuh diri; peristiwa ini memulai pemberontakan. pemberontakan pelayar yang kemudian terjadi di pelabuhan Wilhelmshaven dan Kiel menyebar ke seluruh Jerman dalam hitungan hari dan berujung pada proklamasi republik tanggal 9 November 1918 dan sesaat setelah itu pengunduran diri Kaiser Wilhelm II. Wajib militer Setelah perang ini perlahan berubah menjadi perang atrisi, wajib militer diberlakukan di sejumlah negara. Masalah ini menjadi heboh di Kanada dan Australia. Di Kanada, wajib militer memunculkan celah politik antara warga Perancis Kanada, yang percaya kesetiaan mereka hanya untuk Kanada dan bukan Imperium Britania, dan warga Inggris mayoritas, yang memandang perang sebagai sebuah tugas bagi Britania maupun Kanada. Perdana Menteri Robert Borden mengesahkan Undang-Undang Dinas Militer, sehingga mencetuskan Krisis Wajib Militer 1917. Di Australia, kampanye pro-wajib militer oleh Perdana Menteri Billy Hughes mengakibatkan perpecahan di tubuh Partai Buruh Australia, sehingga Hughes membentuk Partai Nasionalis Australia pada tahun 1917 untuk mempromosikan peraturan ini. Meski begitu, gerakan buruh, Gereja Katolik, dan ekspatriat nasionalis Irlandia berhasil menentang peraturan Hughes, yang kemudian ditolak di dua plebisit. Wajib militer diterapkan untuk setiap pria yang mampu secara fisik di Britania, enam dari sepuluh juta orang yang layak. Dari jumlah tersebut, sekitar 750.000 orang gugur dan 1.700.000 lainnya luka-luka. Kebanyakan korban tewas adalah pemuda yang belum menikah; akan tetapi, 160.000 istri kehilangan suaminya dan 300.000 anak kehilangan ayahnya.[211] Dampak Artikel utama untuk bagian ini adalah: Dampak Perang Dunia I Dampak kesehatan dan ekonomi Belum ada perang yang berhasil mengubah peta Eropa secara dramatis. Empat kekaisaran menghilang: Jerman, Austria-Hongaria, Utsmaniyah, dan Rusia. Empat dinasti, bersama aristokrasi kunonya, jatuh setelah perang: Hohenzollern, Habsburg, Romanov, dan Utsmaniyah. Belgia dan Serbia hancur parah, seperti halnya Perancis, dengan 1,4 juta tentara gugur,[212] tidak termasuk korban lainnya. Jerman dan Rusia juga terkena dampak serupa.[213] Perang ini memberi konsekuensi ekonomi mendalam. Dari 60 juta tentara Eropa yang dimobilisasi mulai tahun 1914 sampai 1918, 8 juta di antaranya gugur, 7 juta cacat permanen, dan 15 juta luka parah. Jerman kehilangan 15,1% populasi pria aktifnya, Austria-Hongaria 17,1%, dan Perancis 10,5%.[214] Sekitar 750.000 warga sipil Jerman tewas akibat kelaparan yang disebabkan oleh blokade Britania selama perang.[215] Pada akhir perang, kelaparan telah menewaskan sekitar 100.000 orang di Lebanon.[216] Perkiraan terbaik untuk jumlah korban tewas akibat kelaparan Rusia 1921 adalah 5 juta sampai 10 juta orang.[217] Pada tahun 1922, terdapat 4,5 juta sampai 7 juta anak tanpa rumah di Rusia akibat satu dasawarsa kehancuran sejak Perang Dunia I, Perang Saudara Rusia, dan kelaparan 1920–1922.[218] Sejumlah penduduk Rusia anti-Soviet mengungsi ke negara lain setelah Revolusi; pada tahun 1930-an, kota Harbin di Cina utara menampung 100.000 warga Rusia.[219] Ribuan lainnya pindah ke Perancis, Inggris, dan Amerika Serikat.
Di Australia, dampak perang terhadap ekonomi tidak terlalu parah. Perdana Menteri Hughes menulis surat untuk Perdana Menteri Britania Raya Lloyd George, “Anda telah meyakinkan kami bahwa Anda tidak bisa mendapatkan persyaratan yang lebih baik. Saya sangat menyesalkan hal tersebut, dan sekarang berharap bahwa ada suatu cara untuk menetapkan perjanjian permintaan biaya perbaikan setara dengan pengorbanan luar biasa yang dilakukan Imperium Britania dan para Sekutunya.”[220] Australia menerima perbaikan perang senilai 5.571.720, tetapi biaya perang Australia secara langsung berjumlah 376.993.052, dan pada pertengahan 1930-an biaya pensiun, hadiah perang, bunga, dan dana tenggelam berjumlah 831.280.947. [220] Dari sekitar 416.000 tentara Australia yang berdinas, 60.000 di antaranya gugur dan 152.000 lainnya luka-luka.[221] Wabah menyebar pada masa-masa perang yang kacau. Pada tahun 1914 saja, wabah tipus yang dibawa kutu menewaskan 200.000 orang di Serbia.[222] Mulai tahun 1918 sampai 1922, Rusia mengalami 25 juta infeksi dan 3 juta kematian akibat wabah tipus.[223] Sementara sebelum Perang Dunia I Rusia memiliki 3,5 juta kasus malaria, negara ini memiliki lebih dari 13 juta kasus pada tahun 1923.[224] Selain itu, wabah influenza besar menyebar ke seluruh dunia. Secara keseluruhan, pandemi flu 1918 menewaskan sedikitnya 50 juta orang.[225][226] Rumah sakit militer darurat saat wabah flu Spanyol yang menewaskan sekitar 675.000 orang di Amerika Serikat. Camp Funston, Kansas, 1918 Lobi oleh Chaim Weizmann dan kekhawatiran bahwa penduduk Yahudi Amerika akan memaksa AS mendukung Jerman berakhir dengan Deklarasi Balfour 1917 oleh pemerintah Britania yang menetapkan pendirian tanah air Yahudi di Palestina.[227] Lebih dari 1.172.000 tentara Yahudi berdinas di pasukan Sekutu dan Sentral pada Perang Dunia I, termasuk 275.000 di Austria-Hongaria dan 450.000 di Kekaisaran Rusia.[228] Gangguan sosial dan kekerasan luas pada Revolusi 1917 dan Perang Saudara Rusia mengakibatkan terjadinya 2.000 pogrom di bekas Kekaisaran Rusia, kebanyakan di Ukraina.[229] Sekitar 60.000–200.000 warga sipil Yahudi tewas dalam kekerasan ini.[230] Setelah Perang Dunia I, Yunani berperang melawan kaum nasionalis Turki yang dipimpin oleh Mustafa Kemal, sebuah perang yang berakhir dengan pertukaran penduduk besar-besaran antar kedua negara di bawah Perjanjian Lausanne.[231] Menurut berbagai sumber,[232] sekian ratus ribu Yunani Pontik tewas pada masa-masa perang tersebut.[233] Perjanjian damai dan batas negara Setelah perang, Konferensi Perdamaian Paris memberlakukan beberapa perjanjian damai terhadap Blok Sentral. Perjanjian Versailles 1919 secara resmi mengakhiri perang ini. Ditandatangani di Titik ke-14 Wilson, Perjanjian Versailles juga mencetuskan berdirinya Liga Bangsa-Bangsa pada tanggal 28 Juni 1919.[234][235] Dalam penandatanganan perjanjian, Jerman mengaku bertanggung jawab atas perang ini dan setuju membayar perbaikan perang dalam jumlah besar dan memberikan sejumlah teritori ke pihak pemenang. “Tesis Rasa Bersalah” menjadi penjelasan kontroversial mengenai peristiwa-peristiwa terakhir di kalangan analis Britania dan Amerika Serikat Perjanjian Versailles menimblkan ketidakpuasan luar biasa di Jerman, yang dieksploitasi gerakan nasionalis, terutama Nazi, dengan teori konspirasi yang mereka sebut Dolchstosslegende (legenda pengkhianatan). Republik Weimar kehilangan jajahan kolonialnya dan dibebani tuduhan bersalah atas perang, serta membayar perbaikan akibat perang. Tidak mampu membayar dengan ekspor (akibat kehilangan teritori dan resesi pascaperang),[236] Jerman membayar dengan meminjam dari Amerika Serikat. Inflasi berkelanjutan tahun 1920-an berkontribusi pada keruntuhan ekonomi Republik Weimar, dan pembayaran perbaikan tertunda tahun 1931 setelah Kejatuhan Pasar Saham 1929 dan permulaan Depresi Besar di seluruh dunia. Pengungsi Yunani dari Smyrna, Turki, 1922 Austria-Hongaria terbagi menjadi beberapa negara pengganti, termasuk Austria, Hongaria, Cekoslovakia, dan Yugoslavia, meski tidak sepenuhnya berada dalam perbatasan etnis. Transylvania dipindahkan dari Hongaria ke Rumania Raya. Rinciannya tercantum dalam Perjanjian Saint-Germain dan Perjanjian Trianon. Sebagai hasil dari Perjanjian Trianon, 3,3 juta warga Hongaria berada di bawah pemerintahan asing. Meski penduduk Hongaria membentuk 54% populasi Kerajaan Hongaria pra-perang, hanya 32% teritorinya yang disisakan untuk Hongaria. Antara 1920 dan 1924, 354.000 warga Hongaria keluar dari bekas teritori Hongaria yang dikuasai Rumania, Cekoslovakia, dan Yugoslavia. Kekaisaran Rusia, yang telah menarik diri dari Perang Dunia I pada tahun 1917 setelah Revolusi Oktober, kehilangan sebagian besar wilayah baratnya dan negara-negara merdeka Estonia, Finlandia, Latvia, Lithuania, dan Polandia berdiri di sana. Bessarabia kembali bergabung dengan Rumania Raya karena sudah menjadi teritori Rumania selama lebih dari seribu tahun.[237] Kesultanan Utsmaniyah pecah, dan sebagian besar teritori non-Anatolianya diberikan ke berbagai negara Sekutu dalam bentuk protektort. Turki sendiri disusun ulang menjadi Republik Turki. Kesultanan Utsmaniyah dipecah-pecah oleh Perjanjian Sèvres tahun 1920. Perjanjian ini tidak pernah diratifikasi oleh Sultan dan ditolak oleh gerakan republikan Turki, sehingga memunculkan Perang Kemerdekaan Turki dan berakhir dengan Perjanjian Lausanne tahun 1923. Warisan …”Strange, friend,” I said, “Here is no cause to mourn.” “None,” said the other, “Save the undone years”… — Wilfred Owen, Strange Meeting, 1918[145] Artikel utama untuk bagian ini adalah: Perang Dunia I dalam budaya masyarakat dan Tugu peringatan Perang Dunia I Upaya tentatif pertama untuk memahami makna dan konsekuensi peperangan modern dimulai pada tahap-tahap awal perang, dan proses ini terus berlanjut selama dan setelah akhir perang. Tugu peringatan Tugu peringatan dibangun di ribuan desa dan kota. Dekat dengan medan tempur, mereka yang dimakamkan di lahan pemakaman buatan perlahan dipindahkan ke pemakaman resmi yang dirawat oleh organisasi-organisasi seperti Commonwealth War Graves Commission, American Battle Monuments Commission, German War Graves Commission, dan Le Souvenir français. Banyak di antara pemakaman yang memiliki monumen pusat yang dipersembahkan kepada korban hilang atau tidak dikenal, seperti tugu Menin Gate dan Thiepval Memorial to the Missing of the Somme. Dokter bedah Letkol John McCrae dari Kanada, penulis In Flanders Fields, meninggal dunia tahun 1918 akibat pneumonia. Pada tanggal 3 Mei 1915, selama Pertempuran Ypres Kedua, Letnan Alexis Helmer gugur. Di samping makamnya, temannya, John McCrae, M.D., dari Guelph, Ontario, Kanada, menulis sebuah puisi terkenal berjudul In Flanders Fields sebagai penghormatan untuk semua orang yang tewas dalam Perang Besar. Diterbitkan di majalah Punch tanggal 8 Desember 1915, puisi ini masih dibacakan sampai sekarang, terutama pada Hari Gencatan Senjata dan Hari Peringatan.[238][239] Liberty Memorial di Kansas City, Missouri, adalah sebuah tugu peringatan Amerika Serikat yang dipersembahkan kepada semua warga negara A.S. yang berdinas di Perang Dunia I. Situs Liberty Memorial diresmikan tanggal 1 November 1921. Pada hari itu, para komandan tertinggi Sekutu berbicara di hadapan 100.000 orang. Itulah satu-satunya masa dalam sejarah ketika para pemimpin tersebut berkumpul di satu tempat. Tokoh-tokoh yang hadir meliputi Letnan Jenderal Baron Jacques dari Belgia; Jenderal Armando Diaz dari Italia; Marsekal Ferdinand Foch dari Perancis; Jenderal Pershing dari Amerika Serikat; dan Laksamana D. R. Beatty dari Britania Raya. Setelah tiga tahun pembangunan, Liberty Memorial rampung dan Presiden Calvin Coolidge menyampaikan pidato khusus di hadapan 150.000 orang pada tahun 1926. Liberty Memorial juga merupakan rumah bagi The National World War I Museum, satu-satunya museum khusus Perang Dunia I di Amerika Serikat. Ingatan budaya Perang Dunia Pertama memberi pengaruh besar terhadap ingatan sosial. Perang ini dipandang oleh banyak orang di Britania sebagai tanda akhir zaman stabilitas yang sudah ada sejak zaman Victoria, dan di seluruh Eropa banyak orang menganggapnya sebagai ambang batas.[240] Sejarawan Samuel Hynes menjelaskan: Generasi pemuda tak bersalah, kepala mereka dipenuhi abstraksi tinggi seperti Kehormatan, Kejayaan dan Inggris, pergi berperang untuk menjadikan dunia ini aman bagi demokrasi. Mereka dibunuh dalam pertempuran bodoh yang dirancang oleh jenderal yang bodoh pula. Mereka yang selamat terkejut, mengalami disilusi dan terpahitkan oleh pengalaman perang mereka, dan melihat bahwa musuh asli mereka bukanlah Jerman, tetapi orang-orang tua di kampung halaman yang telah membohongi mereka. Mereka menolak nilai-nilai masyarakat yang mengirimkan mereka ke perang, dan dalam melakukannya mereka memisahkan generasinya sendiri dari masa lalu dan warisan budayanya.[241] Sebuah tugu peringatan perang desa untuk para tentara yang gugur pada Perang Dunia I. Ini telah menjadi persepsi paling umum mengenai Perang Dunia Pertama, dimunculkan oleh seni, sinema, puisi, dan cerita-cerita yang diterbitkan sesudahnya. Film seperti All Quiet on the Western Front, Paths of Glory, dan King & Country telah menciptakan pemikiran ini, sementara film masa perang seperti Camrades, Flanders Poppies, dan Shoulder Arms menunjukkan bahwa pandangan perang paling kontemporer secara keseluruhan jauh lebih positif.[242] Sama pula, karya seni Paul Nash, John Nash, Christopher Nevison, dan Henry Tonks di Britania melukiskan pandangan negatif mengenai konflik bersamaan dengan persepsi yang tumbuh, sementara seniman masa perang yang terkenal seperti Muirhead Bone melukiskan interpretasi yang lebih damai dan menenangkan yang kemudian ditolak karena tidak akurat.[241] Sejumlah sejarawan seperti John Terriane, Niall Ferguson, dan Gary Sheffield telah menantang segala interpretasi ini sebagai pandangan parsial dan polemik: Siegfried Sassoon (Mei 1915) Keyakinan-keyakinan ini tidak dibagi sepenuhnya karena mereka hanya memberikan interpretasi akurat mengenai peristiwa pada zaman perang. Dengan segala hormat, perang justru lebih rumit daripada perkataan mereka. Dalam beberapa tahun terakhir, sejarawan telah berpendapat persuasif terhadap hampir setiap klise populer mengenai Perang Dunia Pertama. Sudah ditunjukkan bahwa, meski kerugiannya luar biasa, dampak terbesar mereka terbatas secara sosial dan geografis. Keragaman emosi selain horor yang dialami para tentara di dalam dan luar garis depan, termasuk persaudaraan, kebosanan, dan bahkan kenikmatan, telah diakui. Perang sekarang tidak dipandang sebagai “pertempuran omong kosong’, namun sebagai perang pemikiran, sebuah perjuangan antara militerisme agresif dan kurang lebih demokrasi liberal. Sudah diketahui bahwa jenderal-jenderal Britania adalah para pria yang mampu menghadapi tantangan sulit, dan bahwa di bawah komando merekalah Angkatan Darat Britania memainkan peran penting dalam kekalahan Jerman tahun 1918: sebuah kemenangan besar yang terlupakan.[242] Meski para sejarawan menganggap segala persepsi perang sebagai “mitos”,[241][243] itu hal yang biasa.[rujukan?] Persepsi tersebut secara dinamis berubah sesuai pengaruh kontemporer, berefleksi pada persepsi perang tahun 1950-an sebagai ‘tidak bertujuan’ setelah Perang Dunia Kedua yang kontras dan konflik besar pada masa-masa konflik kelas tahun 1960-an.[242] Sebagian besar tambahan terhadap kebalikannya sering ditolak.[242] Trauma sosial Trauma sosial yang diakibatkan oleh jumlah korban tidak terduga terbentuk dalam berbagai cara, yang selalu menjadi subjek perdebatan sejarah selanjutnya.[244] Sejumlah orang[siapa?] terbakar oleh nasionalisme dan segala akibatnya, dan mulai mengupayakan terciptanya dunia internasionalis, mendukung organisasi-organisasi seperti Liga Bangsa-Bangsa. Pasifisme semakin populer. Pihak lain memberi reaksi bertentangan, merasa bahwa hanya kekuatan dan militer yang mampu menangani dunia yang kacau dan tidak manusiawi ini. Pandangan antimodernis merupakan hasil dari berbagai perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Buku yang didistribusikan oleh Departemen Perang A.S. kepada veteran tahun 1919 Pengalaman perang mengakibatkan trauma kolektif yang dirasakan oleh sebagian besar negara terlibat. Optimisme la belle époque hancur, dan mereka yang berperang disebut sebagai Generasi Hilang.[245] Selama bertahun-tahun pascaperang, orang-orang meratapi korban tewas, hilang, dan cacat.[246] Banyak tentara pulang dengan trauma luar biasa, mengalami guncangan pertempuran (juga disebut neurastenia, sebuah keadaan yang terkait dengan gangguan tekanan pascatrauma).[247] Tentara lain pulang dengan sedikit dampak pascaperang; akan tetapi, diamnya mereka mengenai perang berkontribusi pada status mitologi yang terus berkembang mengenai konflik ini.[244] Di Britania Raya, mobilisasi massal, jumlah korban tinggi, dan runtuhnya zaman Edward membuat masyarakat sangat puas. Meski banyak pihak terlibat tidak berbagi pengalaman dalam pertempuran atau menghabiskan banyak waktu di garis depan, atau memiliki ingatan positif mengenai jasa mereka, gambaran penderitaan dan trauma menjadi persepsi yang terus-menerus dikembangkan.[244] Sejarawan seperti Dan Todman, Paul Fussell, dan Samuel Heyns menerbitkan banyak karya tulis sejak 1990-an yang berpendapat bahwa persepsi perang yang umum faktanya salah.[244] Ketidakpuasan di Jerman Munculnya Nazisme dan fasisme meliputi kebangkitan spirit nasionalis dan penolakan berbagai perubahan pascaperang. Sama pula, popularitas legenda pengkhianatan (Jerman: Dolchstoßlegende) adalah wasiat terhadap keadaan psikologis Jerman yang kalah dan penolakan tanggung jawab atas konflik ini. Teori konspirasi pengkhianatan ini menjadi umum dan penduduk Jerman melihat diri mereka sebagai korban. Penerimaan rakyat Jerman terhadap Dolchstoßlegende’ memainkan peran penting dalam kemunculan Nazisme. Rasa disilusi dan sinisisme dibesar-besarkan disertai pertumbuhan nihilisme. Banyak pihak percaya perang ini mengawali akhir dunia karena korban yang tinggi dari kalangan pria, pembubaran pemerintahan dan kekaisaran, dan jatuhnya kapitalisme dan imperialisme. Gerakan komunis dan sosialis di seluruh dunia mengumpulkan kekuatan dari teroi ini dan menikmati popularitas baru. Perasaan-perasaan ini lebih lantang diteriakkan di daerah-daerah yang langsung terkena dampak perang. Dari ketidakpuasan Jerman terhadap Perjanjian Versailles yang masih kontroversial, Adolf Hitler berhasil memperoleh popularitas dan kekuasaan.[248] [249] Perang Dunia II juga merupakan kelanjutan perebutan kekuasan yang tidak pernah selesai sepenuhnya oleh Perang Dunia Pertama; faktanya, sudah biasa bagi Jerman pada tahun 1930an dan 1940-an untuk menjustifikasi tindakan agresi internasional karena persepsi ketidakadilan yang diberlakukan oleh para pemenang Perang Dunia Pertama.[250][251][252] Sejarawan Amerika Serikat William Rubinstein menulis bahwa: “‘Zaman Totalitarianisme’ mencakup hampir semua contoh genosida terkenal dalam sejarah modern, dipimpin oleh Holocaust Yahudi, tetapi juga terdiri dari pembunuhan dan pemusnahan massal di dunia Komunis, pembunuhan massal lain oleh Jerman Nazi dan sekutunya, serta genosida Armenia tahun 1915. Semua pembantaian ini memiliki asal usul yang sama, kejatuhan struktur elit dan mode pemerintahan normal di sebagian besar Eropa tengah, timur, dan selatan akibat Perang Dunia Pertama, yang tanpanya tentu saja Komunisme atau Fasisme tidak akan muncul kecuali dalam pikiran para penghasut dan orang sinting”.[253] Pendirian negara modern Israel dan akar dari Konflik Israel-Palestina yang terus berlanjut dapat ditemukan pada dinamika kekuatan yang tidak stabil di Timur Tengah akibat Perang Dunia I. [254] Sebelum perang berakhir, Kesultanan Utsmaniyah berhasil mempertahankan pertahanan dan stabilitas di seluruh Timur Tengah.[255] Dengan jatuhnya pemerintahan Utsmaniyah, kekosongan kekuasaan terjadi dan klaim wilayah dan kebangsaan saling bermunculan.[256] Perbatasan politik yang ditetapkan oleh para pemenang Perang Dunia Pertama segera diberlakukan, kadang baru setelah konsultasi dengan penduduk setempat. Dalam beberapa kasus, hal ini menjadi masalah dalam perjuangan identitas nasional abad ke-21.[257][258] Sementara bubarnya Kesultanan Utsmaniyah pada akhir Perang Dunia I menentukan dalam kontribusi terhadap situasi politik modern di Timur Tengah, termasuk konflik Arab-Israel,[259] [260][261] berakhirnya kekuasaan Utsmaniyah juga menciptakan sengketa yang belum diketahui terhadap perairan dan sumber daya alam lain.[262] Informasi lebih lanjut: Perjanjian Sykes–Picot Pengumuman gencatan senjata tanggal 11 November 1918. Philadelphia. Pandangan di Amerika Serikat Intervensi A.S. dalam perang ini, termasuk pemerintahan Wilson sendiri, semakin sangat tidak populer. Ini tampak dari penolakan Senat A.S. terhadap Perjanjian Versailles dan keanggotaan di Liga Bangsa-Bangsa. Pada masa antarperang, sebuah konsensus disepakati bahwa intervensi A.S. adalah suatu kesalahan, dan Kongres mengesahkan beberapa hukum dalam upaya melindungi netralitas A.S. pada konflik-konflik selanjutnya. Pemungutan suara tahun 1937 dan bulan-bulan pertama Perang Dunia II menunjukkan bahwa hampir 60% responden menyatakan intervensi pada PDI adalah kesalahan, dan hanya 28% yang menentang pandangan tersebut. Tetapi pada periode antara kejatuhan Perancis dan serangan Pearl Harbor, opini publik berubah total dan untuk pertama kalinya mayoritas responden menolak pandangan bahwa Perang Dunia I adalah suatu kesalahan.[263] Identitas nasional baru Polandia lahir kembali sebagai sebuah negara merdeka setelah lebih dari satu abad. Sebagai “bangsa Entente kecil” dan negara dengan korban terbanyak per kapita,[264][265][266] Kerajaan Serbia dan dinastinya menjadi tulang belakang negara multinasional baru, Kerajaan Serbia, Kroasia, dan Slovenia (kelak bernama Yugoslavia). Cekoslovakia, menggabungkan Kerajaan Bohemia dengan sebagian Kerajaan Hongaria, dan menjadi satu bangsa baru. Rusia menjadi Uni Soviet dan kehilangan Finlandia, Estonia, Lituania, dan Latvia, yang menjadi negara-negara merdeka. Kesultanan Utsmaniyah langsung digantikan oleh Turki dan beberapa negara lain di Timur Tengah. Peta perubahan wilayah Eropa setelah Perang Dunia I Di Imperium Britania, perang ini melepaskan bentuk baru nasionalisme. Di Australia dan Selandia Baru, Pertempuran Gallipoli semakin terkenal sebagai “Baptisme Perjuangan” negaranegara tersebut. Inilah perang besar pertama yang melibatkan negara-negara yang baru berdiri, serta untuk pertama kalinya tentara Australia berperang sebagai penduduk Australia, bukan subjek dari Kerajaan Britania Raya. Hari Anzac memperingati Korps Angkatan Darat Australia dan Selandia Baru dan merayakan momen-momen menentukan tersebut.[267][268] Setelah Pertempuran Vimy Ridge, tempat divisi Kanada berperang bersama untuk pertama kalinya sebagai satu korps tunggal, warga Kanada mulai menyebut diri mereka sebagia bangsa yang “ditempa dari api”.[269] Berhasil di medan tempur yang sama tempat “negara induk” gagal sebelumnya, Kanada untuk pertama kalinya dihormati secara internasional atas keberhasilan mereka sendiri. Kanada memasuki perang dengan status Dominion Imperium Britania dan tetap seperti itu, meski kelak bangkit dengan rasa kemerdekaan yang lebih besar.[270][271] Ketika Britania menyatakan perang pada tahun 1914, jajahan-jajahannya otomatis juga ikut perang; pada akhirnya, Kanada, Australia, Selandia Baru, dan Afrika Selatan menjadi penandatangan Perjanjian Versailles yang terpisah dari Britania.[272] Dampak ekonomi Jerman, 1923: uang kertas kehilangan nilai begitu besar sampai-sampai dijadikan pelapis dinding. Jutaan warga kelas menengah Jerman menderita akibat hiperinflasi. Ketika perang dimulai tahun 1914, satu dolar bernilai 4,2 mark; pada November 1923, satu dolar bernilai 4,2 triliun[273] mark.[274] Salah satu dampak paling dramatis setelah perang adalah perluasan kekuasaan pemerintah dan tanggung jawab di Britania, Perancis, Amerika Serikat, dan Jajahan Imperium Britania. Untuk memanfaatkan semua kekuatan masyarakat mereka, pemerintah membentuk kementerian dan kekuasaan baru. Pajak baru ditetapkan dan hukum disahkan, semuanya dirancang untuk menunjang usaha perang; banyak yang masih ada sampai sekarang. Perang ini juga membatasi kemampuan sejumlah bekas pemerintahan yang besar dan terbirokratisasi, seperti AustriaHongaria dan Jerman; akan tetapi, analisis apapun mengenai dampak jangka panjang tidak berlaku akibat kekalahan negara-negara tersebut. Produk domestik bruto (PDB) naik di tiga negara Sekutu (Britania, Italia, dan A.S.), tetapi turun di Perancis dan Rusia, Belanda netral, dan tiga negara Sentral utama. Penurunan PDB di Austria, Rusia, Perancis, dan Kesultanan Utsmaniyah mencapai 30 sampai 40%. Di Austria, misalnya, banyak babi dipotong, sehingga tidak ada lagi daging pada akhir perang. Di semua negara, pangsa pemerintah di PDB meningkat, melampaui 50% di Jerman dan Perancis dan nyaris mencapai level tersebut di Britania. Untuk membayar pembelian di Amerika Serikat, Britania melakukan investasi besar-besaran di industri rel kereta api Amerika Serikat dan mulai meminjam uang dalam jumlah besar dari Wall Street. Presiden Wilson berada di ambang pemotongan pinjaman pada akhir 1916, tetapi mengizinkan peningkatan besar pinjaman pemerintah A.S. kepada negara Sekutu. Setelah 1919, A.S. meminta pembayaran pinjaman tersebut. Pembayaran ini sebagian didanai oleh dana perbaikan Jerman, yang sebaliknya, dibantu oleh pinjaman Amerika Serikat ke Jerman. Sistem melingkar ini kolaps tahun 1931 dan pinjaman-pinjaman tersebut tidak pernah terbayarkan. Tahun 1934, Britania berutang senilai US$4,4 miliar[275] dalam bentuk utang Perang Dunia I.[276] “The Girl Behind the Gun” – Pekerja wanita, 1915 Dampak makro dan mikroekonomi terjadi setelah perang. Banyak keluarga berubah setelah kaum pria pergi berperang. Setelah kematian atau ketiadaan pencari nafkah utama, wanita terpaksa bekerja dalam jumlah besar. Pada saat yang sama, industri ingin mengganti buruh-buruh yang hilang karena ikut berperang. Hal ini membantu perjuangan untuk menuntut pemberian hak suara untuk wanita.[277] Perang Dunia I terus meningkatkan ketidakseimbangan jenis kelamin, sehingga memunculkan fenomena wanita berlebih. Kematian hampir satu juta pria selama perang memperlebar celah gender sebanyak satu juta orang; dari 670.000 sampai 1.700.000 orang. Jumlah wanita belum menikah yang mencari kemapanan ekonomi tumbuh pesar. Selain itu, demobilisasi dan kemerosotan ekonomi setelah perang mengakibatkan tingginya pengangguran. Perang meningkatkan jumlah pekerja wanita, akan tetapi kembalinya pria yang terdemobilisasi menggantikan banyak wanita dari pekerjaannya, disertai penutupan berbagai pabrik masa perang. Karena itu wanita yang bekerja selama perang akhirnya terpaksa berjuang mencari pekerjaan dan wanita yang mendekati usia kerja tidak mendapat kesempatan. Di Britania, penjatahan akhirnya diberlakukan pada awal 1918 untuk daging, gula, dan lemak (mentega dan oleo), namun bukan roti. Sistem baru ini berjalan lancar. Sejak 1914 sampai 1918, keanggotaan serikat dagang berlipat dari empat juta orang menjadi delapan juta orang. Mogok kerja semakin sering terjadi pada tahun 1917–1918 karena serikat-serikat tersebut tidak puas terhadap harga, pengendalian alkohol, sengketa gaji, kelelahan akibat kerja berlebihan dan bekerja pada hari Minggu, dan rumah yang tidak layak. Britania mencari bantuan ke koloni-koloninya dalam memperoleh material perang penting yang persediannya semakin langka di sumber-sumber tradisional. Para geolog seperti Albert Ernest Kitson ditugaskan mencari sumber mineral berharga baru di koloni Afrika. Kitson menemukan deposit mangan baru di Gold Coast yang dipakai untuk pembuatan munisi.[278] Artikel 231 Perjanjian Versailles (klausa “rasa bersalah perang”) menyatakan Jerman dan sekutunya bertanggung jawab atas semua “kehilangan dan kerusakan” yang diderita Sekutu sepanjang perang dan memberi dasar untuk perbaikan pascaperang. Total perbaikan yang dituntut senilai 132 miliar mark emas, lebih dari total emas atau valuta asing Jerman. Masalah ekonomi yang mencuat dari pembayaran tersebut, dan kekesalan Jerman atas posisi mereka, biasanya dianggap sebagai salah satu faktor penting yang mendorong berakhirnya Republik Weimar dan awal dari kediktatoran Adolf Hitler. Setelha kekalahan Jerman pada Perang Dunia II, pembayaran perbaikan tidak dilanjutkan. Jerman selesai membayar perbaikan pascaperang pada bulan Oktober 2010.[279] Lihat pula Book: Perang Dunia I Buku Wikipedia adalah koleksi artikel yang bisa diunduh atau dipesan dalam bentuk cetak. Perang Saudara Eropa Daftar veteran Perang Dunia I yang selamat menurut negara Daftar tokoh yang terkait dengan Perang Dunia I Daftar veteran Perang Dunia I yang selamat Daftar perang dan bencana manusia menurut jumlah korban Daftar perang Daftar topik Perang Dunia I Singkatan medali Perang Dunia I Media Pengeboman Sekutu di lini Jerman Tank Sekutu bergerak maju di Langres, 1918 “We’re All Going Calling on the Kaiser” dipentaskan oleh Arthur Fields dan Peerless Quartet. Karya James Alexander Brennan. Edison Records, Mei 1918. “The Makin’s of the U.S.A.” (Von Tilzer; Peerless Quartet. Columbia Records, A2522 sisi B, dirilis Maret 1918) Catatan kaki ^ a b Tucker & Roberts 2005, hlm. 273 ^ “British Army statistics of the Great War”. 1914-1918.net. Diakses 13 December 2011. ^ Jumlah untuk Imperium Britania ^ Jumlah untuk Perancis Metropolitan dan koloninya ^ Willmott 2003, hlm. 10–11 ^ a b c d Willmott 2003, hlm. 15 ^ Keegan 1988, hlm. 8 ^ Bade & Brown 2003, hlm. 167–168 ^ Willmott 2003, hlm. 307 ^ a b c d Taylor 1998, hlm. 80–93 ^ Djokić 2003, hlm. 24 ^ Evans 2004, hlm. 12 ^ Martel 2003, hlm. xii ff ^ Keegan 1988, hlm. 7 ^ Keegan 1988, hlm. 11 ^ See “great, adj., adv., and n.” in Oxford English Dictionary (Second edition, 1989; online version March 2012) ^ Baldwin, Elbert Francis. The World War: How It Looks to the Nations Involved and What It Means to Us (New York: MacMillan Company, 1914). This book covers the war up to 20 November 1914. ^ Shapiro 2006, hlm. 329 citing a wire service report in The Indianapolis Star, 20 September 1914 ^ a b Keegan 1998, hlm. 52 ^ a b Willmott 2003, hlm. 21 ^ Prior 1999, hlm. 18 ^ Fromkin 2004, hlm. 94 ^ a b Keegan 1998, hlm. 48–49 ^ Willmott 2003, hlm. 2–23 ^ Willmott 2003, hlm. 26 ^ Willmott 2003, hlm. 27 ^ Strachan 2003, hlm. 68 ^ Willmott 2003, hlm. 29 ^ “Daily Mirror Headlines: The Declaration of War, Published 4 August 1914”. BBC. Diakses 9 February 2010. ^ Strachan 2003, hlm. 292–296, 343–354 ^ Farwell 1989, hlm. 353 ^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 172 ^ John R. Schindler, “Disaster on the Drina: The Austro-Hungarian Army in Serbia, 1914,” War In History (April 2002) 9#2 pp 159–195 [1] ^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 376–8 ^ Keegan 1968, hlm. 224–232 ^ Falls 1960, hlm. 79–80 ^ Raudzens 1990, hlm. 424 ^ Michael Duffy (22 August 2009). “Weapons of War: Poison Gas”. Firstworldwar.com. Diakses 5 July 2012. ^ Raudzens 1990, hlm. 421–423 ^ Goodspeed 1985, hlm. 199 (footnote) ^ Love 1996 ^ Perry 1988, hlm. 27 ^ Duffy ^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 1221 ^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 854 ^ Heer 2009, hlm. 223–4 ^ Goodspeed 1985, hlm. 226 ^ Ludendorff 1919, hlm. 480 ^ a b c Terraine 1963 ^ (2007), “Vimy Ridge, Canadian National Memorial”, Australians on the Western Front 1914–1918 (New South Wales Department of Veteran’s Affairs and Board of Studies)
^ Winegard
^ Taylor 2007, hlm. 39–47
^ Keene 2006, hlm. 5
^ Halpern 1995, hlm. 293
^ Zieger 2001, hlm. 50
^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 619–24
^ a b c d Sheffield, Garry, “The First Battle of the Atlantic”, World Wars In Depth (BBC), diakses 11 November 2009
^ Gilbert 2004, hlm. 306
^ von der Porten 1969
^ Jones 2001, hlm. 80
^ , “Nova Scotia House of Assembly Committee on Veterans’ Affairs”, Hansard, diakses 30 October 2007
^ Roger Chickering, Stig Förster, Bernd Greiner, German Historical Institute (Washington, D.C.) (2005). “A world at total war: global conflict and the politics of destruction, 1937–1945”. Cambridge University Press. p.73. ISBN 0-521-83432-5
^ Price
^ “The Balkan Wars and World War I”. Library of Congress Country Studies.
^ Neiberg 2005, hlm. 54–55
^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 1075–6
^ Neiberg 2005, hlm. 108–10
^ Tucker, Wood & Murphy 1999, hlm. 120
^ , Robert A. Doughty (2005), Pyrrhic victory: French strategy and operations in the Great War, Harvard University Press, hlm. 491, ISBN 978-0-674-01880-8, diakses 3 October 2010
^ a b “The Balkan Front of the World War (in Russian)”. militera.lib.ru. Diakses 27 September 2010.
^ The Treaty of Alliance Between Germany and Turkey 2 August 1914, Yale University
^ Fromkin 2001, hlm. 119
^ a b Hinterhoff 1984, hlm. 499–503
^ Sachar, hlm. 122–138
^ Gilbert 1994
^ Page
^ Giuseppe Praga, Franco Luxardo. History of Dalmatia. Giardini, 1993. Pp. 281.
^ a b Paul O’Brien. Mussolini in the First World War: the Journalist, the Soldier, the Fascist. Oxford, England, UK; New York, New York, USA: Berg, 2005. Pp. 17.
^ Hickey 2003, hlm. 60–65
^ Tucker 2005, hlm. 585–9
^ “The Battle of Marasti (July 1917)”. WorldWar2.ro. 22 July 1917. Diakses 8 May 2011.
^ Cyril Falls, The Great War, p. 285
^ Béla, Köpeczi, Erdély története, Akadémiai Kiadó
^ Béla, Köpeczi, History of Transylvania, Akadémiai Kiadó, ISBN 84-8371-020-X
^ Erlikman, Vadim (2004), Poteri narodonaseleniia v XX veke : spravochnik, Moscow, ISBN 5-93165-107-1
^ Brown 1994, hlm. 197–198
^ Brown 1994, hlm. 201–203
^ , Participants from the Indian subcontinent in the First World War, Memorial Gates Trust, diakses 12 December 2008
^ Tucker 2005, hlm. 715
^ Meyer 2006, hlm. 152–4, 161, 163, 175, 182
^ a b Smele
^ Schindler 2003
^ Wheeler-Bennett 1956
^ Mawdsley 2008, hlm. 54–55
^ Kernek 1970, hlm. 721–766
^ Stracham (1998), p. 61
^ Lyons 1999, hlm. 243
^ Marshall, 292.
^ Heyman 1997, hlm. 146–147
^ Brands 1997, hlm. 756
^ Tuchman 1966
^ a b Karp 1979
^ “Woodrow Wilson Urges Congress to Declare War on Germany” (Wikisource)
^ “Selective Service System: History and Records”. Sss.gov. Diakses 27 July 2010.
^ Wilgus, hlm. 52
^ , Teaching With Documents: Photographs of the 369th Infantry and African Americans during World War I, U.S. National Archives and Records Administration, diakses 29 October 2009
^ Millett & Murray 1988, hlm. 143
^ Kurlander 2006
^ Shanafelt 1985, hlm. 125–30
^ Westwell 2004
^ Posen 1984, hlm. 190&191
^ Gray 1991, hlm. 86
^ a b Moon 1996, hlm. 495–196
^ Rickard 2007
^ Hovannisian, Richard G. (1967), Armenia on the Road to Independence, 1918, Berkeley: University of California Press, ISBN 0-520-00574-0
^ See Hovannisian, Richard G. (1971), The Republic of Armenia: The First Year, 1918–1919, Berkeley: University of California Press, hlm. 1–39, ISBN 0-520-01805-2
^ a b , The Battle of Amiens: 8 August 1918, Australian War Memorial, diakses 12 December 2008
^ , Amiens Map, Australian War Memorial, diarsipkan dari aslinya tanggal 17 June 2007, diakses 24 October 2009 (archived 17 June 2007)
^ Rickard 2001
^ a b c d Pitt 2003
^ Maurice 1918
^ a b c d Gray & Argyle 1990
^ Nicholson 1962
^ Ludendorff 1919
^ Jenkins 2009, hlm. 215
^ McLellan, hlm. 49
^ Gibbs 1918b
^ Gibbs 1918a
^ Stevenson 2004, hlm. 380
^ Hull 2006, hlm. 307–10
^ Stevenson 2004, hlm. 383
^ Stevenson 2004
^ , Clairière de l’Armistice (dalam bahasa French), Ville de Compiègne, diakses 3 December 2008
^ a b “1918 Timeline”. League of Nations Photo Archive. Diakses 20 November 2009.
^ Lindsay, Robert, “The Last Hours”, 28th (Northwest) Battalion Headquarters, diakses 20 November 2009
^ Gunther, Henry (29, 2008), [[BBC News|BBC Magazine]], diakses 6 December 2012 Wikilink embedded in URL title (help)
^ Tomas (15 February 2010), 11 Facts about the End of the Great War, diakses 6 December 2012
^ Baker 2006
^ Chickering 2004, hlm. 185–188
^ Hartcup 1988, hlm. 154
^ Hartcup 1988, hlm. 82–86
^ Mosier 2001, hlm. 42–48
^ Harcup 1988
^ Raudzens, hlm. 421
^ a b Wilfred Owen: poems, (Faber and Faber, 2004)
^ Raudzens
^ Heller 1984
^ Postwar pulp novels on future “gas wars” included Reginald Glossop’s 1932 novel Ghastly Dew and Neil Bell’s 1931 novel The Gas War of 1940.
^ Eric Lawson, Jane Lawson (2002). “The First Air Campaign: August 1914– November 1918”. Da Capo Press. p.123. ISBN 0-306-81213-4
^ a b Cross 1991
^ Cross 1991, hlm. 56–57
^ Winter 1983
^ a b Johnson 2001
^ Price 1980
^ a b International Association of Genocide Scholars (13 June 2005). “Open Letter to the Prime Minister of Turkey Recep Tayyip Erdoğan”. Genocide Watch (via archive.org). Diarsipkan dari aslinya tanggal 6 October 2007.
^ Lewy 2005, hlm. 57
^ Ferguson 2006, hlm. 177
^ Balakian 2003, hlm. 195–196
^ Israel Charny, Gregory Stanton (7 March 2007), International Association of Genocide Scholars http://www.genocidescholars.org/sites/default/files/document%09%5Bcurrentpage%3A1%5D/documents/US%20Congress_%20Armenian%20Resolution.pdf (http://www.genocidescholars.org/sites/default/files/document%09%5Bcurrentpage%3A1%5D/documents/US%20Congress_%20Armenian%20Resolution.pdf)
Missing or empty |title= (help)
^ Fromkin 1989, hlm. 212–215
^ , Resolution on genocides committed by the Ottoman empire (PDF), International Association of Genocide Scholars[pranala nonaktif]
^ Gaunt, David. Massacres, Resistance, Protectors: Muslim-Christian Relations in Eastern Anatolia during World War I. Piscataway, New Jersey: Gorgias Press, 2006.
^ Schaller, Dominik J; Zimmerer, Jürgen (2008), “Late Ottoman genocides: the dissolution of the Ottoman Empire and Young Turkish population and extermination policies – introduction”, Journal of Genocide Research 10 (1): 7–14, doi:10.1080/14623520801950820.
^ (1918), “Twenty-Five”, Ambassador Morgenthau’s Story, BYU
^ , “Pogroms”, Encyclopaedia Judaica (Jewish Virtual Library), diakses 17 November 2009
^ John Horne and Alan Kramer, German Atrocities, 1914: A History of Denial (Yale U.P. 2001) ch 1–2, esp. p. 76
^ Horne and Kramer, German Atrocities, 1914: A History of Denial ch 3–4 show there were no “franc-tireurs” in Belgium.
^ Horne and Kramer, German Atrocities, 1914: A History of Denial ch 5–8
^ Keegan 1998, hlm. 82–83
^ , Forgotten Voices of the Great War, Imperial War Museum, diakses 30 March 2008
^ Phillimore & Bellot 1919, hlm. 4–64
^ Ferguson 1999, hlm. 368–9
^ Blair 2005
^ Cook 2006, hlm. 637&-665
^ Speed 1990
^ Ferguson 1999
^ Morton 1992
^ Bass 2002, hlm. 107
^ , The Mesopotamia campaign, British National Archives, diakses 10 March 2007
^ , “Prisoners of Turkey: Men of Kut Driven along like beasts”, Stolen Years: Australian Prisoners of War (Australian War Memorial), diakses 10 December 2008
^ “ICRC in WWI: overview of activities”. Icrc.org. Diakses 15 June 2010.
^ “GERMANY: Notes, Sep. 1, 1924”. Time. 1 September 1924. Diakses 15 June 2010.
^ Fortescue 28 October 1915, hlm. 1
^ , Granville Roland Fortescue, Arlington National Cemetery, diakses 17 November 2009
^ Sisemore 2003
^ a b Tucker & Roberts 2005, hlm. 1189
^ a b Tucker & Roberts 2005, hlm. 117
^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 335
^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 219
^ a b Tucker & Roberts 2005, hlm. 1001
^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 1069
^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 884
^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 209
^ a b Tucker & Roberts 2005, hlm. 596
^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 826
^ Dennis Mack Smith. 1997. Modern Italy; A Political History. Ann Arbor: The University of Michigan Press. Pp. 284.
^ Roger Aubert, Margit Resch (tr.), John Dolan (1981), “Chapter 37: The Outbreak of World War I”, History of the Church 9, London: Burns & Oates, hlm. 521, ISBN 0-86012-091-0 Unknown parameter |series-title= ignored (help); Unknown parameter |series-editor= ignored (help)
^ “Who’s Who — Pope Benedict XV”. firstworldwar.com. 22 August 2009.
^ “Merely For the Record”: The Memoirs of Donald Christopher Smith 1894–1980. By Donald Christopher Smith. Edited by John William Cox, Jr. Bermuda.
^ Pennell, Catriona (2012), A Kingdom United: Popular Responses to the Outbreak of the First World War in Britain and Ireland, Oxford: Oxford University Press, ISBN 978-0199590582
^ a b Tucker & Roberts 2005, hlm. 584
^ O’Halpin, Eunan, The decline of the union: British government in Ireland, 1892–1920, (Dublin, 1987)
^ Lehmann 1999, hlm. 62
^ Brock, Peter, These Strange Criminals: An Anthology of Prison Memoirs by Conscientious Objectors to Military Service from the Great War to the Cold War, p. 14, Toronto: University of Toronto Press, 2004, ISBN 0-8020-8707-8
^ Uzbeks. Based on the Country Studies Series by Federal Research Division of the Library of Congress.
^ a b Seton-Watson, Christopher. 1967. Italy from Liberalism to Fascism: 1870 to 1925. London: Methuen & Co. Ltd. Pp. 471
^ “The Conscription Crisis”. CBC.ca.
^ , “World War I”, Encyclopædia Britannica Online (Encyclopædia Britannica), diakses 5 December 2009.
^ “Charles (I) (emperor of Austria)”. “Encyclopædia Britannica.”
^ Cockfield 1997, hlm. 171–237
^ Havighurst 1985, hlm. 131
^ “France’s oldest WWI veteran dies”, BBC News, 20 January 2008.
^ Spencer Tucker (2005), Encyclopedia of World War I, ABC-CLIO, p. 273. ISBN 1-85109-420-2
^ Kitchen 2000, hlm. 22
^ , “Lebensmittelversorgung”, LeMO: Lebendiges virtuelles Museum Online (dalam bahasa German) (German Historical Museum), ISBN 3-515-04805-7, diakses 12 November 2009, “Die miserableVersorgung mit Lebensmitteln erreichte 1916/17 im “Kohlrübenwinter” einen dramatischen Höhepunkt. Während des Ersten Weltkriegs starben in Deutschland rund 750.000 Menschen an Unterernährung und an deren Folgen.”
^ Saadi
^ , “Food as a Weapon”, Hoover Digest (Hoover Institution)
^ Ball 1996, hlm. 16, 211
^ (January 1995), The Russians are coming (Russian influence in Harbin, Manchuria, China; economic relations), The Economist (US), diakses 17 November 2009[pranala nonaktif]
^ a b Souter 2000, hlm. 354
^ Tucker, Spencer (2005). Encyclopedia of World War I. Santa Barbara, CA: ABC-CLIO. hlm. 273. ISBN 1-85109-420-2. Diakses 7 May 2010.
^ Tschanz
^ Conlon
^ William Hay Taliaferro, Medicine and the War,(1972), p.65. ISBN 0-8369-2629-3
^ Knobler 2005
^ , Influenza Report, diakses 17 November 2009
^ “Balfour Declaration” (United Kingdom 1917), Encyclopædia Britannica.
^ “The Jewish Agency for Israel Timeline”
^ , “Pogroms”, Encyclopaedia Judaica, diakses 17 November 2009
^ , “Jewish Modern and Contemporary Periods (ca. 1700–1917)”, Jewish Virtual Library, diakses 17 November 2009
^ “The Diaspora Welcomes the Pope”, Der Spiegel Online. 28 November 2006.
^ R. J. Rummel, “The Holocaust in Comparative and Historical Perspective,” 1998, Idea Journal of Social Issues, Vol.3 no.2
^ Chris Hedges, “A Few Words in Greek Tell of a Homeland Lost”, The New York Times, 17 September 2000
^ Magliveras 1999, hlm. 8–12
^ Northedge 1986, hlm. 35–36
^ Keynes 1920
^ Clark 1927
^ , John McCrae, Historica
^ Evans David, “John McCrae”, Canadian Encyclopedia
^ Mark David Sheftall, Altered Memories of the Great War: Divergent Narratives of Britain, Australia, New Zealand, and Canada (2010)
^ a b c Hynes, Samuel Lynn (1991), A war imagined: the First World War and English culture, Atheneum, hlm. i–xii, ISBN 978-0-689-12128-9
^ a b c d Todman, Daniel (2005), The Great War: myth and memory, Hambledon and London, hlm. 153–221, ISBN 978-1-85285-459-1
^ Fussell, Paul (2000), The Great War and modern memory, Oxford University Press, hlm. 1–78, ISBN 978-0-19-513332-5, diakses 18 May 2010
^ a b c d Todman, D. The Great War, Myth and Memory, p. xi–xv.
^ Roden
^ Wohl 1979
^ Tucker & Roberts 2005, hlm. 108–1086
^ , The Ending of World War One, and the Legacy of Peace, BBC
^ , The Rise of Hitler, diakses 12 November 2009
^ , “World War II”, Britannica Online Encyclopedia (Encyclopædia Britannica Inc.), diarsipkan dari aslinya tanggal 4 July 2008, diakses 12 November 2009
^ Baker, Kevin (June 2006), “Stabbed in the Back! The past and future of a right-wing myth”, Harper’s Magazine
^ Chickering 2004
^ Rubinstein, W. D. (2004). Genocide: a history. Pearson Education. p.7. ISBN 0-582-50601-8
^ Economist 2005
^ Hooker 1996
^ Muller 2008
^ Kaplan 1993
^ Salibi 1993
^ Evans 2005
^ Israeli Foreign Ministry
^ Gelvin 2005
^ Isaac & Hosh 1992
^ “1941 Gallup poll”. Google. Diakses 15 June 2010.
^ “Appeals to Americans to Pray for Serbians”. The New York Times. 27 July 1918.
^ “Serbia Restored”. The New York Times. 5 November 1918.
^ Simpson, Matt (22 August 2009). “The Minor Powers During World War One – Serbia”. firstworldwar.com.
^ “‘ANZAC Day’ in London; King, Queen, and General Birdwood at Services in Abbey”. The New York Times. 26 April 1916.
^ , The ANZAC Day tradition, Australian War Memorial, diakses 2 May 2008
^ , Vimy Ridge, Canadian War Museum, diakses 22 October 2008
^ , The War’s Impact on Canada, Canadian War Museum, diakses 22 October 2008
^ (9 May 2008), Canada’s last WW1 vet gets his citizenship back, CBC News
^ Documenting Democracy. Retrieved 31 March 2012
^ 1012 dalam hal ini – lihat Skala panjang dan pendek
^ “Germany in the Era of Hyperinflation”. Spiegel Online. 14 August 2009.
^ 109 dalam hal ini – lihat Skala panjang dan pendek
^ “What’s a little debt between friends?”. BBC News. 10 May 2006.
^ Noakes, Lucy (2006), Women in the British Army: war and the gentle sex, 1907–1948, Abingdon, England: Routledge, hlm. 48, ISBN 0-415-39056-7
^ Green 1938, hlm. CXXVI
^ “Germany finishes paying WWI reparations, ending century of ‘guilt'”. Christian Science Monitor. 4 October 2010.
Referensi
For a comprehensive bibliography see List of books about World War I (1938), American Armies and Battlefields in Europe: A History, Guide, and Reference Book, U.S. Government Printing Office, OCLC 59803706
(1993), Army Art of World War I, United States Army Center of Military History: Smithsonian Institution, National Museum of American History, OCLC 28608539
Asghar, Syed Birjees (12 June 2005), A Famous Uprising, Dawn Group, diarsipkan dari aslinya tanggal 3 August 2007, diakses 2 November 2007
Ashworth, Tony (2000) [1980], Trench warfare, 1914–18 : the live and let live system, London: Pan, ISBN 0-330-48068-5, OCLC 247360122
Bade, Klaus J; Brown, Allison (tr.) (2003), Migration in European History, The making of Europe, Oxford: Blackwell, ISBN 0-631-18939-4, OCLC 52695573 (translated from the German)
Baker, Kevin (June 2006), “Stabbed in the Back! The past and future of a right-wing myth”, Harper’s Magazine
Balakian, Peter (2003), The Burning Tigris: The Armenian Genocide and America’s Response, New York: HarperCollins, ISBN 978-0-06-019840-4, OCLC 56822108
Ball, Alan M (1996), And Now My Soul Is Hardened: Abandoned Children in Soviet Russia, 1918–1930, Berkeley: University of California Press, ISBN 978-0-520-20694-6, reviewed in Hegarty, Thomas J (March–June 1998), “And Now My Soul Is Hardened: Abandoned Children in Soviet Russia, 1918–1930”, Canadian Slavonic Papers[pranala nonaktif]
Bass, Gary Jonathan (2002), Stay the Hand of Vengeance: The Politics of War Crimes Tribunals, Princeton, New Jersey: Princeton University Press, hlm. 424pp, ISBN 0-691-09278-8, OCLC 248021790
Blair, Dale (2005), No Quarter: Unlawful Killing and Surrender in the Australian War Experience, 1915–1918, Charnwood, Australia: Ginninderra Press, ISBN 1-74027-291-9, OCLC 62514621
Brands, Henry William (1997), T. R.: The Last Romantic, New York: Basic Books, ISBN 0-465-06958-4, OCLC 36954615
Brown, Judith M. (1994), Modern India: The Origins of an Asian Democracy, Oxford and New York: Oxford University Press. Pp. xiii, 474, ISBN 0-19-873113-2.
Chickering, Rodger (2004), Imperial Germany and the Great War, 1914–1918, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 0-521-83908-4, OCLC 55523473
Clark, Charles Upson (1927), Bessarabia, Russia and Roumania on the Black Sea, New York: Dodd, Mead, OCLC 150789848
Cockfield, Jamie H (1997), With snow on their boots : The tragic odyssey of the Russian Expeditionary Force in France during World War 1, Palgrave Macmillan, ISBN 0-312-22082-0
Conlon, Joseph M, The historical impact of epidemic typhus (PDF), Montana State University, diakses 21 April 2009
Cook, Tim (2006), “The politics of surrender: Canadian soldiers and the killing of prisoners in the First World War”, The Journal of Military History 70 (3): 637–665, doi:10.1353/jmh.2006.0158
Cross, Wilbur L (1991), Zeppelins of World War I, New York: Paragon Press, ISBN 978-1-55778-382-0, OCLC 22860189
Djokić, Dejan (2003), Yugoslavism : histories of a failed idea, 1918–1992, London: Hurst, OCLC 51093251
Dignan, Don K (February 1971), “The Hindu Conspiracy in Anglo-American Relations during World War I”, The Pacific Historical Review (University of California Press) 40 (1): 57– 76,ISSN 0030-8684, JSTOR 3637829
Doughty, Robert A. (2005), Pyrrhic victory: French strategy and operations in the Great War, Harvard University Press, ISBN 978-0-674-01880-8
Duffy, Michael, Somme, First World War.com, ISBN 0-297-84689-2, diakses 25 February 2007
Evans, David (2004), The First World War, Teach yourself, London: Hodder Arnold, ISBN 0-340-88489-4, OCLC 224332259
Evans, Leslie (27 May 2005), Future of Iraq, Israel-Palestine Conflict, and Central Asia Weighed at International Conference, UCLA International Institute, diakses 30 December 2008
Falls, Cyril Bentham (1960), The First World War, London: Longmans, ISBN 1-84342-272-7, OCLC 460327352
Farwell, Byron (1989), The Great War in Africa, 1914–1918, W.W. Norton, ISBN 978-0-393-30564-7
Ferguson, Niall (1999), The Pity of War, New York: Basic Books, hlm. 563pp, ISBN 0-465-05711-X, OCLC 41124439
Ferguson, Niall (2006), The War of the World: Twentieth-Century Conflict and the Descent of the West, New York: Penguin Press, ISBN 1-59420-100-5
Findley, Carter Vaughn; Rothney, J.A. (2006), Twentieth Century World (ed. 6th), Boston: Houghton Mifflin
Fortescue, Granville Roland (28 October 1915), “London in Gloom over Gallipoli; Captain Fortescue in Book and Ashmead-Bartlett in Lecture Declare Campaign Lost. Say Allies Can’t Advance; Attack on Allied Diplomacy in Correspondent’s Doleful Talk Passed by Censor”, New York Times
Fraser, Thomas G (April 1977), “Germany and Indian Revolution, 1914–18”, Journal of Contemporary History (Sage Publications) 12 (2): 255–272, doi:10.1177/002200947701200203, ISSN 0022-0094
Fromkin, David (2001), A Peace to End All Peace: The Fall of the Ottoman Empire and the Creation of the Modern Middle East, New York: Owl Books, hlm. 119, ISBN 0-8050-6884-8, OCLC 53814831
Fromkin, David (2004), Europe’s Last Summer: Who Started the Great War in 1914?, New York: Alfred A. Knopf, ISBN 0-375-41156-9, OCLC 53937943
Gelvin, James L (2005), The Israel-Palestine Conflict: One Hundred Years of War, Cambridge: Cambridge University Press, ISBN 0-521-85289-7, OCLC 59879560
Gibbs, Phillip (26 October 1918 published 30 October 1918), “Fall of Ghent Near, German Flank in Peril”, New York Times
Gibbs, Phillip (15 November 1918), “Ghent Burghers Hail Liberators” (PDF), New York Times
Gray, Randal; Argyle, Christopher (1990), Chronicle of the First World War, New York: Facts on File, ISBN 978-0-8160-2595-4, OCLC 19398100
Gilbert, Martin (2004), The First World War: A Complete History, Clearwater, Florida: Owl Books, hlm. 306, ISBN 0-8050-7617-4, OCLC 34792651
Goodspeed, Donald James (1985), The German Wars 1914–1945, New York: Random House; Bonanza, ISBN 978-0-517-46790-9
Gray, Randal (1991), Kaiserschlacht 1918: the final German offensive, Osprey, ISBN 978-1-85532-157-1
Green, John Frederick Norman (1938), “Obituary: Albert Ernest Kitson”, Geological Society Quarterly Journal (Geological Society) 94
Haber, Lutz Fritz (1986), The Poisonous Cloud: Chemical Warfare in the First World War, Oxford: Clarendon, ISBN 0-19-858142-4, OCLC 12051072
Halpern, Paul G (1995), A Naval History of World War I, New York: Routledge, ISBN 1-85728-498-4, OCLC 60281302
Harrach, Franz, “Archduke Franz Ferdinand’s Assassination, 28 June 1914: Memoir of Count Franz von Harrach”, Primary Documents (First World War.com)
Hartcup, Guy (1988), The War of Invention; Scientific Developments, 1914–18, Brassey’s Defence Publishers, ISBN 0-08-033591-8
Havighurst, Alfred F (1985), Britain in transition: the twentieth century (ed. 4), University of Chicago Press, ISBN 978-0-226-31971-1
Heer, Germany (2009), German and Austrian Tactical Studies, ISBN 978-1-110-76516-4
Heller, Charles E (1984), Chemical warfare in World War I : the American experience, 1917–1918, Fort Leavenworth, Kansas: Combat Studies Institute, OCLC 123244486
Herbert, Edwin (2003), Small Wars and Skirmishes 1902–1918: Early Twentieth-century Colonial Campaigns in Africa, Asia and the Americas, Nottingham: Foundry Books Publications, ISBN 1-901543-05-6
Heyman, Neil M (1997), World War I, Guides to historic events of the twentieth century, Westport, Connecticut: Greenwood Press, ISBN 0-313-29880-7, OCLC 36292837
Hickey, Michael (2003), The Mediterranean Front 1914–1923, The First World War 4, New York: Routledge, hlm. 60–65, ISBN 0-415-96844-5, OCLC 52375688
Hinterhoff, Eugene (1984), “The Campaign in Armenia”, in Young, Peter, Marshall Cavendish Illustrated Encyclopedia of World War I (New York: Marshall Cavendish) ii, ISBN 0-86307181-3
Hooker, Richard (1996), The Ottomans, Washington State University, diakses 30 December 2008[pranala nonaktif]
Hoover, Herbert; Wilson, Woodrow (1958), Ordeal of Woodrow Wilson, New York: McGraw-Hill, ISBN 0-943875-41-2, OCLC 254607345
Hughes, Thomas L (October 2002), “The German Mission to Afghanistan, 1915–1916”, German Studies Review (German Studies Association) 25 (3): 447–476, doi:10.2307/1432596, ISSN 0149-7952, JSTOR 1432596
Hull, Isabel Virginia (2006), Absolute destruction: military culture and the practices of war in Imperial Germany, Cornell University Press, ISBN 978-0-8014-7293-0
Isaac, Jad; Hosh, Leonardo (7–9 May 1992), Roots of the Water Conflict in the Middle East, University of Waterloo, diarsipkan dari aslinya tanggal 28 September 2006
Jenkins, Burris A (2009), Facing the Hindenburg Line, BiblioBazaar, ISBN 978-1-110-81238-7
Johnson, Douglas Wilson (1921), Battlefields of the World War, Western and Southern Fronts, New York: Oxford University Press, ISBN 1-4326-3739-8, OCLC 688071 Unknown parameter |series-editor= ignored (help); Unknown parameter |series-title= ignored (help)
Johnson, James Edgar (2001), Full Circle: The Story of Air Fighting, London: Cassell, ISBN 0-304-35860-6, OCLC 45991828
Jones, Howard (2001), Crucible of Power: A History of U.S. Foreign Relations Since 1897, Wilmington, Delaware: Scholarly Resources Books, ISBN 0-8420-2918-4, OCLC 46640675
Kaplan, Robert D (February 1993), “Syria: Identity Crisis”, The Atlantic, diakses 30 December 2008
Karp, Walter (1979), The Politics of War (ed. 1st), ISBN 0-06-012265-X, OCLC 4593327, Wilson’s maneuvering U.S. into war
Keegan, John (1998), The First World War, Hutchinson, ISBN 0-09-180178-8, general military history
Keene, Jennifer D (2006), World War I, Westport, Connecticut: Greenwood Press, hlm. 5, ISBN 0-313-33181-2, OCLC 70883191 Unknown parameter |seriestitle= ignored (help)
Kennedy, David M (2004), Over here: the First World War and American society, Oxford University Press, ISBN 978-0-19-517399-4
Kernek, Sterling (December 1970), “The British Government’s Reactions to President Wilson’s ‘Peace’ Note of December 1916”, The Historical Journal 13 (4): 721–766, doi:10.1017/S0018246X00009481, JSTOR 2637713
Keynes, John Maynard (1920), The Economic Consequences of the Peace, New York: Harcourt, Brace and Howe, ISBN 0-521-22095-5, OCLC 213487540
Kitchen, Martin (2000) [1980], Europe Between the Wars, New York: Longman, ISBN 0-582-41869-0, OCLC 247285240
Knobler, Stacey L, ed. (2005), The Threat of Pandemic Influenza: Are We Ready? Workshop Summary, Washington DC: National Academies Press, ISBN 0-309-09504-2, OCLC 57422232
Kurlander, Eric (2006), Steffen Bruendel. Volksgemeinschaft oder Volksstaat: Die “Ideen von 1914” und die Neuordnung Deutschlands im Ersten Weltkrieg (Book review), H-net, diakses17 November 2009
(1999), in Lehmann, Hartmut; van der Veer, Peter, Nation and religion: perspectives on Europe and Asia, Princeton, New Jersey: Princeton University Press, ISBN 0-691-01232-6, OCLC 39727826
Lewy, Guenter (2005), The Armenian Massacres in Ottoman Turkey: A Disputed Genocide, Salt Lake City, Utah: University of Utah Press, ISBN 0-87480-849-9, OCLC 61262401
Love, Dave (May 1996), “The Second Battle of Ypres, April 1915”, Sabretasche 26 (4)
Lyons, Michael J (1999), World War I: A Short History (ed. 2nd), Prentice Hall, ISBN 0-13-020551-6
Ludendorff, Erich (1919), My War Memories, 1914–1918, OCLC 60104290 also published by Harper as “Ludendorff’s Own Story, August 1914 – November 1918: The Great War from the Siege of Liege to the Signing of the Armistice as Viewed from the Grand Headquarters of the German Army” OCLC 561160 (original title Meine Kriegserinnerungen, 1914–1918)
Magliveras, Konstantinos D (1999), Exclusion from Participation in International Organisations: The Law and Practice behind Member States’ Expulsion and Suspension of Membership, Martinus Nijhoff Publishers, ISBN 90-411-1239-1
Maurice, Frederick Barton (18 August 1918), “Foe’s reserves now only 16 divisions; Allies’ Counteroffensive has reduced them from 60, Gen. Maurice says Ludendorff in dilemma; he must choose between giving up offensive projects and shortening his line”, New York Times
Martel, Gordon (2003), The Origins of the First World War, Pearson Longman, Harlow
Mawdsley, Evan (2008), The Russian Civil War (ed. Edinburgh), Birlinn location, ISBN 1-84341-041-9
McDermott, T. P., USA’s Boy Scouts and World War I Liberty Loan Bonds
McLellan, Edwin N, The United States Marine Corps in the World War
Meyer, Gerald J (2006), A World Undone: The Story of the Great War 1914 to 1918, Random House, ISBN 978-0-553-80354-9
Millett, Allan Reed; Murray, Williamson (1988), Military Effectiveness, Boston: Allen Unwin, ISBN 0-04-445053-2, OCLC 220072268
Moon, John Ellis van Courtland (July 1996), “United States Chemical Warfare Policy in World War II: A Captive of Coalition Policy?”, The Journal of Military History (Society for Military History) 60 (3): 495–511, doi:10.2307/2944522, JSTOR 2944522
Morton, Desmond; Granatstein, Jack L (1989), Marching to Armageddon: Canadians and the Great War 1914–1919, ISBN 0-88619-209-9, OCLC 21449019
Morton, Desmond (1992), Silent Battle: Canadian Prisoners of War in Germany, 1914–1919, Toronto: Lester Publishing, ISBN 1-895555-17-5, OCLC 29565680
Mosier, John (2001), “Germany and the Development of Combined Arms Tactics”, Myth of the Great War: How the Germans Won the Battles and How the Americans Saved the Allies, New York: Harper Collins, ISBN 0-06-019676-9
Muller, Jerry Z (March/April 2008), “Us and Them – The Enduring Power of Ethnic Nationalism”, Foreign Affairs (Council on Foreign Relations), diakses 30 December 2008
Neiberg, Michael S (2005), Fighting the Great War: A Global History, Cambridge, Mass: Harvard University Press, ISBN 0-674-01696-3, OCLC 56592292
Nicholson, Gerald WL (1962), Canadian Expeditionary Force, 1914–1919: Official History of the Canadian Army in the First World War (ed. 1st), Ottawa: Queens Printer and Controllerof Stationary, OCLC 2317262
Northedge, FS (1986), The League of Nations: Its Life and Times, 1920–1946, New York: Holmes & Meier, ISBN 0-7185-1316-9
Page, Thomas Nelson, Italy and the World War, Brigham Young University, Chapter XI cites “Cf. articles signed XXX in La Revue de Deux Mondes, 1 and 15 March 1920”
Perry, Frederick W (1988), The Commonwealth armies: manpower and organisation in two world wars, Manchester University Press, ISBN 978-0-7190-2595-2
Phillimore, George Grenville; Bellot, Hugh HL (1919), “Treatment of Prisoners of War”, Transactions of the Grotius Society 5: 47–64, OCLC 43267276
Pitt, Barrie (2003), 1918: The Last Act, Barnsley: Pen and Sword, ISBN 0-85052-974-3, OCLC 56468232
Price, Alfred (1980), Aircraft versus Submarine: the Evolution of the Anti-submarine Aircraft, 1912 to 1980, London: Jane’s Publishing, ISBN 0-7106-0008-9, OCLC 10324173 Deals withtechnical developments, including the first dipping hydrophones
Prior, Robin (1999), The First World War, London: Cassell, ISBN 0-304-35256-X
Raudzens, George (October 1990), “War-Winning Weapons: The Measurement of Technological Determinism in Military History”, The Journal of Military History (Society for Military History) 54 (4): 403–434, doi:10.2307/1986064, JSTOR 1986064
Repington, Charles à Court (1920), The First World War, 1914–1918 2, London: Constable, ISBN 1-113-19764-1
Rickard, J (5 March 2001), “Erich von Ludendorff, 1865–1937, German General”, Military History Encyclopedia on the Web (HistoryOfWar.org), diakses 6 February 2008
Rickard, J (27 August 2007), The Ludendorff Offensives, 21 March-18 July 1918
Roden, Mike, “The Lost Generation – myth and reality”, Aftermath – when the boys came home, diakses 6 November 2009
Ross, Stewart Halsey (1996), Propaganda for War: How the United States was Conditioned to Fight the Great War of 1914–1918, Jefferson, North Carolina: McFarland, ISBN 0-7864-01117, OCLC 185807544
Saadi, Abdul-Ilah, Dreaming of Greater Syria, Al Jazeera, diakses 17 November 2009
Sachar, Howard Morley (1970), The emergence of the Middle East, 1914–1924, Allen Lane, ISBN 0-7139-0158-6, OCLC 153103197
Safire, William (2008), Safire’s Political Dictionary, Oxford University Press, ISBN 978-0-19-534334-2
Salibi, Kamal Suleiman (1993), “How it all began – A concise history of Lebanon”, A House of Many Mansions – the history of Lebanon reconsidered, I.B. Tauris, ISBN 1-85043-091-8, OCLC 224705916
Schindler, J (2003), “Steamrollered in Galicia: The Austro-Hungarian Army and the Brusilov Offensive, 1916”, War in History 10 (1): 27–59, doi:10.1191/0968344503wh260oa
Shanafelt, Gary W (1985), The secret enemy: Austria-Hungary and the German alliance, 1914–1918, East European Monographs, ISBN 978-0-88033-080-0
Shapiro, Fred R; Epstein, Joseph (2006), The Yale Book of Quotations, Yale University Press, ISBN 0-300-10798-6
Sheffield, G (2001). Forgotten Victory: The First World War: Myths and Realities (ed. 2002). London: Headline Book Publishing. ISBN 0-74727-157-7.
Souter, Gavin (2000). Lion & Kangaroo: the initiation of Australia. Melbourne: Text Publishing. OCLC 222801639.
Singh, Jaspal, History of the Ghadar Movement, panjab.org.uk, diakses 31 October 2007
Sisemore, James D (2003), The Russo-Japanese War, Lessons Not Learned, U.S. Army Command and General Staff College
Smele, Jonathan, “War and Revolution in Russia 1914–1921”, World Wars in-depth (BBC), diarsipkan dari aslinya tanggal 9 November 2011, diakses 12 November 2009
Speed, Richard B, III (1990), Prisoners, Diplomats and the Great War: A Study in the Diplomacy of Captivity, New York: Greenwood Press, ISBN 0-313-26729-4, OCLC 20694547
Stevenson, David (1996), Armaments and the Coming of War: Europe, 1904–1914, New York: Oxford University Press, ISBN 0-19-820208-3, OCLC 33079190
Stevenson, David (2004), Cataclysm: The First World War As Political Tragedy, New York: Basic Books, hlm. 560pp, ISBN 0-465-08184-3, OCLC 54001282, major reinterpretation
Stevenson, David (2005), The First World War and International Politics, Oxford: Clarendon, ISBN 0-19-820281-4, OCLC 248297941
Gilbert, Martin (1994), First World War, Stoddart Publishing, ISBN 978-0-7737-2848-6
Strachan, Hew (2004), The First World War: Volume I: To Arms, New York: Viking, ISBN 0-670-03295-6, OCLC 53075929: the major scholarly synthesis. Thorough coverage of 1914
Strachan, Hew (1998), The Oxford Illustrated History of the First World War, New York: Oxford University Press, ISBN 0-19-820614-3
Stumpp, Karl; Weins, Herbert; Smith, Ingeborg W (trans) (1997), A People on the Move: Germans in Russia and in the Former Soviet Union: 1763–1997, North Dakota State University Libraries Unknown parameter |orig-title= ignored (help)
Swietochowski, Tadeusz (2004), Russian Azerbaijan, 1905–1920: The Shaping of a National Identity in a Muslim Community 42, Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-52245-8 Unknown parameter |series-title= ignored (help), reviewed at JSTOR 1866737
Taylor, Alan John Percivale (1963), The First World War: An Illustrated History, Hamish Hamilton, ISBN 0-39-950260-2, OCLC 2054370
Taylor, Alan John Percivale (1998), The First World War and its aftermath, 1914–1919, London: Folio Society, OCLC 49988231 Unknown parameter |series-title= ignored (help)
Taylor, John M (Summer 2007), “Audacious Cruise of the Emden”, The Quarterly Journal of Military History 19 (4): 38–47, doi:10.1353/jmh.2007.0331 (tidak aktif 2010-07-26), ISSN 0899-3718
Terraine, John (1963), Ordeal of Victory, Philadelphia: J. B. Lippincott, hlm. 508pp, ISBN 0-09-068120-7, OCLC 1345833
Tschanz, David W, Typhus fever on the Eastern front in World War I, Montana State University, diakses 12 November 2009
Tuchman, Barbara Wertheim (1962), The Guns of August, New York: Macmillan, ISBN 978-0-02-620310-4, OCLC 192333, tells of the opening diplomatic and military manoeuvres
Tuchman, Barbara Wertheim (1966), The Zimmerman Telegram (ed. 2nd), New York: Macmillan, ISBN 0-02-620320-0, OCLC 233392415
Tucker, Spencer C (1999), European Powers in the First World War: An Encyclopedia, ISBN 0-8153-3351-X, OCLC 40417794
Tucker, Spencer C; Roberts, Priscilla Mary (2005), Encyclopedia of World War I, Santa Barbara: ABC-Clio, ISBN 1-85109-420-2, OCLC 61247250
Tucker, Spencer C; Wood, Laura Matysek; Murphy, Justin D (1999), The European powers in the First World War: an encyclopedia, Taylor & Francis, ISBN 978-0-8153-3351-7
von der Porten, Edward P (1969), German Navy in World War II, New York: T. Y. Crowell, ISBN 0-213-17961-X, OCLC 164543865
Westwell, Ian (2004), World War I Day by Day, St. Paul, Minnesota: MBI Publishing, hlm. 192pp, ISBN 0-7603-1937-5, OCLC 57533366
Wilgus, William John (1931), Transporting the A. E. F. in Western Europe, 1917–1919, New York: Columbia University Press, OCLC 1161730
Willmott, H.P. (2003), World War I, New York: Dorling Kindersley, ISBN 0-7894-9627-5, OCLC 52541937
Winegard, Timothy, “Here at Vimy: A Retrospective – The 90th Anniversary of the Battle of Vimy Ridge”, Canadian Military Journal 8 (2)
Winter, Denis (1983), The First of the Few: Fighter Pilots of the First World War, Penguin, ISBN 978-0-14-005256-5
Wohl, Robert (1979), The Generation of 1914 (ed. 3), Harvard University Press, ISBN 978-0-674-34466-2
Zieger, Robert H (2001), America’s Great War: World War I and the American experience, Lanham, Maryland: Rowman & Littlefield, hlm. 50, ISBN 0-8476-9645-6
(28 July 2005), “Country Briefings: Israel”, The Economist, diakses 30 December 2008
Israeli Foreign Ministry, Ottoman Rule, Jewish Virtual Library, diakses 30 December 2008
Pranala luar Templat:Spoken Wikipedia-3 Wikisumber memiliki naskah sumber yang berkaitan dengan artikel ini: World War I Wikimedia Commons memiliki kategori mengenai Perang Dunia I Wikidata: World War I The Heritage of the Great War / First World War. Graphic color photos, pictures and music A multimedia history of World War I British Pathé Online film archive containing extensive coverage of World War I The Heritage of the Great War, Netherlands The World War I Document Archive Wiki, Brigham Young University Maps of Europe covering the history of World War I at omniatlas.com The Great War Association – World War One Reenacting Your Family History of World War I – Europeana 1914-1918(Crowd-sourcing project) EFG1914 – Film digitisation project on First World War Peta animasi An animated map “Europe plunges into war” An animated map of Europe at the end of the war Templat:Konflik Amerika Serikat Daftar pertempuran pada Perang Dunia I Blok Barat Liège • Mulhouse • Perbatasan • Lorraine • Ardennes • Charleroi • Mons • Maubeuge • Le Cateau • St Quentin • Marne (1914) • Aisne (1914) • Antwerpen • Albert (1914) • Arras (1914) • Yser • Ypres (1914) • Champagne (1914) • Neuve Chapelle • Ypres (1915) • Artois (1915) • Loos • Champagne (1915) • Verdun • Hulluch • Somme • Fromelles • Pozières • Ginchy • Nivelle • Arras (1917) • Vimy Ridge • Aisne (1917) • Messines • Ypres (1917) • Cambrai (1917) • Spring Jerman • Lys- Aisne (1918) • Cantigny • Belleau Wood • Marne (1918) • ChâteauThierry (1918) • 100 hari • Amiens (1918) • Somme II (1918) • Saint-Mihiel • Epéhy • Hindenburg Line – Meuse-Argonne • Pertempuran Cambrai (1918) • Sambre (1918) • Pertempuran St. Quentin Blok Italia Isonzo 1 • Isonzo 2 • Isonzo 3 • Isonzo 4 • Isonzo 5 • Serangan Trentino • Isonzo 6 • Isonzo 7 • Isonzo 8 • Isonzo 9 • Isonzo 10 • Isonzo 11 • Pertempuran Caporetto • Pertempuran Sungai Piave • Pertempuran Vittorio Veneto • Mont Ortigara Blok Timur Stalluponen • Gumbinnen • Tannenberg (1914) • Lemberg • Krasnik • Danau Masurian (I) • Przemyśl • Vistule • Łódź (1914) • Bolimów • Danau Masurian (II) • Gorlice-Tarnów • Great Retreat • Sventiany- Warsawa (1915) • Komarów • Rawa • Danau Naroch • Brusilov • Kerensky • Pertempuran Kosovo • Mărăşti • Mărăşeşti • Revolusi Rusia Afrika dan Mediterania Lai • Sandfontein • Tanga • Dardanela • Naulila • Jassin • Gibeon • Bukoba • Salaita • Beringia • Negomano • Kamerun • Namibia • Killimanjaro • Togo Pertempuran Laut Teluk Heligoland (1914) • Penang • Coronel • Falklands (1914) • Dogger Bank (1915) • Pulau Gotland • Juttlandia (1916) • Pas-de-Calais (1917) • Muhu • Teluk Heligoland II (1917) • Zeebruges (1918) • Ostende I • Ostende II • Selat Dover (1917) • Otranto (1915-1918) • Tsingtao (1914) • Rabaul • Kepulauan Cocos (1914) http://id.wikipedia.org (http://id.wikipedia.org) Article by contributors like you Provided under CC BY-SA 3.0 Terms of Use | Privacy Policy Posted from WordPress for Android Posted in Uncategorized
Leave a comment
BUMI APR 21 Posted by AdityaZu Sejarah Bumi Untuk sejarah manusia modern, lihat Sejarah dunia. Sejarah Bumi berkaitan dengan perkembangan planet Bumi sejak terbentuk sampai sekarang.[1][2] Hampir semua cabang ilmu alam telah berkontribusi pada pemahaman peristiwa-peristiwa utama di Bumi yang sudah lampau. Usia Bumi ditaksir sepertiganya usia alam semesta. Sejumlah perubahan biologis dan geologis besar telah terjadi sepanjang rentang waktu tersebut. Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar (4,54×109) tahun yang lalu melalui akresi dari nebula matahari. Pelepasan gas vulkanik diduga menciptakan atmosfer tua yang nyaris tidak beroksigen dan beracun bagi manusia dan sebagian besar makhluk hidup masa kini. Sebagian besar permukaan Bumi meleleh karena vulkanisme ekstrem dan sering bertabrakan dengan benda angkasa lain. Sebuah tabrakan besar diduga menyebabkan kemiringan sumbu Bumi dan menghasilkan Bulan. Seiring waktu, Bumi mendingin dan membentuk kerak padat dan memungkinkan cairan tercipta di permukaannya. Bentuk kehidupan pertama muncul antara 2,8 dan 2,5 miliar tahun yang lalu. Kehidupan fotosintesis muncul sekitar 2 miliar tahun yang lalu, nan memperkaya oksigen di atmosfer. Sebagian besar makhluk hidup masih berukuran kecil dan mikroskopis, sampai akhirnya makhluk hidup multiseluler kompleks mulai lahir sekitar 580 juta tahun yang lalu. Pada periode Kambrium, Bumi mengalami diversifikasi filum besar-besaran yang sangat cepat. Perubahan biologis dan geologis terus terjadi di planet ini sejak terbentuk. Organisme terus berevolusi, berubah menjadi bentuk baru atau punah seiring perubahan Bumi. Proses tektonik lempeng memainkan peran penting dalam pembentukan lautan dan benua di Bumi, termasuk kehidupan di dalamnya. Biosfer memiliki dampak besar terhadap atmosfer dan kondisi abiotik lainnya di planet ini, seperti pembentukan lapisan ozon, proliferasi oksigen, dan penciptaan tanah. Kala geologi, dipadatkan dalam diagram berbentuk lingkaran jam yang menampilkan panjang relatif kala sejarah Bumi. (keterangan: Mtl = Miliar tahun lalu, Jtl = Juta tahun lalu, s. = sekitar) Skala waktu geologi Artikel utama untuk bagian ini adalah: Skala waktu geologi Sejarah Bumi diurutkan secara kronologis dalam tabel skala waktu geologi, yang dibagi menjadi beberapa interval sesuai dengan analisis stratigrafi.[2][3] Skala waktu yang lengkap dapat dilihat di artikel utama. Keempat garis waktu di bawah ini menunjukkan skala waktu geologi. Garis waktu yang pertama menunjukkan keseluruhan waktu dari masa terbentuknya Bumi sampai waktu sekarang. Skala waktu ini memampatkan eon terbaru. Skala waktu kedua menunjukkan eon terbaru dengan skala yang diperluas. Namun skala waktu kedua ini juga masih memampatkan era terbaru, yang dapat dilihat di skala ketiga. Karena Kuarter merupakan periode yang sangat singkat dengan jangka waktu yang pendek, sehingga diperluas lagi di skala waktu keempat. Skala waktu kedua, ketiga, dan keempat merupakan subbagian dari skala waktu sebelumnya yang ditunjukkan oleh tanda bintang. Alasan lain untuk memperluas skala keempat adalah, Holosen (jangka waktu) terakhir terlalu kecil untuk dapat ditampilkan dengan jelas pada skala waktu ketiga di sebelah kanan. Juta tahun Pembentukan Tata Surya Artikel utama untuk bagian ini adalah: Pembentukan dan evolusi Tata Surya Lihat pula: Diferensiasi planet Ilustrasi konsepsi tentang sebuah cakram protoplanet. Model standar tentang pembentukan Tata Surya adalah hipotesis nebula surya.[4] Dalam model ini, Tata Surya terbentuk dari awan antarbintang—himpunan debu dan gas yang berputar— yang disebut nebula surya, terdiri dari hidrogen dan helium yang tercipta sesaat setelah peristiwa dentuman besar, 13,8 miliar tahun yang lalu serta elemen yang lebih berat yang terlontar dari supernova. Sekitar 4,5 miliar tahun, nebula tersebut mulai berkontraksi yang mungkin telah dipicu oleh gelombang kejut dari supernova yang berdekatan.[5] Gelombang kejut juga telah membuat nebula tersebut berputar. Seiring makin cepatnya perputaran awan, maka momentum sudut, gravitasi, dan kelembaman meratakan awan tersebut menjadi bentuk cakram protoplanet yang tegak lurus terhadap sumbu rotasi. Adanya kekacauan yang disebabkan tumbukan serta pengaruh dari momentum sudut dari puing-puing besar menciptakan sarana yang memungkinkan protoplanet berukuran beberapa kilometer mulai terbentuk, yang mengorbit pusat nebula.[6] Pusat nebula, yang tidak banyak memiliki momentum sudut akhirnya cepat runtuh; tekanan dari runtuhan tersebut memanaskannya hingga memungkinkan terjadinya proses fusi nuklir antara hidrogen dan helium. Ketika kontraksi menjadi lebih besar, terbentuklah bintang T Tauri dan berkembang menjadi Matahari. Sementara itu, bagian luar dari gravitasi nebula menyebabkan materi mendingin di sekitar daerah yang padat gangguan serta partikel debu, dan sisa dari cakram protoplanet mulai memisah menjadi cincin. Melalui proses yang dikenal dengan akresi cepat, kepingan-kepingan debu dan puing-puing terus menerus mengumpul sehingga terbentuklah planet.[6] Bumi terbentuk dengan cara ini sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu (dengan ketidakpastian 1%)[7][8][9][10] dan proses ini selesai dalam 10–20 juta tahun.[11] Angin matahari dari bintang T Tauri yang baru terbentuk membersihkan sebagian besar materi di dalam cakram yang tidak tergabung dalam objek yang besar. Proses yang sama terjadi pada hampir semua bintang yang baru terbentuk di alam semesta yang menghasilkan cakram akresi, beberapa di antaranya menghasilkan planet ekstrasolar.[12] Bumi baru terus bertumbuh sampai suhu interiornya cukup panas untuk melelehkan logam siderofil. Dengan massa jenis yang lebih tinggi dari silikat, akhirnya logam ini tenggelam. Peristiwa yang disebut katastrofe besi tersebut mengakibatkan pemisahan mantel primitif dengan inti metalik. Proses ini terjadi 10 juta tahun setelah Bumi mulai terbentuk, dan menghasilkan struktur Bumi yang berlapis-lapis dan mengakibatkan terbentuknya medan magnet.[13] J. A. Jacobs[14] merupakan orang pertama yang menunjukkan bahwa inti dalam—bagian dalam yang padat berbeda dari inti luar yang padat—membeku dan mengembang keluar inti luar yang cair dikarenakan bagian dalam bumi yang makin mendingin (sekitar 100° C per miliar tahun[15]). Ekstrapolasi dari pengamatan ini memperkirakan bahwa inti terbentuk pada masa 2–4 miliar tahun yang lalu. Jika ini benar maka berarti bahwa inti bumi bukanlah fitur primordial yang berasal selama pembentukan planet. Eon Hadean dan Arkean Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hadean dan Arkean Eon pertama dalam sejarah Bumi, Hadean, dimulai saat proses pembentukan Bumi dan diikuti oleh eon Arkean pada 3,8 miliar tahun yang lalu.[2]:145 Batu tertua yang ditemukan di Bumi berumur sekitar 4 miliar tahun, dan serpihan kristal zirkon di dalam batu tertua yang ditemukan berumur sekitar 4,4 miliar tahun,[16][17][18] tak lama setelah pembentukan kerak Bumi dan Bumi itu sendiri. Menurut hipotesis tubrukan besar, pembentukan Bulan terjadi tidak lama setelah terbentuknya kerak Bumi, saat Bumi muda tertabrak oleh protoplanet yang berukuran lebih kecil, sehingga melontarkan mantel dan kerak Bumi ke luar angkasa dan membentuk Bulan.[19][20][21] Dari jumlah kawah yang terdapat di benda langit lain, disimpulkan bahwa periode tumbukan meteorit yang intens, yang disebut dengan Pengeboman Berat Akhir dimulai sekitar 4,1–3,8 miliar tahun yang lalu pada akhir Hadean.[22] Selain itu, banyak terdapat letusan gunung berapi disebabkan oleh perpindahan panas serta gradien panas bumi.[23] Meski demikian, kristal zirkon detrital berumur 4,4 miliar tahun menunjukkan bukti bahwa kristal tersebut telah mengalami kontak dengan air yang berada dalam kondisi cair. Hal ini menunjukkan bahwa Bumi telah memiliki samudra atau laut pada saat itu.[16] Pada awal Arkean, suhu Bumi sudah cukup dingin. Bentuk kehidupan masa kini tidak dapat hidup di atmosfer Arkean yang miskin oksigen serta memiliki lapisan ozon yang tipis. Namun, diyakini bahwa kehidupan purba mulai berkembang pada awal Arkean, dengan ditemukannya fosil berumur sekitar 5,3 miliar tahun.[24] Beberapa ilmuwan bahkan berspekulasi bahwa kehidupan bisa dimulai sejak masa Hadean awal, sekitar 4,4 miliar tahun yang lalu.[25] Pembentukan Bulan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bulan, Asal mula Bulan, dan Hipotesis tubrukan besar Ilustrasi terbentuknya bulan yang disebabkan tumbukan antara protoplanet dengan Bumi. Bulan yang merupakan satu-satunya satelit alami Bumi, berukuran relatif lebih besar terhadap ukuran planet yang diorbitnya jika dibandingkan dengan satelit lain di Tata Surya.[nb 1] Selama program Apollo, bebatuan dari permukaan Bulan dibawa ke Bumi. Penanggalan radiometrik dari bebatuan ini telah menunjukkan bahwa Bulan berusia 4,53 ± .01 miliar tahun,[28] setidaknya 30 juta tahun setelah terbentuknya Tata Surya.[29] Bukti terbaru menunjukkan Bulan terbentuk pada masa yang lebih baru, sekitar 4,48 ± 0.02 miliar tahun yang lalu atau 70– 110 juta tahun setelah terbentuknya Tata Surya.[30] Teori pembentukan Bulan harus dapat menjelaskan beberapa fakta berikut. Pertama, Bulan memiliki densitas yang rendah (3,3 kali dibanding air, sementara bumi 5,5 kali dibanding air[31]) dan inti logam yang kecil. Kedua, Bulan hampir tidak mengandung air atau bahan yang mudah menguap lainnya. Ketiga, Bumi dan Bulan memiliki jejak isotopik oksigen (kelimpahan relatif dari isotop oksigen) yang sama. Dari teori-teori yang telah diajukan untuk menjelaskan fenomena ini, hanya satu yang diterima secara luas yakni hipotesis tubrukan besar yang mengatakan bahwa bulan terbentuk dari sebuah benda langit seukuran Mars menghantam bumi yang baru terbentuk.[1]:256[32][33] Tabrakan ini memiliki tenaga 100 juta kali lebih besar dari tabrakan yang menyebabkan kepunahan dinosaurus. Tenaga ini cukup untuk menguapkan sebagian lapisan luar bumi dan menyatukan kedua bagian yang bertabrakan.[32][1]:256 Sebagian dari bahan mantel terlempar ke orbit di sekitar Bumi. Hipotesis tubrukan besar menduga bahwa Bulan kehabisan materi logam;[34] hal ini menjelaskan komposisinya yang abnormal.[35] Materi yang terlempar ke dalam orbit Bumi dapat berkumpul menjadi satu bagian dalam beberapa minggu, di bawah pengaruh gravitasinya sendiri; materi tersebut semakin lama akan memiliki bentuk yang bulat.[36] Benua pertama Peta geologi Amerika Utara, kode warna berdasarkan usia. Warna merah dan pink menunjukkan batuan dari eon Arkean. Mantel konveksi, proses yang mendorong lempeng tektonik saat ini, adalah hasil dari aliran panas dari dalam bumi ke permukaan bumi.[37]:2 Termasuk juga penciptaan lempeng tektonik di pegunungan di tengah laut. Lempeng ini dihancurkan oleh subduksi ke dalam mantel di zona subduksi. Pada awal eon Arkean (sekitar 3,0 miliar tahun yang lalu) mantel itu jauh lebih panas daripada sekarang, mungkin sekitar 1600° C,[38]:82 sehingga proses konveksi dalam mantel terjadi lebih cepat. Kerak bumi mulai terbentuk ketika permukaan bumi mulai memadat, menghilangkan bekas-bekas pergeseran lempeng tektonik Hadean serta dampak dari tumbukan yang terjadi. Namun, diperkirakan kerak tersebut memiliki komposisi Basalt seperti Kerak samudera yang ada sekarang.[1]:258 Potongan kerak benua besar yang pertama, muncul pada akhir masa Hadean, sekitar 4 miliar tahun yang lalu. Bagian yang tersisa dari benua pertama yang kecil ini disebut kraton. Potongan-potongan yang terjadi pada akhir Hadean sampai awal Arkean membentuk inti lempengan yang sampai sekarang tumbuh menjadi benua.[39] Batuan tertua di Bumi ditemukan di Laurentia, Kanada, yang berupa tonalit yang berumur sekitar 4 miliar tahun. Bebatuan ini menunjukkan jejak metamorfosis oleh suhu tinggi, juga bijibijian sedimen yang telah terkikis oleh erosi selama terbawa oleh air, yang menunjukkan adanya sungai dan laut pada masa itu.[40] Lautan dan atmosfer Lihat pula: Asal usul air di Bumi Grafik menunjukkan perkiraan tekanan parsial oksigen atmosfer sepanjang waktu geologi.[41] Bumi biasanya diuraikan memiliki tiga atmosfer. Atmosfer pertama diperoleh dari nebula surya, terdiri dari unsur-unsur ringan (atmofil) dari nebula surya, sebagian besar merupakan hidrogen dan helium. Kombinasi dari angin matahari dan panas bumi akhirnya menghempaskan atmosfer ini, yang mengakibatkan habisnya atmosfer ini.[42] Setelah terjadinya tumbukan, Bumi yang berbentuk cair melepaskan gas volatil, dan gas-gas lainnya dikeluarkan oleh gunung berapi, membentuk atmosfer kedua yang kaya gas rumah kaca namun miskin oksigen.[1]:256 Akhirnya, atmosfer ketiga yang kaya oksigen muncul ketika bakteri mulai menghasilkan oksigen sekitar 2,8 miliar tahun yang lalu.[43]:83–84,116–117 Dalam model awal pembentukan atmosfer dan laut, atmosfer kedua terbentuk karena pengeluaran gas volatil dari interior Bumi. Anggapan ini sekarang berubah, sebab volatil diperkirakan banyak dikeluarkan selama akresi dalam sebuah proses yang dikenal sebagai pengawagasan tubrukan. Anggapan ini memperkirakan lautan dan atmosfer sudah mulai terbentuk pada tahap pembetukan bumi.[44] Atmosfer yang terbentuk kemungkinan berisi uap air, karbon dioksida, nitrogen, dan sejumlah kecil gas-gas lainnya.[45] Planetisimal dalam jarak 1 satuan astronomi (AU), jarak Bumi dari Matahari, kemungkinan tidak berpengaruh terhadap pengadaan air di Bumi, karena nebula surya terlalu panas untuk mendukung pembentukan es dan hidrasi bebatuan oleh uap air memerlukan waktu yang terlalu lama.[44][46] Air kemungkinan besar berasal dari meteorit yang ada di sabuk luar asteroid serta beberapa embrio planet besar yang jaraknya lebih dari 2,5 AU.[44][47] Komet mungkin juga berkontribusi terhadap pengadaan air di Bumi. Meskipun sebagian besar komet saat ini mengorbit Matahari pada jarak yang jauh, namun simulasi komputer menunjukkan bahwa pada awalnya komet-komet tersebut mengorbit Matahari pada jarak yang lebih dekat.[40]:130-132 Seiring Bumi mulai mendingin, awan-awan mulai terbentuk. Akhirnya hujan menciptakan lautan. Bukti terbaru menunjukkan lautan mungkin telah terbentuk 4,4 miliar tahun yang lalu.[16] Pada awal eon Arkean, lautan sudah menutupi Bumi. Formasi awal ini sulit dijelaskan karena ada masalah yang dikenal sebagai paradoks Matahari muda yang redup. Bintang diketahui akan bertambah terang dengan bertambahnya usia, dan pada saat pembentukannya, Matahari hanya memancarkan 70% dari daya saat ini. Banyak model memprediksi bahwa Bumi pernah tertutup oleh es.[48][44] Solusi yang memungkinkan adalah, bahwa ada banyak karbon dioksida dan metana yang menghasilkan efek rumah kaca. Karbon dioksida mungkin dihasilkan oleh gunung berapi, dan metana dihasilkan oleh mikroba. Gas rumah kaca lainnya, yaitu amonia mungkin juga dikeluarkan oleh gunung berapi, namun dihancurkan secara cepat oleh radiasi ultraviolet. [43]:83 Asal mula kehidupan Artikel utama untuk bagian ini adalah: Evolusi Salah satu manfaat terbentuknya atmosfer dan lautan adalah tersedianya kondisi yang dapat menunjang adanya kehidupan. Ada banyak model yang menggambarkan asal mula kehidupan, namun masih sedikit konsensus tentang bagaimana kehidupan muncul dari bahan kimia. Percobaan yang dibuat di laboratorium masih belum dapat mengungkap tentang hal ini.[49][50] Tahap awal munculnya kehidupan kemungkinan dipicu dengan adanya reaksi kimia yang menghasilkan senyawa organik sederhana, termasuk nukleobasa serta asam amino yang merupakan meteri penyusun kehidupan. Sebuah percobaan yang dilakukan oleh Stanley Miller dan Harold Urey pada tahun 1953 menunjukkan bahwa molekul tersebut bisa terbentuk dalam lingkungan air, metana, amonia dan hidrogen dengan bantuan percikan bunga api, untuk meniru efek petir.[51] Meskipun komposisi atmosfer mungkin berbeda dari komposisi yang digunakan oleh Miller dan Urey, percobaan lebih lanjut dilakukan dengan komposisi yang lebih mendekati kondisi sesungguhnya, juga berhasil mensintesis molekul organik.[52] Simulasi komputer terbaru menunjukkan bahwa molekul organik di luar bumi dapat terbentuk dalam piringan protoplanet sebelum pembentukan bumi.[53] Tahap berikutnya yang lebih kompleks bisa saja dicapai dari setidaknya tiga titik awal:[54] Replikasi diri, kemampuan organisme untuk menghasilkan keturunan yang sangat mirip dengan dirinya sendiri. Metabolisme, kemampuan untuk memberi makan dan memperbaiki diri sendiri. Membran sel eksternal, yang memungkinkan makanan masuk dan limbah hasil pencernaan terbuang. Replikasi pertama: Dunia RNA Artikel utama untuk bagian ini adalah: Hipotesis dunia RNA Replikator pada hampir semua bentuk kehidupan yang diketahui di Bumi adalah asam deoksiribonukleat. DNA jauh lebih kompleks daripada replikator asli dan sistem replikasi yang sangat rumit. Anggota paling sederhana dari tiga domain modern pun menggunakan DNA untuk merekam informasi genetika dan susunan RNA yang kompleks serta molekul protein untuk “membaca” petunjuk tersebut dan menggunakannya untuk pertumbuhan, pemeliharaan dan replikasi diri. Penemuan yang menjelaskan bahwa jenis molekul RNA yang disebut ribozim dapat mengkatalisis baik replikasi sendiri maupun pembuatan protein membuka hipotesis baru yang mengatakan bahwa bentuk kehidupan awal sepenuhnya didasarkan pada RNA.[55] Mereka bisa membentuk dunia dunia RNA di mana ada individu tetapi tidak ada spesies, seperti mutasi dan transfer gen horizontal yang diartikan bahwa keturunan dalam setiap generasi cenderung memiliki genom yang berbeda dari induknya.[56] RNA kemudian diganti oleh DNA, yang lebih stabil sehingga dapat mempertahankan genom untuk waktu yang lebih lama.[57] Ribozim tetap menjadi komponen utama ribosom, yang merupakan “pabrik protein” sel modern.[58] Meskipun, molekul RNA yang dapat mereplikasi diri telah dapat diproduksi di laboratorium,[59] namun tetap ada keraguan tentang apakah kemungkinan mensintesis RNA non-biologis.[60] [61][62] Ribozim awal kemungkinan terbentuk dari asam nukleat sederhana seperti PNA, TNA atau GNA, yang akan digantikan kemudian oleh.[63][64] Replikator pra-RNA lainnya telah dikemukakan, termasuk kristal[65]:150 dan bahkan sistem kuantum.[66] Pada tahun 2003 diusulkan bahwa presipitasi sulfida logam berpori akan membantu sintesis RNA pada suhu sekitar 100° C. Dalam hipotesis ini, membran lipid akan menjadi komponen sel besar terakhir yang muncul dan terbatas pada pori-pori sampai mereka melakukan protosel.[67] Metabolisme pertama: Dunia besi-belerang Hipotesis lain yang bertahan cukup lama mengatakan bahwa kehidupan awal terdiri dari molekul protein. Asam amino, blok yang membangun protein mudah disintesis dalam kondisi prebiotik, seperti peptida kecil (polimer asam amino) yang membuat katalis yang baik.[68]:295–297 Serangkaian percobaan dimulai pada tahun 1997 menunjukkan bahwa asam amino dan peptida bisa terbentuk dengan adanya karbon monoksida dan hidrogen sulfida, dengan besi sulfida dan nikel sulfida sebagai katalis. Sebagian besar langkah tersebut membutuhkan suhu 100° C dan tekanan yang sedang, meskipun ada satu tahap yang memerlukan suhu 250° C dan tekanan yang setara dengan tekanan bebatuan pada kedalaman 7 kilometer. Oleh karena tempat yang memungkinkan terjadinya sintesis protein mandiri berada di dekat lubang hidrotermal.[69] Kesulitan yang dihadapi dalam membuat skenario metabolisme pertama adalah menemukan cara bagi organisme tersebut untuk berkembang. Tanpa kemampuan untuk mereplikasi sebagai individu, agregat molekul akan memiliki “genom komposisi” (jumlah spesies molekular dalam agregat) sebagai sasaran seleksi alam. Namun, model percobaan terbaru menunjukkan bahwa sistem tersebut tidak dapat berkembang sebagai respon terhadap seleksi alam.[70] Membran pertama: Dunia lipid = bungkul penarik air molekul lipid = serabut penolak air Penampang liposom. Gelembung lipid berdinding ganda seperti yang membentuk membran sel luar dianggap sebagai langkah awal yang penting.[71] Percobaan yang mensimulasikan kondisi awal Bumi diketahui telah mampu membentuk lipid, dan secara spontan membentuk liposom—gelembung berdinding ganda—yang mampu memperbanyak diri. Meskipun tidak secara intrinsik membawa informasi seperti asam nukleat, namun liposom ini akan mengalami seleksi alam yang menentukan umur dan kemampuan reproduksi. Asam nukleat seperti RNA lebih mudah terbentuk di dalam liposom dari pada di luar liposom.[72] Teori Tanah Liat Beberapa tanah liat, terutama montmorilonit, memiliki sifat yang menjadikannya akselerator yang memungkinkan munculnya dunia RNA: mereka tumbuh dengan mereplikasi diri pola garis kristal mereka, menjadi bagian dari seleksi alam, dan dapat mengkatalisis pembentukan molekul RNA.[73] Meskipun ide ini belum menjadi konsensus ilmiah, namun banyak ilmuwan yang mendukung ide ini.[74]:150–158[65] Penelitian pada tahun 2003 melaporkan bahwa montmorilonit juga bisa mempercepat konversi asam lemak ke dalam “gelembung”, dan bahwa gelembung bisa membungkus RNA melekat pada tanah liat. Gelembung tersebut kemudian dapat tumbuh dengan menyerap lipid tambahan dan membelah. Pembentukan awal sel kemungkinan terjadi melalui proses yang serupa.[75] Hipotesis serupa mengatakan replikasi diri tanah liat yang kaya zat besi sebagai nenek moyang nukleotida, lipid dan asam amino.[76] Nenek moyang terakhir Morfologi tiga jenis mikrofosil yang berasal dari eon Arkean. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Leluhur universal terakhir Ilmuwan meyakini bahwa dari keanekaragaman protosel ini, hanya satu garis keturunan yang berhasil selamat. Bukti filogeni saat ini menunjukkan bahwa nenek moyang terakhir (LUCA) hidup pada awal eon arkean, yang diperkirakan 3,5 miliar tahun yang lalu atau sebelumnya.[77][78] LUCA merupakan nenek moyang dari semua kehidupan di bumi saat ini. Diperkirakan LUCA merupakan sebuah Prokariota yang memiliki membran sel dan kemungkinan sebuah ribosom, tapi kurang memiliki inti sel atau ikatan membran organel seperti mitokondria atau kloroplas. Seperti semua sel modern, LUCA menggunakan DNA sebagai kode genetik, RNA untuk transfer informasi dan sintesis protein, dan enzim untuk mengkatalisis reaksi. Beberapa ilmuwan percaya bahwa bukan organisme tunggal yang menjadi nenek moyang terakhir kehidupan, melainkan ada populasi organisme yang bertukar gen melalui transfer gen horizontal.[77] Eon Proterozoikum Artikel utama untuk bagian ini adalah: Proterozoikum Eon Proterozoikum berlangsung dari 2,5 miliar hingga 542 juta tahun yang lalu.[2]:130 Dalam rentang waktu tersebut, kraton berkembang menjadi benua-benua dengan ukuran mutakhir. Perubahan atmosfer yang kaya oksigen juga merupakan perkembangan krusial. Kehidupan berkembang dari prokariota menjadi eukariota dan bentuk multiseluler. Pada Proterozoikum terjadi dua zaman es parah yang disebut bumi bola salju. Setelah Bumi Bola Salju terakhir usai sekitar 600 juta tahun lalu, evolusi kehidupan di Bumi terjadi secara cepat. Sekitar 580 tahun lalu, biota Ediakara menjadi pendahuluan bagi Ledakan Kambrium. Revolusi oksigen Stromatolit yang membatu di pesisir Danau Thetis, Australia Barat. Stromatolit arkean merupakan fosil jejak kehidupan pertama di Bumi. Sel-sel purba menyerap energi dan makanan dari lingkungan di sekitarnya. Mereka menggunakan fermentasi (pemecahan senyawa lebih kompleks menjadi senyawa kurang kompleks dengan sedikit energi) dan menggunakan energi yang dibebaskan untuk tumbuh dan berkembang biak. Fermentasi hanya dapat terjadi dalam lingkungan anaerobik (tanpa oksigen). Evolusi fotosintesis memungkinkan sel-sel untuk membuat makanannya sendiri.[79]:377 Sebagian besar kehidupan yang berada di permukaan Bumi bergantung secara langsung atau tak langsung pada fotosintesis. Bentuk yang paling umum, yaitu fotosintesis oksigen, mengubah karbon dioksida, air, dan cahaya matahari menjadi makanan. Dalam proses tersebut terjadi penangkapan energi cahaya Matahari ke dalam molekul kaya energi seperti ATP, yang kemudian menyediakan energi untuk menciptakan gula. Untuk menyuplai elektron dalam prosesnya, maka hidrogen dipisahkan dari air, sehingga oksigen dibuang.[80] Sejumlah organisme, seperti bakteri ungu dan bakteri belerang hijau, mengadakan fotosintesis tanpa oksigen yang menggunakan pengganti hidrogen dari air sebagai pendonor elektron; contohnya hidrogen sulfida, belerang, dan besi. Organisme macam itu hidup di lingkungan ekstrem seperti mata air panas dan lubang hidrotermal.[79]:379–382[81] Bentuk anoksigenik yang lebih sederhana muncul sekitar 3,8 miliar tahun lalu, tak lama setelah munculnya kehidupan. Masa permulaan fotosintesis oksigenik lebih kontroversial; bukti memastikan kemunculannya sekitar 2,4 miliar tahun lalu, namun sejumlah peneliti menyatakan masa yang lebih jauh lagi sekitar 3,2 miliar tahun lalu.[80] Masa yang labih jauh “mungkin meningkatkan produktivitas global setidaknya dua atau tiga kali lipat.”[82][83] Fosil stromatolit merupakan salah satu sisa-sisa makhluk hidup penghasil oksigen tertua di dunia.[82][83][41] Pada awalnya, oksigen yang dilepas ke udara terikat dengan kapur, besi, dan mineral lainnya. Besi teroksidasi tampak sebagai lapisan merah dalam lapisan geologis yang disebut formasi besi terangkai yang terbentuk dalam kelimpahan selama periode Siderium (antara 2500 juta tahun lalu dan 2300 juta tahun lalu).[2]:133 Saat sebagian besar mineral teroksidasi, akhirnya oksigen mulai terakumulasi di atmosfer. Meskipun tiap sel hanya menghasilkan oksigen dalam jumlah kecil, kombinasi metabolisme dari banyak sel dalam waktu lama mengubah atmosfer Bumi menjadi seperti saat ini. Atmosfer tersebut merupakan atmosfer bumi ketiga.[84]:50–51[43]:83–84,116–117 Beberapa oksigen terstimulasi oleh radiasi ultraviolet sehingga membentuk ozon, yang berkumpul di lapisan dekat bagian atas atmosfer. Lapisan ozon menyerap jumlah radiasi ultraviolet signifikan yang memasuki atmosfer Bumi. Hal tersebut memungkinkan sel-sel untuk hidup di permukaan samudra dan kemudian di daratan: tanpa lapisan ozon, radiasi ultraviolet yang menghujani daratan dan lautan akan mengakibatkan mutasi tak terkendali pada sel-sel yang terekspos.[85][40]:219–220 Fotosintesis juga memiliki peran besar. Oksigen bersifat racun; sebagian besar kehidupan awal di Bumi mati karena level oksigen meningkat dalam peristiwa yang dikenal sebagai bencana oksigen. Makhluk yang resistan bertahan hidup dan berkembang, dan beberapa darinya mengembangkan kemampuan pemanfaatan oksigen untuk peningkatan metabolisme dan memperoleh lebih banyak energi dari makanan yang sama.[85] Bumi Bola Salju Ilustrasi Bumi Bola Salju; bumi yang tertutup salju dari kutub hingga khatulistiwa. Artikel utama untuk bagian ini adalah: Bumi Bola Salju Evolusi alami menyebabkan Matahari semakin terang selama eon Arkean dan Proterozoikum; kecerahan Matahari bertambah sebanyak 6% setiap miliaran tahun.[40]:165 Akibatnya, Bumi mulai menerima kehangatan dari Matahari pada eon Proterozoikum. Meski demikian, Bumi tidak serta-merta menghangat. Sebaliknya, rekaman geologis mengindikasikan bahwa Bumi mendingin drastis selama awal Proterozoikum. Sisa-sisa zaman es yang ditemukan di Afrika Selatan terhitung berusia 2,2 miliar tahun, yang pada masa itu—berdasarkan bukti paleomagnetis —wilayah tersebut seharusnya terletak di dekat khatulistiwa. Maka dari itu, glasiasi tersebut—dikenal sebagai glasiasi Makganyene—pasti terjadi secara global. Sejumlah ilmuwan mendukung teori itu dan zaman es Proterozoikum berlangsung secara parah sehingga Bumi beku total dari kutub hingga khatulistiwa: hipotesis yang disebut Bumi Bola Salju.[86] Zaman es sekitar 2,3 miliar tahun lalu dapat menyebabkan peningkatan konsentrasi oksigen di atmosfer secara langsung, mengakibatkan penurunan metana (CH4) di atmosfer. Metana merupakan gas rumah kaca yang kuat, namun dengan kehadiran oksigen maka ia akan bereaksi untuk membentuk CO2, gas rumah kaca yang kurang efektif.[40]:172 Saat oksigen bebas tersedia di atmosfer, konsentrasi metana juga menurun drastis, cukup memungkinkan untuk menolak peningkatan hawa panas yang diberikan Matahari.[87] Munculnya eukariota Kloroplas dalam sel-sel lumut. Kloroplas merupakan sel yang dapat berfungsi sebagaimana organ (organel). Kehidupan eukariota di Bumi diawali oleh kemunculan organel semacam ini. Taksonomi modern mengklasifikasikan kehidupan ke tiga domain. Waktu asal domain ini tidak pasti. Domain bakteri mungkin awalnya memisahkan diri dari bentuk-bentuk kehidupan lainnya (kadang-kadang disebut neomura), tapi anggapan ini masih kontroversial. Segera setelah bakteri memisahkan diri, dalam kurun waktu 2 miliar tahun,[88] neomura terpecah menjadi arkea dan eukariota. Sel eukariota berukuran lebih besar dan lebih kompleks dibandingkan sel prokariotik (bakteri dan arkea), dan menjadi awal kehidupan kompleks yang ada sekarang. Pada kisaran waktu tersebut, protomitokondria pertama terbentuk. Sel bakteri yang berkerabat dengan rickettsia yang ada saat ini,[89] telah berevolusi untuk memetabolisme oksigen, memasuki sel prokariotik lebih besar yang tidak memiliki kemampuan itu. Kemungkinan sel yang lebih besar berusaha untuk mencerna sel yang lebih kecil tetapi gagal. Sel yang lebih kecil mungkin telah mencoba untuk menjadi parasit bagi sel yang lebih besar. Dalam banyak kasus, sel yang lebih kecil dapat menyelamatkan diri di dalam sel yang lebih besar. Dengan menggunakan oksigen, ia memetabolisme kotoran dari sel yang lebih besar dan mendapat lebih banyak energi. Sisa energi ini dikembalikan ke sel inangnya. Sel yang lebih kecil berbiak di dalam sel yang lebih besar. Hal ini menciptakan simbiosis antara sel yang lebih besar dan sel yang lebih kecil, dan kedua jenis sel tersebut menjadi saling tergantung satu sama lainnya. Sel yang lebih besar tidak dapat bertahan hidup tanpa energi yang dihasilkan sel yang lebih kecil, demikian juga sel yang lebih kecil tidak dapat bertahan hidup tanpa bahan baku yang disediakan oleh sel yang lebih besar. Keseluruhan sel ini kemudian diklasifikasikan sebagai organisme tunggal, sedangkan sel yang lebih kecil diklasifikasikan sebagai organel yang disebut mitokondria. [90] Sebuah fosil Spriggina floundensi berusia 580 juta tahun, binatang dari periode Ediakarium. Bentuk kehidupan semacam itu bisa saja menjadi nenek moyang berbagai bentuk kehidupan baru yang berasal dari Letusan Kambrium. Peristiwa serupa terjadi pada fotosintesis cyanobacteria[91] memasuki sel heterotrof besar dan menjadi kloroplas.[84]:60–61[92]:536–539 Kemungkinan sebagai hasil dari perubahan ini, sebaris sel yang mampu melakukan fotosintesis terpisah dari eukariota yang lain pada waktu lebih dari 1 miliar tahun yang lalu. Selain teori endosimbiotik yang sudah dikenal luas mengenai pembentukan sel mitokondria dan kloroplas, ada teori lain yang mengatakan bahwa sel-sel tersebut menimbulkan peroksisom, spiroket menimbulkan silia dan flagelum dan kemungkinan virus DNA menimbulkan inti sel,[93][94] meskipun tidak ada dari teori-teori tersebut yang dikenal luas.[95] Arkea, bakteri, dan eukariota terus melakukan diversifikasi dan menjadi lebih kompleks serta beradaptasi lebih baik terhadap lingkungan. Setiap domain terpecah menjadi garis keturunan berulang kali, meskipun hanya sedikit yang diketahui tentang sejarah arkea dan bakteri. Sekitar 1,1 miliar tahun yang lalu, benua raksasa Rodinia mulai terbentuk.[96][97] Tumbuhan, hewan, dan fungi telah terpisah, meskipun mereka masih berstatus sebagai sel soliter. Beberapa tinggal dalam koloni, dan secara bertahap mulai terjadi pembagian kerja, misalnya sel-sel yang terletak di sisi sebelah luar mengambil peran yang berbeda dari sel-sel yang terletak di sebelah dalam. Meskipun pembagian antara koloni dengan sel khusus dan organisme multiseluler tidak selalu jelas, sekitar 1 miliar tahun yang lalu[98] tanaman multiseluler muncul untuk pertama kalinya, kemungkinan seperti ganggang hijau. Diperkirakan sekitar 900 juta tahun yang lalu[92]:488 organisme multiseluler sejati juga telah berevolusi sebagai hewan. Pada awalnya mungkin mirip spons yang ada saat ini, yang memiliki sel totipotensi yang memungkinkan organisme yang terganggu untuk berkumpul kembali.[92]:483-487 Setelah pembagian kerja selesai pada semua lini organisme multiseluler, sel-sel menjadi lebih khusus dan lebih tergantung pada satu sama lain, sel-sel yang terisolasi akan mati. Benua raksasa pada Proterozoikum Lihat pula: Daftar benua raksasa Rekonstruksi benua raksasa Pannotia (warna kuning) pada masa 550 juta tahun yang lalu. Rekonstruksi pergerakan lempeng tektonik pada 250 juta tahun terakhir (era Kenozoikum dan mesozoikum) dapat dilakukan dengan mencocokkan benua, anomali magnetik dasar laut, dan kutub paleomagnetik. Tidak ditemukan kerak samudera yang terbentuk sebelum waktu tersebut, sehingga rekonstruksi sebelum waktu tersebut sulit untuk dilakukan. Kutub paleomagnetik dilengkapi dengan bukti-bukti geologi seperti sabuk orogenik, yang menandai tepi lempeng kuno, dan distribusi flora dan fauna pada masa lalu.[99]:370 Sepanjang sejarah bumi, ada saat-saat ketika benua bertabrakan dan membentuk benua raksasa, yang kemudian pecah menjadi benua baru. Sekitar 1000–830 juta tahun, benua yang paling luas bersatu membentuk benua raksasa Rodinia.[99]:370[100] Sebelum Rodinia terbentuk, kemungkinan telah terbentuk terlebih dahulu Columbia atau Nuna pada awal sampai pertengahan Proterozoikum.[99]:374[101][102] Setelah Rodinia pecah sekitar 800 juta tahun, benua-benua tersebut kemungkinan telah membentuk benua raksasa lain yang berumur pendek, Pannotia pada 550 juta tahun. Hipotetis benua raksasa sering kali mengacu pada Pannotia atau Vendia.[103]:321–322 Bukti yang memperkuat adalah fase tabrakan benua yang dikenal sebagai orogeni Pan-Afrika, yang bergabung dengan massa benua Afrika saat ini, Amerika Selatan, Antartika dan Australia. Keberadaan Pannotia ditentukan oleh waktu terjadinya retakan antara Gondwana (yang termasuk sebagian besar daratan di belahan bumi selatan, serta Semenanjung Arab dan anak benua India) dan Laurentia (kira-kira setara dengan Amerika Utara sekarang).[99]:374 Hal ini meyakinkan bahwa pada akhir eon Proterozoikum, sebagian besar massa benua bergabung dalam posisi di sekitar kutub selatan.[104] Iklim dan kehidupan Proterozoikum Akhir Pennatulacea merupakan salah satu ordo animalia tertua di Bumi, yang sudah ada sejak Ediakarium (k. 635 juta tahun lalu) hingga Holosen (masa kini). Pada akhir eon Proterozoikum, Bumi setidaknya mengalami dua kali peristiwa Bumi Bola Salju yang sedemikian parah sehingga permukaan laut benar-benar membeku. Kejadian ini terjadi sekitar 716,5 dan 635 juta tahun yang lalu, pada periode Kriogenium.[105] Intensitas dan mekanisme kedua proses glasial tersebut masih dalam penyelidikan dan lebih sulit dijelaskan dibandingkan peristiwa Bumi bola salju yang terjadi pada eon Proterozoikum.[106] Kebanyakan Paleoklimatologi berpikir peristiwa Bumi Bola Salju berhubungan dengan pembentukan benua raksasa Rodinia.[107] Karena Rodinia berada di tengah khatulistiwa, tingkat pelapukan kimia meningkat dan karbon dioksida (CO2) diambil dari atmosfer. Karena CO2 merupakan gas rumah kaca yang penting, maka terjadilah pendinginan cuaca secara global. Dengan cara yang sama selama periode Bumi bola salju sebagian besar permukaan benua tertutup dengan permafrost yang kembali menurunkan pelapukan kimia, sehingga meningkatkan pembentukan es. Ada hipotesis alternatif yang mengatakan bahwa ada cukup banyak karbon dioksida yang keluar melalui lubang vulkanik menghasilkan efek rumah kaca yang meningkatkan suhu global.[107] Peningkatan aktivitas vulkanik ini dihasilkan oleh pecahnya Rodinia pada kisaran waktu yang sama. Periode Kriogenium diikuti oleh periode Ediakarium yang ditandai dengan pesatnya perkembangan bentuk kehidupan multiseluler.[108] Hubungan antara akhir jamas es dan peningkatan keanekaragaman kehidupan belum bisa ditentukan dengan jelas, meskipun tampaknya hal itu bukan sesuatu yang kebetulan. Bentuk baru kehidupan, yang disebut biota Ediakarium, menjadi lebih besar dan lebih beragam dari sebelumnya. Meskipun taksonomi sebagian besar biota Ediakara tidak jelas, sebagian darinya merupakan nenek moyak kehidupan modern.[109] Perkembangan yang penting adalah asal mula sel otot dan sel saraf. Tidak satupun fosil dari periode Ediakarium yang memiliki bagian tubuh yang keras seperti kerangka. Biota ediakarium muncul pertama kali pada perbatasan eon Proterozoikum dan Fanerozoikum atau periode Ediakarium dan Kambrium. Eon Fanerozoikum Artikel utama untuk bagian ini adalah: Fanerozoikum Rekonstruksi salah satu tumbuhan berpembuluh pertama di Bumi, dari genus Cookconia, hidup pada pertengahan Silur hingga Devon Awal, sekitar 433–393 juta tahun lalu. Sejak periode Devon, daratan dikolonisasi oleh tumbuhan darat. Fanerozoikum adalah eon yang sedang berjalan saat ini di Bumi. Eon ini dimulai sekitar 542 juta tahun yang lalu. Eon ini dibagi menjadi tiga era—Paleozoikum, Mesozoikum dan Kenozoikum,[3]—dan merupakan masa ketika kehidupan multiseluler terdiversifikasi sangat luas ke hampir semua organisme yang dikenal saat ini.[110] Era Paleozoikum Artikel utama untuk bagian ini adalah: Paleozoikum Era Paleozoikum (yang berarti era bentuk kehidupan lampau) merupakan era pertama dan era terpanjang eon Fanerozoikum, dimulai dari 542–251 juta tahun yang lalu.[3] Sepanjang era ini, banyak kelompok kehidupan modern muncul. Kehidupan mengkolonisasi daratan, diawali dengan tumbuhan, dan diikuti dengan binatang. Kehidupan perlahan-lahan berevolusi. Pada masa itu, terjadi radiasi adaptif yang membentuk banyak spesies baru, namun juga terjadi kepunahan massal. Ledakan evolusi ini sering kali disebabkan oleh perubahan mendadak pada lingkungan yang terjadi akibat bencana alam seperti aktivitas gunung berapi, tumbukan meteor ataupun perubahan iklim. Benua-benua yang terbentuk akibat pecahnya Rodinia dan Pannotia pada akhir eon Proterozoikum perlahan lahan bergerak bersama-sama lagi selama era Paleozoikum. Pergerakan ini pada akhirnya membetuk benua raksasa Pangea pada akhir era Paleozoikum. Letusan Kambrium Artikel utama untuk bagian ini adalah: Letusan Kambrium Trilobit muncul pertama kali pada periode Kambrium dan merupakan organisme di era Paleozoikum yang paling luas menyebar. Dari catatan fosil yang ditemukan, tingkat evolusi kehidupan dipercepat pada periode Kambrium (540–488 juta tahun yang lalu).[3] Munculnya banyak spesies, filum, serta bentuk kehidupan baru secara tiba-tiba pada periode ini disebut letusan Kambrium. Kecepatan tingkat evolusi ini sangat berbeda dibandingkan masa sebelum dan sesudahnya.[40]:229 Pada periode Ediakarium bentuk kehidupan masih primitif dan tidak mudah untuk dimasukkan ke dalam kelompok modern, namun pada akhir periode Kambrium filum yang paling modern sudah hadir. Perkembangan anggota tubuh yang keras seperti kerang, kerangka, atau binatang bercangkang luar seperti moluska, echinodermata, lili laut dan artropoda membuat proses terjadinya fosil lebih mudah dibandingkan nenek moyangnya dari eon Proterozoikum. Hal ini yang menyebabkan kehidupan pada periode Kambrium lebih banyak diketahui dibandingkan kehidupan pada periode sebelumnya. Selama periode Kambrium, muncul vertebrata pertama, di antaranya ikan.[92]:357 Makhluk yang bisa jadi merupakan nenek moyang dari ikan, atau mungkin berkaitan erat dengan ikan adalah pikaia. Pikaia memiliki notokorda primitif, sebuah struktur yang bisa berkembang menjadi tulang punggung. Ikan pertama yang memiliki rahang (Gnathostomata) muncul pada periode geologi berikutnya, Ordovisium. Kolonisasi relung baru menyebabkan berkembangnya ukuran tubuh. Dengan cara ini ikan seperti Dunkleosteus dapat tumbuh sampai sepanjang 7 meter. Keragaman bentuk kehidupan tidak meningkat terus disebabkan oleh serangkaian kepunahan massal.[111] Setelah masing-masing tahap kepunahan tersebut, paparan benua kembali dipenuhi oleh bentuk kehidupan yang mirip yang kemungkinan berkembang perlahan-lahan di tempat lain.[112] Pada akhir Kambrium, trilobit telah mencapai keragaman terbesar dan mendominasi hampir seluruh bentuk fosil.[113]:34 Tektonik, paleogeografi, dan iklim Paleozoikum Pangea adalah benua raksasa terakhir yang ada pada masa 300–180 juta tahun yang lalu. Garis-garis besar benua modern dan daratan lainnya ditunjukkan pada peta ini. Pada akhir eon Proterozoikum, benua raksasa Pannotia telah terpisah-pisah menjadi benua kecil Laurentia, Baltica, Siberia dan Gondwana.[114] Selama periode saat benua-benua tersebut bergerak memisah, lebih kerak samudera terbentuk oleh aktivitas gunung berapi. Karena kerak vulkanik muda relatif lebih panas dan kurang padat dibandingkan kerak samudera tua, dasar laut akan naik selama periode tersebut. Hal ini menyebabkan permukaan laut naik. Oleh karena itu, pada paruh pertama era Paleozoikum, sebagian besar kawasan benua berada di bawah permukaan laut. Suhu pada awal era Paleozoikum lebih hangat dari iklim saat ini, namun pada akhir periode Ordovisium mengalami zaman es yang singkat saat gletser menutupi kutub selatan, tempat benua besar Gondwana. Pada akhir zaman es Ordovisium, terjadi beberapa kepunahan massal, ketika banyak brachiopoda, trilobit, bryozoa, dan karang lenyap dari jejak fosil. Spesies laut ini mungkin tidak bisa bertahan menghadapi penurunan suhu air laut.[115] Setelah kepunahan tersebut, spesies baru berevolusi, lebih beragam dan lebih mampu beradaptasi. Benua Laurentia dan Baltica bertabrakan antara 450–400 juta tahun yang lalu, membentuk Laurussia (juga dikenal sebagai Euramerika).[116] Jejak dari tabrakan ini dapat ditemukan di Skandinavia, Skotlandia dan Appalachia Utara. Pada periode Devon (416–359 juta tahun yang lalu),[3] Gondwana dan Siberia mulai bergerak menuju Laurussia. Tabrakan Siberia dengan Laurussia menyebabkan orogeni Uralia, tabrakan Gondwana dengan Laurussia disebut orogeni Varisca atau Hercynia di Eropa, atau orogeni Alleghenia di Amerika Utara. Tahap kedua berlangsung selama periode Karbon (359–299 juta tahun yang lalu) [3] dan mengakibatkan pembentukan benua raksasa terakhir, Pangea.[117] Kolonisasi daratan Oksigen yang terakumulasi dari proses fotosintesis membentuk lapisan ozon yang menyerap banyak radiasi sinar ultraviolet matahari. Hal ini membuat organisme uniseluler dapat bertahan hidup lebih baik, dan prokariota mulai bertambah banyak dan makin mampu beradaptasi untuk hidup di luar air. Keturunan prokariota[118] kemungkinan sudah mengkoloni daratan sejak 2,6 miliar tahun yang lalu[119] bahkan sebelum eukariota muncul. Untuk waktu yang lama, daratan tidak ditempati oleh organisme multiseluler. Benua raksasa Pannotia terbentuk sekitar 600 juta tahun yang lalu dan kemudian pecah 50 juta tahun kemudian.[120] Ikan—vertebrata paling awal—berkembang di lautan sekitar 530 juta tahun yang lalu.[92]:354 Sebuah peristiwa kepunahan besar terjadi mendekati akhir periode Kambrium,[121] yang berakhir 488 juta tahun yang lalu.[122] Beberapa ratus juta tahun yang lalu, tanaman (mungkin menyerupai ganggang) dan jamur mulai tumbuh di tepi air, dan kemudian mulai keluar dari air.[123]:138–140 Fosil jamur tanah dan tanaman tertua yang pernah ditemukan berasal dari masa 480–460 juta tahun yang lalu, meskipun bukti molekuler menunjukkan jamur mungkin telah hidup di daratan 1000 juta tahun yang lalu, sedangkan tanaman 700 juta tahun yang lalu.[124] Pada awalnya mereka tetap dekat dengan tepi air. Akibat mutasi dan variasi, perlahan-lahan mereka mulai mengkoloni lingkungan baru yang makin jauh dari air. Kapan hewan pertama meninggalkan lautan belum diketahui secara tepat; bukti tertua yang paling jelas adalah artropoda dari 450 juta tahun yang lalu.[125] Ada juga bukti lain, namun belum dikonfirmasi bahwa artropoda mungkin telah muncul di daratan 530 juta tahun yang lalu.[126] Evolusi tetrapoda Ilustrasi Tiktaalik, seekor ikan purba dengan sirip menyerupai anggota badan, leluhur dari tetrapoda. Rekonstruksi dari fosil berusia sekitar 375 juta tahun. Pada akhir periode Ordovisium, 443 juta tahun yang lalu,[3] terjadi lagi kepunahan masal, mungkin disebabkan oleh zaman es.[115] Sekitar 380–375 juta tahun yang lalu, tetrapoda pertama berevolusi dari ikan.[127] Diperkirakan bahwa sirip berevolusi menjadi anggota badan yang memungkinkan tetrapoda pertama yang mengangkat kepala mereka keluar dari air untuk menghirup udara. Hal ini memungkinkan mereka untuk hidup di air yang miskin oksigen atau mengejar mangsa kecil di perairan dangkal.[127] Kemudian mereka berkelana di darat untuk waktu yang singkat. Beberapa dari mereka dapat beradaptasi dengan keadaan di darat dan menghabiskan hidup mereka di darat saat dewasa, meskipun mereka menetas di dalam air dan kembali untuk bertelur. Inilah asal mula amfibi. Sekitar 365 juta tahun yang lalu, periode kepunahan massal lainnya terjadi, yang kemungkinan disebabkan oleh pendinginan global.[128] Tanaman berevolusi dengan menghasilkan biji, yang secara dramatis mempercepat penyebaran mereka di darat, pada sekitar waktu ini (kira-kira 360 juta tahun yang lalu).[129][130] Sekitar 20 juta tahun kemudian (340 juta tahun yang lalu[92]:293–296), telur dengan cangkang keras mulai berkembang, yang dapat diletakkan di tanah, memberikan manfaat kelangsungan hidup bagi embrio tetrapoda. Hal ini mengakibatkan perbedaan antara amniota dengan amfibi. 30 juta tahun kemudian (310 juta tahun yang lalu[92]:254–256) terlihat perbedaan antara synapsida (termasuk mamalia) dengan sauropsida (termasuk burung dan reptil). Kelompok-kelompok lain organisme terus berkembang, dan garis penyimpangan pada ikan, serangga, bakteri, dan sebagainya, meskipun secara detail tidak dikenali. Era Mesozoikum Artikel utama untuk bagian ini adalah: Mesozoikum Dinosaurus merupakan vertebrata terestrial dominan pada sebagian besar rentang waktu Mesozoikum. Era Mesozoikum (“kehidupan pertengahan”) berlangsung dari 251 juta tahun lalu hingga 66 juta tahun lalu.[3] Era ini terbagi menjadi periode Trias, Jura, dan Kapur. Era tersebut diawali oleh peristiwa kepunahan Perm-Trias, peristiwa kepunahan paling parah yang terekam dalam jejak fosil; 95% spesies di Bumi binasa.[131] Era tersebut diakhiri oleh peristiwa kepunahan Kapur-Tersier yang membinasakan dinosaurus dari muka Bumi. Peristiwa kepunahan Perm-Trias dapat disebabkan oleh kombinasi letusan gunung berapi di Trap Siberia, tumbukan asteroid, gasifikasi metana hidrat, fluktuasi permukaan air laut, dan peristiwa anoksik besar. Kawah Wilkes[132] di Antarktika atau struktur Bedout di barat daya pesisir Australia dapat mengindikasikan hubungan antara tumbukan benda langit dengan kepunahan Perm-Trias. Namun masih belum dapat dipastikan apakah fitur geologis tersebut dan kawah-kawah lainnya merupakan kawah tumbukan yang sebenarnya atau sezaman dengan peristiwa kepunahan Perm-Trias. Kehidupan masih bertahan, dan sekitar 230 juta tahun lalu, dinosaurus diturunkan dari nenek moyang reptil.[133] Peristiwa kepunahan Trias-Jura saat 200 juta tahun lalu menyisakan banyak dinosaurus,[3][134] dan akhirnya mereka menjadi yang dominan di antara vertebrata. Meskipun beberapa garis keturunan mamalia mulai bercabang pada periode ini, mamalia yang ada boleh jadi berukuran kecil menyerupai tupai.[92]:169 Pada masa 180 juta tahun lalu, Pangea pecah menjadi Laurasia dan Gondwana. Batas antara dinosaurus avian dan non-avian tidak jelas, namun Archaeopteryx dianggap sebagai salah satu burung pertama di dunia, hidup sekitar 150 juta tahun lalu.[135] Bukti keberadaan angiosperma berbunga tertua di dunia berasal dari periode Kapur, sekitar 20 juta tahun kemudian (132 juta tahun lalu).[136] 66 juta tahun lalu, sebuah asteroid berukuran 10-kilometer (6.2 mil) menumbuk Bumi, tepatnya di pesisir semenanjung Yucatán, lokasi kawah Chicxulub yang dikenal saat ini. Tumbukan tersebut menyebabkan materi dan uap air terhempas ke udara sehingga menutupi cahaya matahari, menghambat fotosintesis. Sebagian besar hewan raksasa, termasuk dinosaurus non-avian, akhirnya binasa,[137] menandai akhir periode Kapur dan era Mesozoikum. Era Kenozoikum Artikel utama untuk bagian ini adalah: Kenozoikum Silsilah evolusi mamalia berdasarkan kajian genetika, kesimpulan dari studi morfologi, dan catatan fosil. Era Kenozoikum dimulai pada 66 juta tahun yang lalu,[3] dan terbagi ke dalam periode Paleogen, Neogen, dan Kuarterner. Mamalia dan burung mampu bertahan dari peristiwa kepunahan Kaput-Tersier yang membunuh dinosaurus dan banyak bentuk kehidupan lainnya, dan era ini merupakan era ketika mahluk hidup melakukan diversifikasi ke dalam bentuk kehidupan modern. Diversifikasi mamalia Mamalia telah ada sejak akhir periode Trias, tapi sebelum peristiwa kepunahan Kaput-Tersier mereka berukuran kecil. Selama era Kenozoikum, mamalia cepat terdiversifikasi karena dinosaurus dan hewan besar lainnya telah punah, sedangkan yang sintas berkembang menjadi banyak ordo modern. Dengan banyaknya reptil laut yang telah punah, beberapa mamalia mulai hidup di lautan dan menjadi cetacea. Mamalia lainnya menjadi felidae dan canidae, predator yang cepat dan tangkas. Iklim global lebih kering pada era Kenozoikum menyebabkan perluasan padang rumput dan evolusi mamalia yang memakan rumput serta berkuku seperti equidae dan bovidae. Beberapa mamalia arboreal menjadi primata; salah satu keturunannya lalu berkembang menjadi manusia modern. Evolusi manusia Artikel utama untuk bagian ini adalah: Evolusi manusia Kera Afrika kecil yang hidup sekitar 6 juta tahun lalu merupakan animalia yang keturunannya meliputi manusia modern dan kerabat terdekat mereka, para simpanse.[92]:100–101 Hanya dua garis keturunan dalam silsilahnya yang memiliki keturunan sintas. Tak lama setelah percabangan keturunan—oleh alasan yang masih belum pasti—para kera pada salah satu cabang mengembangkan kemampuan untuk berjalan dengan dua kaki.[92]:95–99 Ukuran otak bertambah secara cepat, dan pada 2 juta tahun lalu, hewan pertama yang terklasifikasikan dalam genus Homo muncul.[123]:300 Pada sekitar masa yang sama, garis keturunan lainnya bercabang menuju leluhur simpanse dan leluhur bonobo sebagaimana evolusi juga berlanjut serentak pada segala bentuk kehidupan.[92]:100–101 Rekonstruksi keadaan Bumi saat glasial maksimum pada Periode Glasial Akhir, ketika umat manusia sudah ada di Bumi, sekitar 25.000–13.000 tahun yang lalu.[138] Kemampuan mengontrol api boleh jadi dimulai oleh Homo erectus (atau Homo ergaster), sekurang-kurangnya sekitar 790.000 tahun lalu[139] namun ada kemungkinan lebih jauh lagi sekitar 1,5 juta tahun lalu.[92]:67 Penemuan dan penggunaan api bisa jadi mendahului Homo erectus. Kemungkinan besar api digunakan oleh hominid Paleolitik Hulu (Oldowan) purba seperti Homo habilis atau australopithecine seperti Paranthropus.[140] Melacak asal mula bahasa merupakan hal sulit; tidak jelas apakah Homo erectus dapat berbicara ataukah kemampuannya belum muncul sebelum keberadaan Homo sapiens.[92]:67 Seiring dengan pertambahan ukuran otak, persalinan terjadi lebih dini, sebelum kepala bayi terlalu besar untuk melewati pelvis. Akibatnya, mereka mengalami neuroplastisitas berlebih, sehingga memiliki banyak kapasitas untuk belajar dan membutuhkan periode ketergantungan yang lebih lama. Kecakapan sosial menjadi lebih kompleks, bahasa menjadi lebih berkembang, dan peralatan kian diperbagus. Hal ini berperan dalam perkembangan hubungan sosial dan intelektual lebih lanjut.[141]:7 Manusia modern (Homo sapiens) dipercaya mulai ada sejak 200.000 tahun lalu—atau lebih jauh lagi—di benua Afrika; fosil tertua yang ditemukan telah terukur berasal dari masa 160.000 tahun lalu.[142] Manusia pertama yang menunjukkan tanda-tanda spiritualitas adalah manusia Neanderthal (biasanya diklasifikasikan sebagai spesies berbeda tanpa keturunan sintas); mereka mengubur rekannya yang meninggal, seringkali dengan jejak makanan atau peralatan.[143]:17 Lain dari itu, bukti sistem kepercayaan yang lebih maju, seperti lukisan gua oleh manusia Cro-Magnon (mungkin mengungkapkan signifikansi religius atau bahkan sihir)[143]:17–19 belum ada sebelum 32.000 tahun lalu.[144] Manusia Cro-Magnon juga menciptakan artefak patung batu seperti Venus dari Willendorf, kemungkinan besar mengungkapkan kepercayaan religius.[143]:17–19 Pada masa 11.000 tahun lalu, Homo sapiens mencapai ujung selatan Amerika Selatan, benua tak berpenghuni yang terakhir (kecuali Antarktika, yang belum pernah dijamah sebelum tahun 1820 Masehi).[145] Penggunaan perkakas dan komunikasi terus berkembang, dan hubungan interpersonal semakin berseluk-beluk. Peradaban manusia Artikel utama untuk bagian ini adalah: Sejarah dunia Informasi lebih lanjut: Sejarah Afrika, Sejarah Amerika, Sejarah Antartika, dan Sejarah Eurasia Ilustrasi perburuan glyptodon pada masa Paleolitikum. Paleolitikum adalah zaman awal saat hominidae (termasuk manusia) mulai memanfaatkan batu sebagai peralatan, sejak keberadaan australopithecine 2,6 juta tahun lalu, hingga akhir Pleistosen sekitar 10.000 tahun lalu.[146] Mural yang menggambarkan usaha pertanian, peninggalan zaman Mesir Kuno, dibuat sekitar 1400 SM. Pertanian merupakan aspek penting dalam Revolusi Neolitik. Di tempat yang menyediakan lahan pertanian, manusia telah meninggalkan gaya hidup nomadis. Selama lebih dari 90% dari masa keberadaannya di Bumi, Homo sapiens hidup dalam kelompok kecil sebagai pemburu-pengumpul makanan nomadis.[141]:8 Ketika bahasa menjadi lebih kompleks, kemampuan mengingat dan menyebarkan informasi menghasilkan replikator baru: meme.[147] Gagasan-gagasan dapat saling ditukar secara cepat dan diturunkan dari generasi ke generasi. Evolusi kebudayaan berhasil mendahului evolusi biologis, dan catatan sejarah pun dimulai. Antara masa 8500 dan 7000 Sebelum Masehi (SM), manusia di kawasan Hilal Subur di Timur Tengah memulai budi daya tanaman dan hewan yang sistematis; suatu budaya yang kini dikenal di seluruh dunia sebagai pertanian.[148] Hal ini menyebar ke daerah-daerah sekitarnya, serta berkembang secara mandiri di sejumlah kawasan dunia, hingga akhirnya sebagian besar Homo sapiens hidup menetap di pemukiman permanen sebagai petani. Tidak semua masyarakat dunia meninggalkan tradisi nomadis, terutama manusia yang tinggal di kawasan terisolasi yang miskin tanaman pertanian, seperti Australia.[149] Bagaimanapun, pada peradabanperadaban yang mengembangkan pertanian, stabilitas relatif dan pertambahan produktivitas karena bercocok tanam mengakibatkan populasi bertambah. Pertanian memberi pengaruh yang kuat bagi manusia. Mereka mulai memberi dampak pada lingkungannya lebih besar daripada sebelumnya. Surplus makanan mengakibatkan kemunculan golongan rohaniwan dan bangsawan, diikuti oleh bertambahnya pembagian tenaga kerja. Hal ini mengawali kelahiran peradaban pertama di Bumi, tepatnya di Sumeria (kawasan Timur Tengah), antara 4000 dan 3000 SM.[141]:15 Peradaban-peradaban lainnya muncul tak lama kemudian di Mesir, lembah Sungai Indus, dan Cina. Penemuan aksara mengakibatkan kemunculan masyarakat yang lebih kompleks. Catatan dan perpustakaan berfungsi sebagai gudang pengetahuan dan menambah transmisi informasi kultural. Umat manusia tidak lagi menghabiskan seluruh waktunya untuk bekerja, dan pendidikan mengantarkannya pada upaya pencarian pengetahuan dan kebijaksanaan. Periode dari 900–200 SM dinyatakan sebagai Zaman Poros bagi peradaban manusia, yaitu zaman ketika fondasi spiritualitas umat manusia terjadi serentak dan mandiri di beberapa belahan dunia. Tradisi filosofis yang berkembang pada zaman tersebut meliputi: monoteisme di Persia dan Kanaan; Platonisme di Yunani; Buddhisme, Jainisme, dan Hinduisme di India; Konfusianisme dan Taoisme di Cina. Berbagai adat dan sains (dalam bentuk primitif) bermunculan, seperti sistem teokrasi dan produksi kereta perang. Di Mediterania dan Timur Tengah, peradaban-peradaban kuno berkembang dan melakukan perdagangan, serta bertempur demi wilayah dan sumber daya. Tak lama kemudian sistem imperium mulai berkembang. Sekitar 500 SM, ada sejumlah peradaban maju di Timur Tengah, Iran, India, Cina, dan Yunani, yang sedang menuju masa kejayaannya atau menuju masa keruntuhannya.[141]:3 Beberapa peradaban bertahan hingga abad modern meskipun tidak sejaya dulu, dan beberapa di antaranya memberi pengaruh atau fondasi bagi Dunia Barat, seperti Yunani dan Romawi Kuno. Seiring perkembangan peradaban, beberapa agama didirikan, seperti Kristen (abad ke-1) dan Islam (abad ke-7). Panorama Tokyo, kota dengan penduduk terpadat di dunia, dan salah satu kota yang berpengaruh dalam perekonomian dunia.[150] Pada abad ke-14, zaman Renaisans dimulai di Italia dengan kemajuan dalam bidang agama, seni, dan sains.[141]:317–319 Pada masa itu, Gereja Kristen sebagai entitas politik kehilangan sebagian besar kekuasaannya. Tahun 1492, Kristoforus Kolumbus mencapai benua Amerika, mengawali perubahan besar pada Dunia Baru. Peradaban Eropa mulai berubah sejak 1500-an, mengantarkannya pada Revolusi Ilmiah dan Industri. Benua tersebut mulai menebarkan dominansi politis dan budaya pada masyarakat lain di seluruh dunia pada suatu masa yang dikenal sebagai Era Kolonial.[141]:295–299 Pada abad ke-18, gerakan kultural yang dikenal sebagai Abad Pencerahan kemudian membentuk mentalitas bangsa Eropa dan berperan penting dalam sikap sekuler mereka. Dari tahun 1914 sampai 1918, dan dari 1939 sampai 1945, bangsa-bangsa di seluruh dunia berada dalam perang dunia. Liga Bangsa-Bangsa yang didirikan setelah Perang Dunia I merupakan usaha pertama dalam membangunan lembaga internasional untuk menyelesaikan permasalahan secara damai. Setelah gagal mencegah Perang Dunia II—konflik paling berdarah dalam sejarah umat manusia—lembaga tersebut digantikan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa. Setelah perang usai, banyak negara menyatakan kemerdekannya, baik dengan usaha sendiri maupun pemberian bangsa lain dalam suatu periode dekolonisasi. Amerika Serikat dan Uni Soviet menjadi negara adikuasa untuk sementara, dan terlibat dalam persaingan yang dikenal sebagai Perang Dingin sampai disolusi di kemudian hari. Seiring transportasi dan komunikasi yang semakin mutakhir, perkara politis dan ekonomi antarbangsa menjadi kian berselukbeluk. Hal ini dikenal sebagai globalisasi yang dapat mendatangkan konflik atau kerja sama. Peristiwa terkini Artikel utama untuk bagian ini adalah: Zaman modern Lihat pula: Modernitas dan Masa depan Pada abad ke-20, organisme yang ber-evolusi di Bumi berhasil menembus atmosfer dan menatap Bumi dari luar angkasa. Dalam foto tampak astronot Bruce McCandless II sedang melayang di luar angkasa, dalam misi STS-41-B dengan pesawat ulang-alik Challenger, tahun 1984. Perubahan terjadi secara cepat sejak pertengahan 1940-an hingga saat ini. Perkembangan teknologi meliputi senjata nuklir, komputer, rekayasa genetika, dan nanoteknologi. Globalisasi ekonomi yang tumbuh subur dalam perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi telah memengaruhi kehidupan sehari-hari di berbagai belahan dunia. Berbagai bentuk sistem dan budaya seperti demokrasi, kapitalisme, dan environmentalisme melebarkan pengaruh mereka. Masalah besar seperti penyakit, perang, kemiskinan, radikalisme dengan kekerasan, dan perubahan iklim akibat manusia semakin parah seiring pertambahan jumlah penduduk. Tahun 1957, Uni Soviet meluncurkan satelit buatan pertama ke orbit Bumi, dan tak lama kemudian, Yuri Gagarin menjadi manusia pertama yang berada di luar angkasa. Neil Armstrong, seorang warga negara Amerika Serikat, merupakan manusia pertama yang menjejakkan kaki di benda langit selain Bumi, yaitu Bulan. Sejumlah wahana tak berawak telah dikirim ke seluruh planet di Tata Surya, sementara beberapa di antaranya (seperti Voyager) diluncurkan untuk meninggalkan Tata Surya. Uni Soviet dan Amerika Serikat merupakan perintis dalam eksplorasi luar angkasa pada abad ke-20. Lima agensi luar angkasa, mewakili lebih dari lima belas negara,[151] telah bekerja sama untuk membangun Stasiun Luar Angkasa Internasional. Maka dari itu aktivitas manusia di luar angkasa telah berlangsung sejak tahun 2000.[152] World Wide Web dikembangkan pada tahun 1990-an dan sejak itu telah terbukti menjadi sumber informasi yang sangat diperlukan di negara maju. Lihat pula Kronologi alam semesta Garis waktu logaritmik rinci Masa depan Bumi Sejarah geologi Bumi Risiko peradaban, manusia, dan planet Bumi Garis waktu sejarah kehidupan evolusioner Garis waktu sejarah alam Rujukan Catatan kaki ^ Charon, satelit alami Pluto juga berukuran relatif besar dengan planet yang diorbitnya,[26] namun Pluto didefinisikan sebagai planet katai.[27] Referensi ^ a b c d e Stanley 2005 ^ a b c d e Gradstein, Ogg & Smith 2004 ^ a b c d e f g h i j Gradstein, Ogg & van Kranendonk 2008 ^ Encrenaz, T. (2004). The solar system (ed. 3rd). Berlin: Springer. hlm. 89. ISBN 978-3-540-00241-3. ^ Matson, John (July 7, 2010). “Luminary Lineage: Did an Ancient Supernova Trigger the Solar System’s Birth?”. Scientific American. Diakses 2012-04-13. ^ a b P. Goldreich, W. R. Ward (1973). “The Formation of Planetesimals”. Astrophysical Journal 183: 1051–1062. Bibcode:1973ApJ…183.1051G. doi:10.1086/152291. ^ Newman, William L. (2007-07-09). “Age of the Earth”. Publications Services, USGS. Diakses 2007-09-20. ^ Stassen, Chris (2005-09-10). “The Age of the Earth”. TalkOrigins Archive. Diakses 2008-12-30. ^ “Age of the Earth”. U.S. Geological Survey. 1997. Diakses 2006-01-10. ^ Stassen, Chris (2005-09-10). “The Age of the Earth”. The TalkOrigins Archive. Diakses 2007-09-20. ^ Yin, Qingzhu; Jacobsen, S. B.; Yamashita, K.; Blichert-Toft, J.; Télouk, P.; Albarède, F. (2002). “A short timescale for terrestrial planet formation from Hf-W chronometry of meteorites”. Nature 418 (6901): 949–952. Bibcode:2002Natur.418..949Y. doi:10.1038/nature00995. PMID 12198540. ^ Kokubo, Eiichiro; Ida, Shigeru (2002). “Formation of protoplanet systems and diversity of planetary systems”. The Astrophysical Journal 581 (1): 666–680. Bibcode:2002ApJ… 581..666K. doi:10.1086/344105. ^ Frankel, Charles (1996), Volcanoes of the Solar System, Cambridge University Press, hlm. 7–8, ISBN 0-521-47770-0 ^ J.A. Jacobs (1953). “The Earth’s inner core”. Nature 172 (4372): 297–298. Bibcode:1953Natur.172..297J. doi:10.1038/172297a0. ^ van Hunen, J.; van den Berg, A.P. (2007). “Plate tectonics on the early Earth: Limitations imposed by strength and buoyancy of subducted lithosphere”. Lithos 103 (1-2): 217–235. Bibcode:2008Litho.103..217V. doi:10.1016/j.lithos.2007.09.016. ^ a b c Wilde, S. A.; Valley, J.W.; Peck, W.H. and Graham, C.M. (2001). “Evidence from detrital zircons for the existence of continental crust and oceans on the Earth 4.4 Gyr ago” (PDF). Nature 409: 175–178. Bibcode:2001Natur.409..175W. Diakses 2013-05-25. ^ Lindsey, Rebecca; David Morrison, Robert Simmon (March 1, 2006). “Ancient crystals suggest earlier ocean”. Earth Observatory. NASA. Diakses April 18, 2012. ^ Cavosie, A. J.; J. W. Valley, S. A., Wilde, and E.I.M.F. (2005). “Magmatic 18O in 4400-3900 Ma detrital zircons: A record of the alteration and recycling of crust in the Early Archean”. Earth and Planetary Science Letters 235 (3–4): 663–681. Bibcode:2005E&PSL.235..663C. doi:10.1016/j.epsl.2005.04.028. ^ Belbruno, E.; J. Richard Gott III (2005). “Where Did The Moon Come From?”. The Astronomical Journal 129 (3): 1724–1745. arXiv:astro-ph/0405372. Bibcode:2005AJ….129.1724B. doi:10.1086/427539. ^ Münker, Carsten; Jörg A. Pfänder, Stefan Weyer, Anette Büchl, Thorsten Kleine, Klaus Mezger (July 4, 2003). “Evolution of Planetary Cores and the Earth-Moon System from Nb/Ta Systematics”. Science 301 (5629): 84–87. Bibcode:2003Sci…301…84M. doi:10.1126/science.1084662. PMID 12843390. Diakses 2012-04-13. ^ Nield, Ted (2009). “Moonwalk”. Geoscientist (Geological Society of London) 18 (9): 8. Diakses April 18, 2012. ^ Britt, Robert Roy (2002-07-24). “New Insight into Earth’s Early Bombardment”. Space.com. Diakses 2012-02-09. ^ Green, Jack (2011). “Academic Aspects of Lunar Water Resources and Their Relevance to Lunar Protolife”. International Journal of Molecular Sciences 12 (9): 6051–6076. doi:10.3390/ijms12096051. PMC 3189768. PMID 22016644. ^ Taylor, Thomas N.; Edith L. Taylor, Michael Krings (2006). Paleobotany: the biology and evolution of fossil plants. Academic Press. hlm. 49. ISBN 9780123739728. ^ Steenhuysen, Julie (May 21, 2009). “Study turns back clock on origins of life on Earth”. Reuters.com. Reuters. Diakses May 21, 2009. ^ “Space Topics: Pluto and Charon”. The Planetary Society. Diakses 6 April 2010. ^ “Pluto: Overview”. Solar System Exploration. National Aeronautics and Space Administration. Diakses 19 April 2012. ^ Kleine, T.; Palme, H.; Mezger, K.; Halliday, A.N. (2005). “Hf-W Chronometry of Lunar Metals and the Age and Early Differentiation of the Moon”. Science 310 (5754): 1671–1674. Bibcode:2005Sci…310.1671K. doi:10.1126/science.1118842. PMID 16308422. ^ Halliday, A.N. (2006). “The Origin of the Earth; What’s New?”. Elements 2 (4). hlm. 205–210. ^ Halliday, Alex N (November 28, 2008). “A young Moon-forming giant impact at 70–110 million years accompanied by late-stage mixing, core formation and degassing of the Earth”. Philosophical Transactions of the Royal Society A: Mathematical, Physical and Engineering Sciences (Philosophical Transactions of the Royal Society) 366 (1883): 4163–4181. Bibcode:2008RSPTA.366.4163H. doi:10.1098/rsta.2008.0209. PMID 18826916. ^ Williams, David R. (2004-09-01). “Earth Fact Sheet”. NASA. Diakses 2010-08-09. ^ a b High Energy Astrophysics Science Archive Research Center (HEASARC). “StarChild Question of the Month for October 2001”. NASA Goddard Space Flight Center. Diakses 20 April 2012. ^ Canup, R.M.; Asphaug, E. (2001). “Origin of the Moon in a giant impact near the end of the Earth’s formation”. Nature 412 (6848): 708–712. Bibcode:2001Natur.412..708C. doi:10.1038/35089010. PMID 11507633. ^ Liu, Lin-Gun (1992). “Chemical composition of the Earth after the giant impact”. Earth, Moon and Planets 57 (2): 85–97. Bibcode:1992EM&P…57…85L. doi:10.1007/BF00119610. ^ Newsom, Horton E.; Taylor, Stuart Ross (1989). “Geochemical implications of the formation of the Moon by a single giant impact”. Nature 338 (6210): 29–34. Bibcode:1989Natur.338… 29N. doi:10.1038/338029a0. ^ Taylor, G. Jeffrey (April 26, 2004). “Origin of the Earth and Moon”. NASA. Diakses 2006-03-27., Taylor (2006) at the NASA website. ^ Davies, Geoffrey F. Mantle convection for geologists. Cambridge, UK: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-19800-4. ^ Cattermole, Peter; Moore, Patrick (1985). The story of the earth. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0-521-26292-7. ^ Bleeker, W.; B. W. Davis (May 2004). “What is a craton?” in Spring meeting. ‘, American Geophysical Union. T41C-01. ^ a b c d e f Lunine 1999 ^ a b Holland, Heinrich D. (June 2006). The oxygenation of the atmosphere and oceans. The Royal Society. doi:10.1098/rstb.2006.1838+Phil.+Trans.+R.+Soc.+B+29+June+2006+vol.+361+no.+1470+903-915. Diakses 2010-02-17. ^ Kasting, James F. (1993). “Earth’s early atmosphere”. Science 259 (5097): 920–926. doi:10.1126/science.11536547. PMID 11536547. ^ a b c Gale, Joseph (2009). Astrobiology of Earth : the emergence, evolution, and future of life on a planet in turmoil. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-920580-6. ^ a b c d Kasting, James F.; Catling, David (2003). “Evolution of a habitable planet”. Annual Review of Astronomy and Astrophysics 41 (1): 429–463. Bibcode:2003ARA&A..41..429K. doi:10.1146/annurev.astro.41.071601.170049. ^ Kasting, James F.; M. Tazewell Howard (September 7, 2006). “Atmospheric composition and climate on the early Earth”. Philosophical Transactions of the Royal Society B 361 (361): 1733–1742. doi:10.1098/rstb.2006.1902. ^ Selsis, Franck (2005). “Chapter 11. The Prebiotic Atmosphere of the Earth”. Astrobiology: Future perspectives. Astrophysics and space science library 305. hlm. 267–286. doi:10.1007/14020-2305-7_11. ^ Morbidelli, A.; Chambers, J., Lunine, J. I., Petit, J. M., Robert, F., Valsecchi, G. B., Cyr, K. E. (2000). “Source regions and timescales for the delivery of water to the Earth”. Meteoritics & Planetary Science 35 (6): 1309–1320. Bibcode:2000M&PS…35.1309M. doi:10.1111/j.1945-5100.2000.tb01518.x. ^ Sagan, Carl; Mullen, George (July 7, 1972). “Earth and Mars: Evolution of Atmospheres and Surface Temperatures”. Science 177 (4043): 52–56. Bibcode:1972Sci…177…52S. doi:10.1126/science.177.4043.52. PMID 17756316. ^ Szathmáry, E. (February 2005). “In search of the simplest cell”. Nature 433 (7025): 469–470. Bibcode:2005Natur.433..469S. doi:10.1038/433469a. PMID 15690023. Diakses 2008-09-01. ^ Luisi, P. L., Ferri, F. and Stano, P. (2006). “Approaches to semi-synthetic minimal cells: a review”. Naturwissenschaften 93 (1): 1–13. Bibcode:2006NW…..93….1L. doi:10.1007/s00114005-0056-z. PMID 16292523. ^ A. Lazcano, J. L. Bada (June 2004). “The 1953 Stanley L. Miller Experiment: Fifty Years of Prebiotic Organic Chemistry”. Origins of Life and Evolution of Biospheres 33 (3): 235–242. doi:10.1023/A:1024807125069. PMID 14515862. ^ Dreifus, Claudia (2010-05-17). “A Conversation With Jeffrey L. Bada: A Marine Chemist Studies How Life Began”. nytimes.com. ^ Moskowitz, Clara (29 March 2012). “Life’s Building Blocks May Have Formed in Dust Around Young Sun”. Space.com. Diakses 30 March 2012. ^ Peretó, J. (2005). “Controversies on the origin of life” (PDF). Int. Microbiol. 8 (1): 23–31. PMID 15906258. Diakses 2007-10-07. ^ Joyce, G.F. (2002). “The antiquity of RNA-based evolution”. Nature 418 (6894): 214–21. Bibcode:2002Natur.418..214J. doi:10.1038/418214a. PMID 12110897. ^ Hoenigsberg, H. (December 2003). “Evolution without speciation but with selection: LUCA, the Last Universal Common Ancestor in Gilbert’s RNA world”. Genetic and Molecular Research 2 (4): 366–375. PMID 15011140. Diakses 2008-08-30.(also available as PDF) ^ Forterre, Patrick (2005). “The two ages of the RNA world, and the transition to the DNA world: a story of viruses and cells”. Biochimie 87 (9–10): 793–803. doi:10.1016/j.biochi.2005.03.015. PMID 16164990. ^ Cech, T.R. (August 2000). “The ribosome is a ribozyme”. Science 289 (5481): 878–9. doi:10.1126/science.289.5481.878. PMID 10960319. Diakses 2008-09-01. ^ Johnston, W. K. et al. (2001). “RNA-Catalyzed RNA Polymerization: Accurate and General RNA-Templated Primer Extension”. Science 292 (5520): 1319–1325. Bibcode:2001Sci… 292.1319J. doi:10.1126/science.1060786. PMID 11358999. ^ Levy, M. and Miller, S.L. (July 1998). “The stability of the RNA bases: Implications for the origin of life”. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 95 (14): 7933–8. Bibcode:1998PNAS… 95.7933L. doi:10.1073/pnas.95.14.7933. PMC 20907. PMID 9653118. ^ Larralde, R., Robertson, M. P. and Miller, S. L. (August 1995). “Rates of decomposition of ribose and other sugars: implications for chemical evolution”. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 92 (18): 8158–60. Bibcode:1995PNAS…92.8158L. doi:10.1073/pnas.92.18.8158. PMC 41115. PMID 7667262. ^ Lindahl, T. (April 1993). “Instability and decay of the primary structure of DNA”. Nature 362 (6422): 709–15. Bibcode:1993Natur.362..709L. doi:10.1038/362709a0. PMID 8469282. ^ Orgel, L. (November 2000). “A simpler nucleic acid”. Science 290 (5495): 1306–7. doi:10.1126/science.290.5495.1306. PMID 11185405. ^ Nelson, K.E., Levy, M., and Miller, S.L. (April 2000). “Peptide nucleic acids rather than RNA may have been the first genetic molecule”. Proc. Natl. Acad. Sci. U.S.A. 97 (8): 3868–71. Bibcode:2000PNAS…97.3868N. doi:10.1073/pnas.97.8.3868. PMC 18108. PMID 10760258. ^ a b Dawkins, Richard (1996) [1986]. “Origins and miracles”. The Blind Watchmaker. New York: W. W. Norton & Company. ISBN 0-393-31570-3. ^ Davies, Paul (October 6, 2005). “A quantum recipe for life”. Nature 437 (7060): 819. Bibcode:2005Natur.437..819D. doi:10.1038/437819a. PMID 16208350. (subscription required). ^ Martin, W. and Russell, M.J. (2003). “On the origins of cells: a hypothesis for the evolutionary transitions from abiotic geochemistry to chemoautotrophic prokaryotes, and from prokaryotes to nucleated cells”. Philosophical Transactions of the Royal Society: Biological 358 (1429): 59–85. doi:10.1098/rstb.2002.1183. PMC 1693102. PMID 12594918. ^ Kauffman, Stuart A. (1993). The origins of order : self-organization and selection in evolution (ed. Reprint). New York: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-507951-7. ^ Wächtershäuser, G. (August 2000). “Life as we don’t know it”. Science 289 (5483): 1307–8. doi:10.1126/science.289.5483.1307. PMID 10979855. ^ Vasas, V.; Szathmáry, E., Santos, M. (4 January 2010). “Lack of evolvability in self-sustaining autocatalytic networks constraints metabolism-first scenarios for the origin of life”. Proceedings of the National Academy of Sciences 107 (4): 1470–1475. Bibcode:2010PNAS..107.1470V. doi:10.1073/pnas.0912628107. ^ Trevors, J.T. and Psenner, R. (2001). “From self-assembly of life to present-day bacteria: a possible role for nanocells”. FEMS Microbiol. Rev. 25 (5): 573–82. doi:10.1111/j.15746976.2001.tb00592.x. PMID 11742692. ^ Segré, D., Ben-Eli, D., Deamer, D. and Lancet, D. (February–April 2001). “The Lipid World” (PDF). Origins of Life and Evolution of Biospheres 2001 31 (1–2): 119–45. doi:10.1023/A:1006746807104. PMID 11296516. Diakses 2008-09-01. ^ Cairns-Smith, A.G. (1968). “An approach to a blueprint for a primitive organism”. In Waddington, C,H. Towards a Theoretical Biology 1. Edinburgh University Press. hlm. 57–66. ^ Ferris, J.P. (June 1999). “Prebiotic Synthesis on Minerals: Bridging the Prebiotic and RNA Worlds”. Biological Bulletin. Evolution: A Molecular Point of View (Biological Bulletin, Vol. 196, No. 3) 196 (3): 311–314. doi:10.2307/1542957. JSTOR 1542957. PMID 10390828. ^ Hanczyc, M.M., Fujikawa, S.M. and Szostak, Jack W. (October 2003). “Experimental Models of Primitive Cellular Compartments: Encapsulation, Growth, and Division”. Science 302 (5645): 618–622. Bibcode:2003Sci…302..618H. doi:10.1126/science.1089904. PMID 14576428. Diakses 2008-09-01. ^ Hartman, H. (October 1998). “Photosynthesis and the Origin of Life”. Origins of Life and Evolution of Biospheres 28 (4–6): 512–521. Bibcode:1998OLEB…28..515H. doi:10.1023/A:1006548904157. Diakses 2008-09-01. ^ a b Penny, David; Anthony Poole (December 1999). “The nature of the last universal common ancestor” (PDF). Current Opinions in Genetics and Development 9 (6): 672–677. doi:10.1016/S0959-437X(99)00020-9. PMID 10607605. (PDF) ^ “Earliest Life”. University of Münster. 2003. Diakses 2006-03-28. ^ a b Condie, Kent C. Earth as an Evolving Planetary System (ed. 2nd). Burlington: Elsevier Science. ISBN 978-0-12-385228-1. ^ a b Leslie, M. (2009). “On the Origin of Photosynthesis”. Science 323 (5919): 1286–1287. doi:10.1126/science.323.5919.1286. PMID 19264999. ^ Nisbet, E. G.; Sleep, N. H. (2001). “The habitat and nature of early life”. Nature 409 (6823): 1083–1091. doi:10.1038/35059210. PMID 11234022. ^ a b De Marais, David J.; D (September 8, 2000). “Evolution: When Did Photosynthesis Emerge on Earth?”. Science 289 (5485): 1703–1705. doi:10.1126/science.289.5485.1703. PMID 11001737. ^ a b Olson, John M. (February 2, 2006). “Photosynthesis in the Archean Era”. Photosynthesis Research 88 (2 / May, 2006): 109–17. doi:10.1007/s11120-006-9040-5. PMID 16453059. Diakses 2010-02-16. ^ a b Fortey, Richard (September 1999) [1997]. “Dust to Life”. Life: A Natural History of the First Four Billion Years of Life on Earth. New York: Vintage Books. ISBN 0-375-70261-X. ^ a b Chaisson, Eric J. (2005). “Early Cells”. Cosmic Evolution. Tufts University. Diakses 2006-03-29. ^ “Snowball Earth”. snowballearth.org. 2006–2009. Diakses 2012-04-13. ^ “What caused the snowball earths?”. snowballearth.org. 2006–2009. Diakses 2012-04-13. ^ Woese, Carl; J. Peter Gogarten (October 21, 1999). “When did eukaryotic cells evolve? What do we know about how they evolved from earlier life-forms?”. Scientific American. Diakses 2012-04-13. ^ Andersson, Siv G. E.; Alireza Zomorodipour, Jan O. Andersson, Thomas Sicheritz-Pontén, U. Cecilia M. Alsmark, Raf M. Podowski, A. Kristina Näslund, Ann-Sofie Eriksson, Herbert H. Winkler, & Charles G. Kurland (November 12, 1998). “The genome sequence of Rickettsia prowazekii and the origin of mitochondria”. Nature 396 (6707): 133–140. Bibcode:1998Natur.396..133A. doi:10.1038/24094. PMID 9823893. ^ “From prokaryotes to eukaryotes”. Understanding evolution: your one-stop source for information on evolution. University of California Museum of Paleontology. Diakses 2012-04-16. ^ Berglsand, Kristin J.; Robert Haselkorn (June 1991). “Evolutionary Relationships among the Eubacteria, Cyanobacteria, and Chloroplasts: Evidence from the rpoC1 Gene of Anabaena sp. Strain PCC 7120”. Journal of Bacteriology 173 (11): 3446–3455. PMC 207958. PMID 1904436. (PDF) ^ a b c d e f g h i j k l m Dawkins 2004 ^ Takemura, Masaharu (May 2001). “Poxviruses and the origin of the eukaryotic nucleus”. Journal of Molecular Evolution 52 (5): 419–425. doi:10.1007/s002390010171. PMID 11443345. ^ Bell, Philip J (September 2001). “Viral eukaryogenesis: was the ancestor of the nucleus a complex DNA virus?”. Journal of Molecular Evolution 53 (3): 251–256. doi:10.1007/s002390010215. PMID 11523012. ^ Gabaldón, Toni; Berend Snel, Frank van Zimmeren, Wieger Hemrika, Henk Tabak, and Martijn A. Huynen (March 23, 2006). “Origin and evolution of the peroxisomal proteome” (PDF). Biology Direct 1 (1): 8. doi:10.1186/1745-6150-1-8. PMC 1472686. PMID 16556314. ^ Hanson, Richard E., James L. Crowley, Samuel A. Bowring, Jahandar Ramezani et al. (May 21, 2004). “Coeval Large-Scale Magmatism in the Kalahari and Laurentian Cratons During Rodinia Assembly”. Science 304 (5674): 1126–1129. Bibcode:2004Sci…304.1126H. doi:10.1126/science.1096329. PMID 15105458. Diakses 2012-04-13. ^ Li, Z.X.; Bogdanova, S.V., Collins, A.S., Davidson, A., De Waele, B., Ernst, R.E., Fitzsimons, I.C.W., Fuck, R.A., Gladkochub, D.P., Jacobs, J., Karlstrom, K.E., Lu, S., Natapov, L.M., Pease, V., Pisarevsky, S.A., Thrane, K., Vernikovsky, V. (2008). “Assembly, configuration, and break-up history of Rodinia: A synthesis”. Precambrian Research 160 (1–2): 179–210. doi:10.1016/j.precamres.2007.04.021. ^ Chaisson, Eric J. (2005). “Ancient Fossils”. Cosmic Evolution. Tufts University. Diakses 2006-03-31. ^ a b c d Kearey, Philip; Keith A. Klepeis, Frederick J. Vine (2009). Global tectonics. (ed. 3rd). Oxford: Wiley-Blackwell. ISBN 9781405107778. ^ Torsvik, T. H. (30 May 2003). “The Rodinia Jigsaw Puzzle”. Science 300 (5624): 1379–1381. doi:10.1126/science.1083469. PMID 12775828. ^ Zhao, Guochun; Cawood, Peter A.; Wilde, Simon A.; Sun, M. (2002). “Review of global 2.1–1.8 Ga orogens: implications for a pre-Rodinia supercontinent”. Earth-Science Reviews 59 (1–4): 125–162. Bibcode:2002ESRv…59..125Z. doi:10.1016/S0012-8252(02)00073-9. ^ Zhao, Guochun; Sun, M.; Wilde, Simon A.; Li, S.Z. (2004). “A Paleo-Mesoproterozoic supercontinent: assembly, growth and breakup”. Earth-Science Reviews 67 (1–2): 91–123. Bibcode:2004ESRv…67…91Z. doi:10.1016/j.earscirev.2004.02.003. ^ McElhinny, Michael W.; Phillip L. McFadden (2000). Paleomagnetism continents and oceans (ed. 2nd). San Diego: Academic Press. ISBN 9780124833555. ^ Dalziel, I.W.D. (1995). “Earth before Pangea”. Scientific American 1: 58–63. Bibcode:1995SciAm.272a..58D. doi:10.1038/scientificamerican0195-58. ^ “Snowball Earth: New Evidence Hints at Global Glaciation 716.5 Million Years Ago”. Science Daily. 4 Maret 2010. Diakses April 18, 2012. ^ “‘Snowball Earth’ Hypothesis Challenged”. Diakses 29 September 2012. ^ a b Hoffman, P.F.; Kaufman, A.J.; Halverson, G.P.; Schrag, D.P. (1998). “A Neoproterozoic Snowball Earth”. Science 281 (5381): 1342–1346. Bibcode:1998Sci…281.1342H. doi:10.1126/science.281.5381.1342. PMID 9721097. ^ “Two Explosive Evolutionary Events Shaped Early History Of Multicellular Life”. Science Daily. 3 Januari 2008. Diakses 18 April 2012. ^ Xiao, S.; Laflamme, M. (2009). “On the eve of animal radiation: phylogeny, ecology and evolution of the Ediacara biota”. Trends in Ecology and Evolution 24 (1): 31–40. doi:10.1016/j.tree.2008.07.015. PMID 18952316. ^ Patwardhan, A.M. (2010). The Dyanmic Earth System. New Delhi: PHI Learning Private Limited. hlm. 146. ISBN 978-81-203-4052-7. ^ Runkel, Anthony C.; Mackey, Tyler J., Cowan, Clinton A., Fox, David L. (1 November 2010). “Tropical shoreline ice in the late Cambrian: Implications for Earth’s climate between the Cambrian Explosion and the Great Ordovician Biodiversification Event”. GSA Today: 4–10. doi:10.1130/GSATG84A.1. ^ Palmer, Allison R. (1984). “The biomere problem: Evolution of an idea”. Journal of Paleontology 58 (3): 599–611. ^ Hallam, A.; Wignall, P.B. (1997). Mass extinctions and their aftermath (ed. Repr.). Oxford [u.a.]: Oxford Univ. Press. ISBN 978-0-19-854916-1. ^ “Pannotia”. UCMP Glossary. Diakses 2006-03-12. ^ a b “The Mass Extinctions: The Late Ordovician Extinction”. BBC. Diarsipkan dari aslinya tanggal 2006-02-21. Diakses 2006-05-22. ^ Murphy, Dennis C. (20 Mei 2006). “The paleocontinent Euramerica”. Devonian Times. Diakses 18 April 2012. ^ Condie, Kent C. (1997). Plate tectonics and crustal evolution (ed. 4th). Oxford: Butterworth Heinemann. ISBN 978-0-7506-3386-4. ^ Battistuzzi, Fabia U; Feijao, Andreia, Hedges, S Blair (2004). “A Genomic Timescale of Prokaryote Evolution: Insights Into the Origin of Methanogenesis, Phototrophy, and the Colonization of Land”. BMC Evolutionary Biology 4: 44. doi:10.1186/1471-2148-4-44. PMC 533871. PMID 15535883. ^ Pisani, Davide; Laura L. Poling, Maureen Lyons-Weiler, & S. Blair Hedges (January 19, 2004). “The colonization of land by animals: molecular phylogeny and divergence times among arthropods”. BMC Biology 2: 1. doi:10.1186/1741-7007-2-1. PMC 333434. PMID 14731304. ^ Lieberman, Bruce S. (2003). “Taking the Pulse of the Cambrian Radiation”. Integrative and Comparative Biology 43 (1): 229–237. doi:10.1093/icb/43.1.229. PMID 21680426. ^ “The Mass Extinctions: The Late Cambrian Extinction”. BBC. Diakses 2006-04-09. ^ Landing, E.; S. A. Bowring, K. L. Davidek, R. A. Fortey, & W. A. P. Wimbledon (2000). “Cambrian–Ordovician boundary age and duration of the lowest Ordovician Tremadoc Series based on U–Pb zircon dates from Avalonian Wales”. Geological Magazine 137 (5): 485–494. doi:10.1017/S0016756800004507. (abstract) ^ a b Fortey, Richard (September 1999) [1997]. “Landwards, Humanity”. Life: A Natural History of the First Four Billion Years of Life on Earth. New York: Vintage Books. hlm. 138–140, 300. ISBN 0-375-70261-X. ^ Heckman, D. S.; D. M. Geiser, B. R. Eidell, R. L. Stauffer, N. L. Kardos, & S. B. Hedges (August 10, 2001). “Molecular evidence for the early colonization of land by fungi and plants”. Science 293 (5532): 1129–1133. doi:10.1126/science.1061457. PMID 11498589. (abstract) ^ Johnson, E. W.; D. E. G. Briggs, R. J. Suthren, J. L. Wright, & S. P. Tunnicliff (1 May 1994). “Non-marine arthropod traces from the subaereal Ordivician Borrowdale volcanic group, English Lake District”. Geological Magazine 131 (3): 395–406. doi:10.1017/S0016756800011146. Diakses 2012-04-13. (abstract) ^ MacNaughton, Robert B.; Jennifer M. Cole, Robert W. Dalrymple, Simon J. Braddy, Derek E. G. Briggs, & Terrence D. Lukie (2002). “First steps on land: Arthropod trackways in Cambrian-Ordovician eolian sandstone, southeastern Ontario, Canada”. Geology 30 (5): 391–394. Bibcode:2002Geo….30..391M. doi:10.1130/0091-7613(2002)0302.0.CO;2. ISSN 00917613. (abstract)
^ a b Clack, Jennifer A. (December 2005). “Getting a Leg Up on Land”. Scientific American 293 (6): 100. Bibcode:2005SciAm.293f.100C. doi:10.1038/scientificamerican1205-100. Diakses 2012-04-13.
^ McGhee, Jr, George R. (1996). The Late Devonian Mass Extinction: the Frasnian/Famennian Crisis. Columbia University Press. ISBN 0-231-07504-9.
^ Willis, K. J.; J. C. McElwain (2002). The Evolution of Plants. Oxford: Oxford University Press. hlm. 93. ISBN 0-19-850065-3.
^ “Plant Evolution”. Evolution for teaching. University of Waikato. October 2004. Diakses April 18, 2012.
^ “The Day the Earth Nearly Died”. Horizon. BBC. 2002. Diakses 2006-04-09.
^ “Big crater seen beneath ice sheet”. BBC News. 3 June 2006. Diakses April 18, 2012.
^ “New Blood”. Penulis. BBC. Walking with Dinosaurs. 1999. No. 1.
^ “The Mass Extinctions: The Late Triassic Extinction”. BBC. Diarsipkan dari aslinya tanggal 2006-08-13. Diakses 2006-04-09.
^ “Archaeopteryx: An Early Bird”. University of California, Berkeley Museum of Paleontology. 1996. Diakses 2006-04-09.
^ Soltis, Pam; Doug Soltis, & Christine Edwards (2005). “Angiosperms”. The Tree of Life Project. Diakses 2006-04-09.
^ Chaisson, Eric J. (2005). “Recent Fossils”. Cosmic Evolution. Tufts University. Diakses 2006-04-09.
^ Hoffecker, J. 2002. Desolate Landscapes: Ice Age Settlement in Eastern Europe. Rutgers University Press: New Jersey.
^ Goren-Inbar, Naama; Nira Alperson, Mordechai E. Kislev, Orit Simchoni, Yoel Melamed, Adi Ben-Nun, & Ella Werker (2004-04-30). “Evidence of Hominin Control of Fire at Gesher Benot Ya’aqov, Israel”. Science 304 (5671): 725–727. Bibcode:2004Sci…304..725G. doi:10.1126/science.1095443. PMID 15118160. Diakses 2012-04-13. (abstract)
^ McClellan (2006). Science and Technology in World History: An Introduction. Baltimore, Maryland: JHU Press. ISBN 0-8018-8360-1. Page 8-12
^ a b c d e f McNeill 1999
^ Gibbons, Ann (2003). “Oldest Members of Homo sapiens Discovered in Africa”. Science 300 (5626): 1641. doi:10.1126/science.300.5626.1641. PMID 12805512. Diakses 2012-04-13. (abstract)
^ a b c Hopfe, Lewis M. (1987) [1976]. “Characteristics of Basic Religions”. Religions of the World (ed. 4th). New York: MacMillan Publishing Company. hlm. 17, 17–19. ISBN 0-02356930-1.
^ “Chauvet Cave”. Metropolitan Museum of Art. Diakses 2006-04-11.
^ Patrick K. O’Brien, ed. (2003) [2002]. “The Human Revolution”. Atlas of World History (ed. concise). New York: Oxford University Press. hlm. 16. ISBN 0-19-521921-X.
^ Toth, Nicholas; Schick, Kathy (2007). “Handbook of Paleoanthropology”. In Henke, H.C. Winfried; Hardt, Thorolf; Tatersall, Ian. Handbook of Paleoanthropology. Volume 3. Berlin; Heidelberg; New York: Springer-Verlag. p. 1944. (PRINT: ISBN 978-3-540-32474-4 ONLINE: ISBN 978-3-540-33761-4)
^ Dawkins, Richard (1989) [1976]. “Memes: the new replicators”. The Selfish Gene (ed. 2nd). Oxford: Oxford University Press. hlm. 189–201. ISBN 0-19-286092-5.
^ Tudge, Colin (1998). Neanderthals, Bandits and Farmers: How Agriculture Really Began. London: Weidenfeld & Nicolson. ISBN 0-297-84258-7.
^ Diamond, Jared (1999). Guns, Germs, and Steel. W. W. Norton & Company. ISBN 0-393-31755-2.
^ Sassen, Saskia (2001). The Global City: New York, London, Tokyo (ed. 2nd). Princeton University Press. ISBN 0-691-07063-6.
^ “Human Spaceflight and Exploration – European Participating States”. ESA. 2006. Diakses 2006-03-27.
^ “Expedition 13: Science, Assembly Prep on Tap for Crew”. NASA. January 11, 2006. Diakses 2006-03-27.
Daftar pustaka
Dalrymple, G. B. (1991). The Age of the Earth. California: Stanford University Press. ISBN 0-8047-1569-6. Dalrymple, G. Brent (2001). “The age of the Earth in the twentieth century: a problem (mostly) solved”. Geological Society, London, Special Publications 190 (1): 205–221. Bibcode:2001GSLSP.190..205D. doi:10.1144/GSL.SP.2001.190.01.14. Diakses 2012-04-13. Dawkins, Richard (2004). The Ancestor’s Tale: A Pilgrimage to the Dawn of Life. Boston: Houghton Mifflin Company. ISBN 0-618-00583-8. Gradstein, F. M.; Ogg, James George; Smith, Alan Gilbert, ed. (2004). A Geological Time Scale 2004. Reprinted with corrections 2006. Cambridge University Press. ISBN 978-0-52178673-7. (2008) On the Geological Time Scale 2008 , International Commission on Stratigraphy. Docket Fig. 2. (Report). Retrieved on 20 April 2012. Levin, H. L. (1987). The Earth through time (ed. 3rd). Saunders College Publishing. ISBN 0-03-008912-3. Lunine, J. I. (1999). Earth: evolution of a habitable world. United Kingdom: Cambridge University Press. ISBN 0-521-64423-2. McNeill, Willam H. (1999) [1967]. A World History (ed. 4th). New York: Oxford University Press. ISBN 0-19-511615-1. Melosh, H. J.; Vickery, A. M. & Tonks, W. B. (1993). Impacts and the early environment and evolution of the terrestrial planets, in Levy, H.J. & Lunine, J.I. (eds.): Protostars and Planets III, University of Arizona Press, Tucson, pp. 1339–1370. Stanley, Steven M. (2005). Earth system history (ed. 2nd). New York: Freeman. ISBN 978-0-7167-3907-4. Stern, T. W.; Bleeker, W. (1998). “Age of the world’s oldest rocks refined using Canada’s SHRIMP: The Acasta Gneiss Complex, Northwest Territories, Canada”. Geoscience Canada 25: 27–31. Wetherill, G. W. (1991). “Occurrence of Earth-Like Bodies in Planetary Systems”. Science 253 (5019): 535–538. Bibcode:1991Sci…253..535W. doi:10.1126/science.253.5019.535. PMID 17745185. Pranala luar Cosmic Evolution – a detailed look at events from the origin of the universe to the present Valley, John W. “A Cool Early Earth?” Scientific American. 2005 October 58–65. – discusses the timing of the formation of the oceans and other major events in Earth’s early history. Davies, Paul. “Quantum leap of life”. The Guardian. 2005 December 20. – discusses speculation on the role of quantum systems in the origin of life Evolution timeline (uses Shockwave). Animated story of life shows everything from the big bang to the formation of the earth and the development of bacteria and other organisms to the ascent of man. Portal Astronomi Cosmic Evolution – a detailed look at events from the origin of the universe to the present Valley, John W. “A Cool Early Earth?” Scientific American. 2005 October 58–65. – discusses the timing of the formation of the oceans and other major events in Earth’s early history. Davies, Paul. “Quantum leap of life”. The Guardian. 2005 December 20. – discusses speculation on the role of quantum systems in the origin of life Evolution timeline (uses Shockwave). Animated story of life shows everything from the big bang to the formation of the earth and the development of bacteria and other organisms to the ascent of man. Portal Astronomi Cosmic Evolution – a detailed look at events from the origin of the universe to the present Valley, John W. “A Cool Early Earth?” Scientific American. 2005 October 58–65. – discusses the timing of the formation of the oceans and other major events in Earth’s early history. Davies, Paul. “Quantum leap of life”. The Guardian. 2005 December 20. – discusses speculation on the role of quantum systems in the origin of life Evolution timeline (uses Shockwave). Animated story of life shows everything from the big bang to the formation of the earth and the development of bacteria and other organisms to the ascent of man. Portal Astronomi Cosmic Evolution – a detailed look at events from the origin of the universe to the present Valley, John W. “A Cool Early Earth?” Scientific American. 2005 October 58–65. – discusses the timing of the formation of the oceans and other major events in Earth’s early history. Davies, Paul. “Quantum leap of life”. The Guardian. 2005 December 20. – discusses speculation on the role of quantum systems in the origin of life Evolution timeline (uses Shockwave). Animated story of life shows everything from the big bang to the formation of the earth and the development of bacteria and other organisms to the ascent of man. Portal Astronomi http://id.wikipedia.org (http://id.wikipedia.org) Article by contributors like you Provided under CC BY-SA 3.0 Terms of Use | Privacy Policy Posted from WordPress for Android Posted in Uncategorized
Leave a comment
History of Nusantara APR 16 Posted by AdityaZu Sejarah Nusantara (1509-1602) Artikel ini bagian dari seri Sejarah Indonesia Lihat pula: Garis waktu sejarah Indonesia Sejarah Nusantara Prasejarah Kerajaan Hindu-Buddha Kutai (abad ke-4) Tarumanagara (358–669) Kalingga (abad ke-6 sampai ke-7) Sriwijaya (abad ke-7 sampai ke-13) Sailendra (abad ke-8 sampai ke-9) Kerajaan Medang (752–1006) Kerajaan Kahuripan (1006–1045) Kerajaan Sunda (932–1579) Kediri (1045–1221) Dharmasraya (abad ke-12 sampai ke-14) Singhasari (1222–1292) Majapahit (1293–1500) Malayapura (abad ke-14 sampai ke-15) Kerajaan Islam Penyebaran Islam (1200-1600) Kesultanan Samudera Pasai (1267-1521) Kesultanan Ternate (1257–sekarang) Kerajaan Pagaruyung (1500-1825) Kesultanan Malaka (1400–1511) Kerajaan Inderapura (1500-1792) Kesultanan Demak (1475–1548) Kesultanan Kalinyamat (1527–1599) Kesultanan Aceh (1496–1903) Kesultanan Banten (1527–1813) Kesultanan Cirebon (1552 – 1677) Kesultanan Mataram (1588—1681) Kesultanan Siak (1723-1945) Kesultanan Pelalawan (1725-1946) Kerajaan Kristen Kerajaan Larantuka (1600-1904) Kolonialisme bangsa Eropa Portugis (1512–1850) VOC (1602-1800) Belanda (1800–1942) Kemunculan Indonesia Kebangkitan Nasional (1899-1942) Pendudukan Jepang (1942–1945) Revolusi nasional (1945–1950) Indonesia Merdeka Orde Lama (1950–1959) Demokrasi Terpimpin (1959–1965) Masa Transisi (1965–1966) Orde Baru (1966–1998) Era Reformasi (1998–sekarang) Berikut ini adalah kronologis Sejarah Nusantara (Indonesia) pada era kolonialisme Portugis (1509-1602). Abad 16Sunting 1509-1520 1509 Portugis tiba pertama kali di Melaka. 1511 April, Admiral Portugis Alfonso de Albuquerque memutuskan berlayar dari Goa ke Melaka. 10 Agustus, Pasukan Albuquerque menguasai Melaka. Sultan Melaka melarikan diri ke Riau. Portugis di Melaka menghancurkan armada Jawa. Kapal mereka karam dengan seluruh hartanya dalam perjalanan kembali ke Goa. Pati Unus menaklukkan Jepara Desember, Albuquerque mengirim tiga kapal di bawah Antonio de Abreu dari Melaka untuk menjelajah ke arah Timur. 1512 Perjalanan ekspedisi De Abreu dari Melaka menuju Madura, Bali, Lombok, Aru dan Banda. Dua kapal rusak di Banda. De Abreu kembali ke Melaka; Francisco Serrão memperbaiki kapal dan melanjutkan menuju ke Ambon, Ternate, dan Tidore. Serrão menawarkan dukungan bagi Ternate dalam perselisihannya dengan Tidore, pasukannya mendirikan sebuah pos Portugis di Ternate. 1513 Pasukan dari Jepara dan Palembang menyerang Portugis di Melaka, tetapi berhasil dipukul mundur. Maret, Portugis mengirim seorang duta menemui Raja Pajajaran. Portugis diizinkan untuk membangun sebuah benteng di Sunda Kelapa (sekarang Jakarta). Portugis menghubungi Raja Udara, anak dari Girindrawardhana dan penguasa bekas kerajaan Majapahit Portugis membangun pabrik-pabrik di Ternate dan Bacan. Udara menyerang Demak dengan bantuan dari Raja Klungkung dari Bali. Pasukan Majapahit dipukul mundur, tapi Sunan Ngudung tewas dalam pertempuran. Banyak pendukung Majapahit melarikan diri ke Bali. 1514 Ali Mughayat Syah mendirikan Kesultanan Aceh, dan menjadi Sultan Aceh pertama. 1515 Portugis pertama kali tiba di Timor. 1518 Sultan Mahmud dari Melaka mengambil alih kekuasaan di Johore. Raden Patah meninggal dunia; Pati Unus menjadi Sultan Demak. 1520 Aceh mulai menguasai pantai timur laut Sumatra. Rakyat Bali menyerang Lombok. Para pedagang Portugis mulai mengunjungi Flores dan Solor. Banjar di Kalimantan menjadi Islam. 1521-1530 1521 Yunus memimpin armada dari Demak dan Cirebon melawan orang-orang Portugis di Melaka. Yunus terbunuh dalam pertempuran. Trenggono menjadi Sultan Demak. Portugis merebut Pasai di Sumatra; Gunungjati meninggalkan Pasai berangkat ke Mekkah. Kapal terakhir dari ekspedisi Magelhaenz mengeliling dunia berlayar antara pulau Lembata dan Pantar di Nusa Tenggara. 1522 Februari ekspedisi Portugis di bawah De Brito tiba di Banda. Mei, ekspedisi De Brito tiba di Ternate, membangung sebuah benteng Portugis. Banten, yang masih beragama Hindu, meminta bantuan Portugis dalam menghadapi Demak yang Muslim. Sisa-sisa ekspedisi Magelhaenz berkeliling dunia mengunjungi Timor. Portugis membangun benteng di Hitu, Ambon. 1523 Gunungjati kembali dari Mekkah dan menetap di Demak, menikahi saudara perempuan Sultan Trenggono. 1524 Gunungjati dan anaknya Hasanuddin melakukan dakwah secara terbuka dan rahasia di Jawa Barat untuk memperlemah Kerajaan Pajajaran dan persekutuannya dengan Portugis. Pemerintah lokal di Banten, yang tadinya tergantung pada Pajajaran, masuk Islam dan bergabung dengan pihak Demak. Aceh merebut Pasai dan Pedir di Sumatra utara. 1525 Hasanuddin, anak dari Gunungjati, melakukan dakwah di Lampung. 1526 Portugis membangun benteng pertama di Timor. 1527 Demak menaklukkan Kediri, sisa-sisa Hindu dari kerajaan Majapahit; Sultan-sultan Demak mengklaim sebagai pengganti Majapahit; Sunan Kudus ikut serta. Demark merebut Tuban. Demak, dengan bantuan dari Banten, merebut Sunda Kelapa dari Pajajaran; mengganti namanya menjadi Jayakarta. (Sukses ini dikatakan berkat pimpinan “Fatahillah”—atau, sesuai dengan kekeliruan ucapan Portugis, “Falatehan”—namun mungkin ini adalah nama yang diberikan kepada Sunan Gunungjati.) Kerajaan Pajajaran didorong ke pedalaman dari daerah pesisir. Kerajaan Palakaran di Madura, yang berbasis di Arosbaya (kini Bangkalan), menjadi Islam di bawah Kyai Pratanu. Ekspedisi dari Spanyol dan Meksiko berusaha mengusir Portugis dari Maluku. 1529 Demak menaklukkan Madiun. Raja-raja Spanyol dan Portugal sepakat bahwa Maluku harus menjadi milik Portugal, dan Filipina menjadi milik Spanyol. 1530 Salahuddin menjadi Sultan Aceh. Surabaya dan Pasuruan takluk kepada Demak. Demak merebut Balambangan, kerajaan Hindu terakhir di ujung timur Jawa. Gowa mulai meluas dari dari Makassar. Banten memperluas pengaruhnya atas Lampung. 1531-1540 1536 Serangan besar Portugis terhadap Johore. Antonio da Galvão menjadi gubernur di pos Portugis di Ternate; mendirikan pos Portugis di Ambon. Portugis membawa Sultan Tabariji dari Ternate ke Goa karena mencurigainya melakukan kegiatan-kegiatan anti Portugis activity, menggantikannya dengan saudara-saudaranya. 1537 Serangan Aceh atas Melaka gagal. Salahuddin dari Aceh digantikan oleh Alaudin Riayat Syah I. 1539 Aceh menyerang suku Batak di selatan mereka. 1540 Portugis berhubungan dengan Gowa. Kesultanan Butung didirikan. 1541-1550 1545 Demak menaklukkan Malang.Gowa membangun benteng di Ujung Pandang. 1546 Demak menyerang Balambangan namun gagal. Trenggono dari Demak meninggal dan digantikan oleh Prawata. Menantunya, Joko Tingkir memperluas pengaruhnya dari Pajang (dekat Sukoharjo sekarang). St. Fransiskus Xaverius pergi ke Morotai, Ambon, dan Ternate. 1547 Aceh menyerang Melaka. 1550 Portugis mulai membangun benteng-benteng di Flores. 1551-1560 1551 Johore menyerang Portugis Melaka dengan bantuan dari Kerajaan Kalinyamat (Jepara). Pasukan-pasukan dari Ternate menguasai Kesultanan Jailolo di Halmahera dengan bantuan Portugis. 1552 Hasanuddin memisahkan diri dari Demak dan mendirikan Kesultanan Banten, lalu merebut Lampung untuk Kesultanan yang baru. Aceh mengirim duta ke Sultan Ottoman di Istanbul. 1558 Leiliato memimpin suatu pasukan dari Ternate untuk menyerang Portugis di Hitu. Portugis membangun benteng di Bacan. Ki Ageng Pemanahan menerima distrik Mataram dari Joko Tinggir, memerintah di Pajang. Wabah cacar di Ternate. 1559 Para misionaris Portugis mendarat di Timor. Khairun menjadi Sultan Ternate. 1560 Portugis mendirikan pos misi dan perdagangan di Panarukan, di ujung timur Jawa. Spanyol mendirikan pos di Manado. 1561-1570 1561 Sultan Prawata dari Demak meninggal dunia. Misi Dominikan Portugis didirikan di Solor. 1564 Wabah cacar di Ambon. 1565 Aceh menyerang Johore. Kutai di Kalimantan menjadi Islam. 1566 Misi Dominikan Portugis di Solor membangun sebuah benteng batu. 1568 Serangan yang gagal oleh Aceh di Melaka Portugis. 1569 Portugis membangun benteng kayu di pulau Ambon. 1570 Aceh menyerang Johore lagi, namun gagal. Sultan Khairun dari Ternate menandatangani sebuah perjanjian damai dengan Portugis, tetapi esok harinya ternyata ia diracuni. Agen-agen Portugis dicurigai melakukannya. Babullah menjadi Sultan (hingga 1583), dan bersumpah untuk mengusir Portugis keluar dari benteng-benteng mereka. Maulana Yusup menjadi Sultan Banten. 1571-1580 1571 Alaudin Riayet Shah meninggal, kekacauan di Aceh hingga 1607. 1574 Kesultanan Aceh dan Kerajaan Kalinyamat (Jepara) memimpin serangan yang gagal di Melaka, tetapi aksi tersebut membuat Portugis angkat kaki karena merasa terancam dengan serangan dari Jepara. 1575 Sultan Babullah mengusir Portugis dari Ternate. Karena itu Portugis membangun sebuah benteng di Tidore. 1576 Portugis membangun benteng di kota Ambon sekarang. 1577 Ki Ageng Pemanahan mendirikan Kota Gede (dekat Yogyakarta sekarang). 1579 Banten merebut sisa-sisa Pajajaran, menjadikannya Islam. November, Sir Francis Drake dari Britania, setelah menyerang kapal dan pelabuhan Spanyol di Amerika, tiba di Ternate. Sultan Babullah, yang juga membenci orang-orang Spanyol, mengadakan perjanjian persahabatan dengan Britania. 1580 Maulana Muhammad menjadi Sultan Banten. Portugal jatuh ke tangan kerajaan Spanyol; usaha-usaha kolonial Portugis tidak dipedulikan. Drake mengunjungi Sulawesi dan Jawa, dalam perjalanan pulang ke Britania. Ternate menguasai Butung. 1581 Sekitar saat ini, Kyai Ageng Pemanahan mengambil alih distrik Mataram (yang telah dijanjikan kepadanya oleh Joko Tingkir, yang menundanya hingga Sunan Kalijaga dari Wali Songo mendesaknya), mengubah namanya menjadi Kyai Gedhe Mataram. 1584 Sutawijaya menggantikan ayahnya Kyai Gedhe Mataram sebagai pemerintah lokal dari Mataram, memerintah dari Kota Gede. 1585 Sultan Aceh mengirim surat kepada Elizabeth I dari Britania. Kapal Portugis yang dikirim untuk membangun sebuah benteng dan misi di Bali karam tepat di lepas pantai. 1587 Sutawijaya mengalahkan Pajang dan Joko Tingkir meninggal; garis keturunan beralih kepada Sutawijaya. Gunung Merapi meletus. Portugis di Melaka menyerang Johore. Portugis menandatangani perjanjian perdamaian dengan Sultan Aceh. Sir Thomas Cavendish dari Britania mengunjungi Jawa. 1588 Sutawijaya mengganti namanya menjadi Senopati; merebut Pajang dan Demak. 1590 Desa asli Medan didirikan. 1591-1659 1591 Senopati merebut Madiun, lalu Kediri. Sir James Lancaster dari Britania tiba di Aceh dan Penang, tetapi misinya gagal. Ternate menyerang Portugis di Ambon. 1593 Ternate mengepung Portugis di Ambon kembali. 1595 2 April, ekspedisi Belanda di bawah De Houtman berangkat ke Hindia Belanda. Suriansyah menjadikan Banjar di Kalimantan sebuah Kesultanan (belakangan Banjarmasin). Portugis membangun benteng di Ende, Flores. 1596 5 Juni, ekspedisi De Houtman tiba di Sumatra. 23 Juni, ekspedisi De Houtman tiba di Banten. Mula-mula diterima dengan bersahabat, namun setelah kelakuan yang kasar oleh Belanda, Sultan Banten, bersama-sama dengan orang-orang Portugis yang ditempatkan di Banten, menembaki kapal-kapal Belanda. Ekspedisi De Houtman dilanjutkan di sepanjang pantai utara Jawa. Sebuah kapal hilang di tangan para perompak. Lebih banyak perilaku yang buruk menyebabkan timbulnya kesalahpahaman dan kekerasan di Madura: seorang pangern Madura terbunuh, beberapa pelaut Belanda ditangkap dan ditawan, De Houtman harus menebus mereka agar dibebaskan. Abul Mufakir menjadi Sultan Banten. 1597 Beberapa anggota ekspedisi De Houtman menetap di Bali dan menolak pergi. Berlawanan dengan perintah, sebuah armada Portugis di bawah Lourenzo de Brito memutuskan untuk melakukan pembalasan terhadap Sultan Banten karena melakukan bisnis dengan pedagang-pedagang Belanda. Armada ini dikalahkan oleh Banten dan dipaksa mundur. Sisa-sisa ekspedisi De Houtman (89 orang dari semula 248 pelaut) kembali ke Belanda dengan rempah-rempah. Senopati menyerang Banten, namun dipukul balik. 1598 22 kapal Belanda dalam lima ekspedisi berangkat ke timur. Dewan Negara Belanda mengusulkan agar perusahaan-perusahaan yang bersaingan dipersatukan. Ekspedisi kedua De Houtman mengikutsertakan John Davis, seorang mata-mata Inggris. Van Noort berangkat untuk berlayar mengitari ujung timur benua Amerika ke Hindia Belanda. Senopati menyerang wilayah barat Surabaya. 1599 Ekspedisi Belanda di bawah Van Neck tiba di Maluku, mulai melakukan perdagangan yang sukses di Banda, Ambon dan Ternate. Juni terbunuh De Houtman dalam konflik dengan Sultan Aceh. Gereja-gereja Belanda mulai menyerukan pekerjaan misi di Hindia Belanda. Abad 17Sunting 1600-1602 1600 Ekspedisi Van Noort menyerang Spanyol di Guam. Portugis membangun sebuah pos perdagangan di Jepara, yang kini telah menjadi obyek wisata yang dikenal dengan nama Benteng Portugis. Tiga orang ulama Minangkabau, Abdul Makmur (Dato ri Bandang), Sulaiman (Dato ri Patimang), dan Abdul Jawad (Dato ri Tiro) menyebarkan Islam di Kerajaan Gowa-Tallo(Makassar). September Admiral Belanda Van den Haghen mengadakan aliansi dengan Hitu dalam menghadapi Portugis di Ambon. 31 Desember, Elizabeth I dari Britania mengesahkan didirikannya Perusahaan Hindia Timur Britania. 1601 Senopati digantikan oleh Krapyak di Mataram. Portugis mengirim sebuah armada dari Goa, India, untuk mengusir orang-orang Belanda dari Hindia Belanda. Britania mendirikan benteng di Banda. Aceh mengirim dua orang utusan ke Eropa untuk mengamati dan melaporkan situasinya kepada Sultan. 25-27 Desember, lima kapal Belanda mengalahkan armada Portugis yang terdiri dari 30 kapal dalam pertempuran di pelabuhan Banten. Topik Indonesia Sejarah Nusantara Prasejarah Kerajaan Hindu-Buddha Kerajaan Islam Era Portugis Era VOC Era Belanda Era Jepang Era Kemerdekaan Sejarah Indonesia Sejarah nama Indonesia Proklamasi Masa transisi Era Orde Lama (Dekrit Presiden Demokrasi Terpimpin Gerakan 30 September) Era Orde Baru (Supersemar Integrasi Timor Timur Gerakan 1998) Era reformasi Geografi Air terjun Bendungan & Waduk Danau Gunung & pegunungan Gunung berapi Laut Pulau & kepulauan Selat Sungai Tanjung & ujung Teluk Titik-titik garis pangkal Politik dan pemerintahan Pemerintah Presiden Kementerian MPR DPR DPD MA MK KY BPK Perwakilan di luar negeri Kepolisian Militer Lembaga pemerintahan Administratif (Provinsi Kabupaten/kota Kecamatan dan kelurahan/desa) Hubungan luar negeri Hukum Undang-Undang Pemilu Partai politik Kewarganegaraan Indonesia Ekonomi Bank Pasar modal Bursa Efek Indonesia Bursa Berjangka Jakarta Pariwisata Perusahaan BUMN Sains dan Teknologi Transportasi Demografi Suku Bahasa Agama Nama Indonesia Tokoh Budaya Seni Film Tari Sastra Musik Lagu Masakan Mitologi Pendidikan Olahraga Busana daerah Arsitektur (Bandar udara Pelabuhan Stasiun kereta api Terminal Pembangkit listrik) Warisan budaya (Wayang Batik Keris Angklung Tari Saman Noken) Simbol Sang Saka Merah Putih Garuda Pancasila Ibu Pertiwi Nusantara Flora fauna Fauna Flora Bunga Binatang Burung Ikan Tumbuhan Cagar alam Suaka margasatwa Taman nasional Terumbu karang Lainnya Media Telekomunikasi Internet Televisi nasional Televisi lokal Tanda kehormatan Kode telepon Kode kendaraan Kodepos Hari penting Portal Indonesia Terakhir diubah pada 1 tahun yang lalu http://id.wikipedia.org (http://id.wikipedia.org) Wikipedia ™ Konten tersedia di bawah CC BY-SA 3.0 kecuali apabila disebutkan lisensi yang lain. Privasi Posted from WordPress for Android Posted in Uncategorized
Leave a comment
Blog at WordPress.com.