Logo Halaman Utama
Jurusan Fisika
Link Penting
Unit Jaminan Mutu
SPMI
Open Access Journal
admin
June 1, 2014
Search
No comments
Berita
Posting Terbaru SELAMAT DATANG DI KUESIONER VISI DAN MISI PROGRAM STUDI FISIKA (KUESIONER-F) DAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA (KUESIONER-PF) FMIPA UNESA. SILAHKAN KLIK LINK BERIKUT: KUESIONER-F. KUESIONER INI KHUSUS UNTUK MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 FISIKA JURUSAN FISIKA FMIPA UNESA.
KUESIONER VISI DAN MISI Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA) PENULISAN KARYA ILMIAH
KUESIONER-PF. KUESIONER INI KHUSUS UNTUK MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN FISIKA FMIPA UNESA.
TRACER STUDY ONLINE ALUMNI DAN PENGGUNA ALUMNI FMIPA UNESA
PETUNJUK PENGISIAN KUESIONER
ORASI ILMIAH PENGUKUHAN GURU BESAR Prof. Dr. Madlazim, M.Si Tgl. 28
1. Isilah semua (10 kuis) dengan cara memilih salah satu jawaban yang tersedia.
Kategori
2. Setelah mengisi semua kuis, jangan lupa klik “Kirim” supaya jawaban saudara tersimpan ke dalam database.
Agenda Artikel Berita Kemahasiswaan KUESIONER VISI-MISI PRODI FISIKA News Flash
admin
February 11, 2014
No comments
Berita
Penelitian Pengumuman
Jurnal Penelitian Fisika dan Aplikasinya (JPFA), ISSN:2087-9946, adalah jurnal peer-reviewed yang dikelola dan diterbitkan secara online oleh Jurusan Fisika Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (UNESA). Jurnal ini terdsedia gratis untuk seluruh pembaca dan mencakup perkembangan dan penelitian dalam bidang Fisika Modern dan Fisika Klasik, Fisika Eksperimen dan aplikasinya termasuk: Pendidikan Fisika, Fisika Instrumentasi dan Pengukuran, Fisika Material, Fisika Komputasi dan Fisika Bumi. Labih lebih lanjut, silahkan klik di sini.
Komentar Terbaru
Dokumen Lama June 2014 February 2014 January 2014 September 2013 August 2013
admin
January 3, 2014
July 2013
Agenda, Artikel, Berita, KUESIONER VISI-MISI PRODI FISIKA, News
June 2013
No comments
Flash, Penelitian, Pengumuman
March 2013 DESKRIPSI JOKO TINGKIR
January 2013
PANDUAN PENGUKURAN DURASI RUPTURE SECARA MANUAL
December 2012 September 2012
PaketLengkapPengukuran Durasi Rupture
January 2012 Kalender May 2018 M
T
W
T
F
S
S
7 14 21 28 « Jun
1 8 15 22 29
2 9 16 23 30
3 10 17 24 31
4 11 18 25
5 12 19 26
6 13 20 27
Blogroll Documentation Feedback Plugins Support Forums Themes WordPress Blog WordPress Planet Link Kampus Unesa Fakultas MIPA IOP Jurnal Fisika Unesa Lemlit Unesa Pasca Sarjana Physics today SCOPUS PROFILE AUTHOR Sistem Akademik Universitas Negeri Surabaya Link Penting Lain Diknaga Softawre Joko Tingkir hasil karya dosen Fisika FMIPA UNESA ini sejak tahun 2012 telah diujicoba secara offline dan sejak pertengahan 2013 telah diujicoba secara real time di Pusat Penelitian dan Pengembangan (PUSLITBANG) BMKG Jakarta. Gambar di atas adalah sampel hasil proses aplikasi real time menggunakan software Joko Tingkir untuk gempa bumi yang terjadi di Irian Jaya pada tanggal 9 Januari 2014. Hasilnya sangat menggembirakan karena sangat jitu dalam mendeteksi apakah suatu gempa bumi berpotensi tsunami atau tidak secara cepat dan lebih akurat. Kriteria tsunami yang digunakan oleh Madlazim, pembuat software Joko Tingkir ini, lebih stabil dibandingkan kriteria tsunami yang selama ini dipakai Ina-TEWS (Indonesian Tsunami Early Warning System) yang sudah diinstal di BMKG sejak 2008. Joko Tingkir akan diterapkan BMKG mulai tahun 2014. Berita selengkapnya bisa dibaca di majalah TEMPO edisi 25 Februari samapi 3 Maret 2013 atau di KORAN TEMPO edisi 25 Februari 2013 atau bisa juga login di website-nya tempo sbb.: http://majalah.tempo.co/kanal/2013/02/24/Sains atau http://koran.tempo.co/kanal/2013/02/25/12/Iptek atau http://m.majalah.tempo.co/kanal/2013/02/24/Sains. Yang paling mudah adalah dengan cara klik link berikut TEMPO_OK.. Berikut file presentasi hasil validasi Joko Tingkir untuk peringatan dini tsunami real time yang dilakukan oleh Tim PUSLITBANG BMKG Pusat Jakarta disajikan pada
In the 3rd International Symposium on Earthquake and Disaster Mitigation (ISEDM) Yogyakarta, 17-18 December 2013 Validation.Jktgkr-Masturyono2
Dikti DP2M Ristek Blogroll Documentation WordPress Blog Support Forums Plugins Themes Feedback WordPress Planet Link Kampus Unesa IOP Universitas Negeri Surabaya Fakultas MIPA Jurnal Fisika Unesa Lemlit Unesa
admin
January 1, 2014
No comments
Berita
Pasca Sarjana Sistem Akademik
BEBERAPA KESALAHAN UMUM DALAM PENULISAN KARYA ILMIAH
Physics today SCOPUS PROFILE AUTHOR
Parlindungan Pardede Artikel ini bisa diakses di: http://parlindunganpardede.wordpress.com/academic-writingskills/articles/beberapa-kesalahan-umum-dalam-penulisan-karya-ilmiah/ Pendahuluan
Link Penting Lain Dikti DP2M
As a skill, scientific writing needs practices to master. During the practices, one’s own and other people’s mistakes are very helpful guides in order not to commit similar mistakes. This article deals with some common mistakes identified in the works of some university students, including essays, reports, and “skripsi”. The mistakes cover the areas of how to write effective paragraphs, how to make clear writing, how to quote from various sources, and how to write reference list. By recognizing the errors, readers will hopefully be able to produce better scientific writings.
Diknaga Ristek Link Penting Lain Dikti
Keywords: karya-ilmiah, makalah, struktur, proses penulisan
DP2M
Pendahuluan
Diknaga
Ada satu kecenderungan buruk di dunia pendidikan, yaitu menganggap kesalahan sebagi sesuatu yang buruk dan harus dihindari. Selama dua puluh dua tahun pertama dalam hidupnya, setiap orang diajarkan bahwa kesalahan adalah hal yang memalukan dan harus dihindari. Padahal, kesalahan sebenarnya merupakan pedoman untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama. Winston Churchil, mantan Perdana Mentri Inggris, pernah berkata: “All men make mistakes, but only wise men learn from their mistakes.” Pernyataan ini mengungkapkan bahwa kesalahan merupakan kesempatan untuk membuat sesuatu yang lebih baik. James Joyce, penulis kenamaan Irlandia, menegaskan: “Mistakes are the portals of discovery.” Jadi, semakin banyak kesalahan yang bisa diidentifikasi seseorang (termasuk kesalahan orang lain) semakin banyak dia belajar dan semakin besar pula kesempatan baginya membuat sesuatu yang lebih berkualitas pada kesempatan berikutnya. Paradigma bahwa kesalahan adalah pedoman untuk melakukan sesuatu lebih baik ini sangat bermanfaat untuk diterapkan dalam penulisan karya ilmiah. Berdasarkan pengalaman penulis dalam membimbing penulisan makalah, artikel, dan skripsi oleh mahasiswa dan dalam mengedit tulisan ilmiah, terdapat empat kelompok kesalahan yang sering dilakukan para penulis (pemula): bagaimana membuat alinea yang efektif, bagaimana membuat tulisan mudah dipahami, bagaimana cara mengutip dengan benar, dan bagaimana cara menuliskan referensi. Diharapkan, pemahaman kita akan keempat macam kesalahan tersebut akan memampukan kita menghasilkan karya ilmiah yang lebih baik. A. Alinea Yang Efektif
Ristek Halaman Utama Jurusan Fisika Profile Kurikulum Kurikulum Pendidikan Fisika Kurikulum Fisika Dosen dan Karyawan Laboratorium Fisika Dasar Elektronika & Instrumen Eksperimen Komputasi Pembelajaran Gallery Foto Link Penting Jurnal Fisika Mahasiswa Alumni Alumni Pendidikan Fisika Alumni Fisika Unit Jaminan Mutu SPMI Open Access Journal
Pada dasarnya setiap karya tulis merupakan sekumpulan alinea yang membahas suatu permasalahan. Oleh karena itu, kemampuan menulis alinea yang baik adalah persyaratan yang sangat penting dalam menulis karya ilmiah. Berikut ini merupakan konsep-konsep mendasar yang perlu dikuasai dalam rangka mengembangkan kemampuan menulis alinea yang efektif. Alinea pada hakikatnya merupakan perpaduan sekelompok kalimat yang membahas satu ide pokok. Seluruh kalimat itu harus memiliki hubungan logis. Kalimat yang tidak berhubungan logis (atau tidak relevan dengan ide) pokok harus dihapus dari alinea. Kalimat yang bersifat pengulangan juga harus dihilangkan. Salah satu pertanyaan yang sering diajukan tentang alinea adalah: Berapa jumlah kalimat yang diperlukan untuk membuat sebuah alinea? Tidak ada jawaban yang pasti untuk pertanyaan ini. Yang perlu dipedomani adalah bahwa sebuah alinea tidak boleh terlalu pendek sehingga ide pokoknya tidak dikembangkan secara memadai, atau terlalu panjang sehingga ide pokoknya berkembang sangat luas hingga perlu dikembangkan dalam beberapa alinea terpisah. Dilihat dari fungsinya, kalimat-kalimat pembangun sebuah alinea dapat dibedakan ke dalam tiga jenis: kalimat topik, kalimat pendukung, dan kalimat kesimpulan. Kalimat topik berfungsi menyatakan ide pokok atau mengungkapkan apa yang akan dibahas dalam alinea tersebut. Kalimat pendukung berfungsi menghadirkan bukti, fakta, argumen, atau penjelasan lain untuk memperjelas ide pokok. Sedangkan kalimat kesimpulan digunakan untuk merangkum isi alinea atau menunjukkan transisi ke alinea berikutnya. Tidak semua alinea membutuhkan kalimat kesimpulan. Oleh karena itu, jenis kalimat yang harus ada dalam sebuah alinea adalah kalimat topik dan pendukung. Tampilan sebuah alinea dapat digambarkan seperti dalam gambar 2 berikut. Gambar 1: Tampilan Sebuah Alinea (Kalimat topik) ……………………………………………………………………………………………………………… (Kalimat pendukung) …………………………………………………(Kalimat pendukung) ………………………………………………………………………………(Kalimat pendukung) ……………………………………………………………………………………… (Kalimat pendukung) ……………………………………………………………………(Kalimat kesimpulan). ……………………………………………………………………………… 1. Kalimat Topik Dalam tulisan ilmiah, kalimat topik dapat ditempatkan di awal atau di akhir alinea, tergantung pola berpikir yang digunakan. Jika penulis menggunakan pola berpikir deduktif, kalimat topik diposisikan di awal alinea, jika induktif, di akhir. Untuk penulis pemula, menempatkan kalimat topik di awal alinea lebih disarankan, karena mendukung suatu ide yang lebih umum dengan menghadirkan detildetil yang spesifik (deduktif) biasanya lebih mudah dilakukan daripada menyimpulkan beberapa detil spesifik menjadi sebuah ide yang lebih umum. Selain itu, perlu diingat bahwa setiap kalimat topik harus mengandung tiga unsur: subjek, verba, dan ide pengendali (controlling idea). Subjek dalam kalimat topik berperan sebagai topik alinea, sedangkan ide pengendali merupakan sebuah kata atau frasa yang mengendalikan informasi-informasi dalam kalimat-kalimat lain dalam alinea tersebut. Subjek bisa diletakkan di awal kalimat topik (sebelum verba) atau di akhir (sesudah verba). Lihat contoh 1 berikut. Contoh 1 1. Karya ilmiah memiliki empat ciri khas. S V IP 1. Terdapat empat ciri khas yang dimiliki oleh karya ilmiah. IP V S Berdasarkan penjelasan dia atas, terungkap bahwa bahwa sebuah kalimat topik harus memenuhi tiga persyaratan. Pertama, kalimat topik harus berbentuk kalimat lengkap (complete). Dalam kalimat itu harus terdapat unsur subjek, predikat, dan objek (ide pengendali). Kedua, cakupan ide pengendali harus terbatas (limited), dalam arti tidak lebih dari satu ide karena sebuah alinea hanya dapat membahas sebuah ide secara tuntas. Ketiga, ide pengendali harus spesifik (specific). Hal ini berarti ide tersebut harus relevan dan secara langsung berhubungan dengan topik. Untuk memahami ketiga persyaratan kalimat topik ini secara lebih jelas, lihat contoh-contoh dan penjelasan dalam contoh 2 berikut. Contoh 2 1.a.
Kemampuan menulis yang baik
1.b.
Kemampuan menulis yang baik memberikan banyak keuntungan.
2.a.
Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah.
2.b.
Pulau Bali terkenal dengan berbagai pemandangan yang indah dan penduduknya yang ramah.
3.a.
Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang serius.
3.b.
Kenaikan harga kebutuhan pokok menimbulkan masalah yang serius bagi kalangan berpenghasilan rendah.
Kalimat (1.a.) di atas bukan kalimat topik yang baik karena tidak memiliki unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Sedangkan kalimat (1.b.) adalah kalimat topik yang baik karena adanya unsur subyek, verba, dan ide pengendali. Kalimat (2.a.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya hanya satu, yakni “berbagai pemandangan yang indah”. Kalimat (2.a.) bukan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya lebih dari satu. Kalimat (3.a.) bukan merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya tidak spesifik—bagi siapa masalah yang serius tersebut timbul? Kalimat (3.b.) merupakan kalimat topik yang baik karena ide pengendalinya secara spesifik menyatakan masalah yang serius tersebut dialami kalangan berpenghasilan rendah. 2. Kalimat Pendukung Kalimat pendukung dibedakan ke dalam dua jenis. Pertama, kalimat pendukung mayor, yaitu kalimatkalimat yang secara langsung digunakan untuk menjelaskan ide pokok dalam yang dinyatakan dalam kalimat topik. Penjelasan tersebut bisa dilakukan dengan cara menghadirkan bukti, fakta, argumen, kutipan atau penjelasan lain. Kedua, kalimat pendukung minor, yaitu kalimat-kalimat yang fungsinya memberikan keterangan yang lebih terperinci terhadap penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor. Keberadaan satu atau lebih kalimat pendukung mayor dalam sebuah alinea adalah keharusan. Sedangkan keberadaan kalimat pendukung minor sangat tergantung pada apakah penjelasan dalam suatu kalimat pendukung mayor masih perlu diberikan penjelasan yang lebih terperinci atau tidak. Dengan kata lain, tidak semua alinea memiliki kalimat pendukung minor. Lihat contoh 3 berikut. Contoh 3 (1) Penggunaan bahasa sebagai media komunikasi telah menjalani empat tahapan evolusi yang sesuai dengan perkembangan kebutuhan manusia. (2) Penelitian antropologis mengungkapkan bahasa mulai dikembangkan masyarakat manusia sebagai sarana komunikasi antar individu dalam kelompok kecil sekitar 200.000 tahun lalu (Gianella dan Hopkins, 2006: 12). (3) Pada waktu itu, bahasa digunakan hanya untuk berbagi informasi dan perasaan mengenai kehidupan sehari-hari. (4) Sekitar tahun 30.000 sebelum masehi, kebutuhan untuk berkomunikasi dengan individu lain dari kelompok dan generasi berbeda mendorong manusia menciptakan bahasa tertulis. (5) Petroglif, piktogram, dan ideogram di dinding gua, seperti Chauvet Cave di Prancis Selatan, adalah contoh upaya menggunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan kelompok dan generasi berbeda (Moore, 2005: 20). (6) Perkembangan ini kemudian diikuti oleh penemuan sistem tulisan sekitar 4000 tahun SM, yang memungkinkan pendokumentasian peristiwa dan data dalam bentuk yang lebih permanen. (7) Perkembangan teknologi informasi, yang dimulai dengan penemuan telegraf pada tahun 1837, telefon (1871), dan internet pada abad ke-20 membuat komunikasi dengan bahasa dapat dilakukan tanpa batasan ruang dan waktu. Dalam alinea di atas, kalimat (1) adalah kalimat topik (KT). Kalimat (2) merupakan kalimat pendukung mayor pertama (KPM1) yang secara langsung menjelaskan tahapan evolusi bahasa sebagai media komunikasi dengan menghadirkan tahapan awal perkembangan bahasa. Kalimat (3) adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi dalam KPM1. Kalimat (4) merupakan kalimat pendukung mayor kedua (KPM2) yang secara langsung menjelaskan tahapan kedua evolusi bahasa. Kalimat (5) adalah kalimat pendukung minor (KPm) yang menyajikan penjelasan lebih detil kepada informasi dalam KPM2. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor ketiga (KPM3) yang secara langsung menjelaskan tahapan ketiga evolusi bahasa. Kalimat (6) merupakan kalimat pendukung mayor keempat (KPM4) yang secara langsung menjelaskan tahapan keempat evolusi bahasa. Hubungan antara kalimat topik (KT) dan kalimat-kalimat pendukung mayor (KPM) serta kalimatkalimat pendukung minor dalam alinea contoh di atas dapat digambarkan dalam grafik di sebelah kanan ini. 3. Kalimat Kesimpulan Pada bagian akhir berbagai alinea penulis juga bisa meletakkan kalimat kesimpulan, yakni kalimat yang merangkum informasi pada kalimat-kalimat sebelumnya atau menarik kesimpulan berdasarkan informasi tersebut. Secara umum, dapat dikatakan bahwa kalimat kesimpulan merupakan penegasan ide pokok yang dinyatakan dalam kalimat topik. Lihat contoh 4 berikut. Contoh 4 (1) Masyarakat Indonesia menjadikan Universitas Kristen Indonesia (UKI) sebagai pilihan pertama untuk menimba ilmu karena beberapa alasan. (2) Pertama, UKI merupakan salah satu universitas tertua di Indonesia yang berpengalaman mengelola pendidikan tinggi dalam rangka menghasilkan lulusan berkualitas. (3) Survai terhadap 5678 alumni yang dilaksanakan baru-baru ini mengungkapkan 95% responden tidak mengalami kesulitan memperoleh kerja atau menerapkan ilmu yang diperolehnya selama kuliah di UKI untuk berwiraswasta. (4) Selain itu, kampus UKI terletak di salah satu lokasi paling strategis di Indonesia. (5) Hal ini membuat mahasiswa tidak mengalami kesulitan mencapai kampus. (6) Ketiga, dosen-dosen di UKI berkualitas tinggi dan memiliki jiwa kepelayanan yang tinggi. (7) Ketiga faktor diatas mendorong masyarakat menjadikan UKI pilihan utama untuk kuliah. Dalam alinea di atas, kalimat (7) adalah kalimat kesimpulan (KK). Kalimat ini merangkum informasi yang tersaji pada kalimat (2) hingga kalimat (6). KK ini juga mengungkapkan ide pokok yang telah dinyatakan di kalimat topik, meskipun dengan cara yang tidak sama persis. Selain penggunaan kalimat topik, pendukung dan kesimpulan yang tepat, sebuah alinea juga harus memenuhi unsur koherensi (coherence) dan kohesi. Yang dimaksud dengan koherensi adalah kesatuan isi atau kepaduan maksud. Koherensi tercipta bila seluruh kalimat pendukung membahas hanya satu hal, yakni topik, dan jika peristiwa, waktu, ruang, dan proses diurutkan secara logis. Kohesi mengandung arti hubungan yang erat; perpaduan yang kokoh dan kohesif berarti padu. Kohesi alinea tercipta bila seluruh kalimat yang membangunnya dipadu dengan erat dan kokoh dengan menggunakan konjungsi, pronominal, repetisi, sinonim, hiponim, paralelisme, dan elipsasi dengan tepat. B. Membuat Tulisan yang Mudah Dipahami Tujuan utama pembuatan setiap karya tulis, termasuk karya ilmiah, adalah mengkomunikasikan informasi, ide, atau konsep kepada pembaca agar dapat dipahami, dimanfaatkan, dan dikembangkan. Akan tetapi, ada “sekelompok” tertentu yang cenderung menganggap bahwa tolok ukur keilmiahan sebuah tulisan adalah kerumitan tulisan itu: semakin sulit, semakin ilmiah. Bagi mereka, moto ”Kalau bisa ditulis secara rumit mengapa harus dibuat sederhana?” terkesan lebih pas daripada antitesisnya, “Kalau bisa ditulis sederhana, jangan dibuat rumit.” Padahal, keilmiahan sebuah karya tulis pada hakikatnya berhubungan dengan faktor kesistematisan, kelogisan, kebahasaan, dan keteraturan dalam berpikir. Jika semua faktor itu dipenuhi dengan baik, karya tulis itu akan mudah dipahami. Kelompok yang menganggap keilmiahan identik dengan kerumitan cenderung menulis karya ilmiah dengan empat karakteristik berikut. Pertama, menggunakan kalimat-kalimat yang panjang. Kelompok ini kelihatannya menganggap bahwa kalimat kalimat pendek yang mudah dipahami hanya cocok untuk tulisan anak-anak atau orang awam. Oleh karena itu mereka menyusun kalimat-kalimat yang mengandung banyak frasa dan klausa dengan ‘alasan’ semakin panjang kalimat, semakin mendalam pembahasan. Padahal kalimat yang sangat panjang akan menimbulkan masalah pemahaman karena tidak jelas mana subjek, mana predikat, dan mana objek kalimat itu. Kecenderungan seperti ini sebaiknya dicegah. Jika tidak terpaksa, jangan gunakan kalimat-kalimat panjang dan kompleks. Kalimat pendek dan efektif akan membuat pemahaman lebih mudah. Bandingkan kedua kalimat contoh berikut. Mana yang lebih mudah dipahami? Contoh 5 a. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang dilakukan oleh guru dalam lima langkah terhadap siswanya untuk mengetahui penguasaannya akan kompetensi bahasa tertentu dengan cara mengidentifikasi kesalahan apa yang dilakukan secara sistematis, seperti slip, keseleo, salah omong, alias lapses dalam pembelajaran speaking, melihat seberapa sering dia melakukan kesalahan, diikuti dengan penentuan dan pengklasifikasian jenis kesalahan, kemudian menginterpretasikan apa penyebab kesalahan tersebut, dan, berdasarkan teori-teori dan prosedurprosedur linguistik, diakhiri dengan mengadakan perbaikan terhadap kesalahan itu. b. Analisis kesalahan merupakan suatu teknik kajian dalam pengajaran bahasa yang dilakukan oleh guru untuk mengetahui penguasaan siswanya akan kompetensi bahasa tertentu. Analisis ini dilakukan dalam lima langkah: satu, mengidentifikasi kesalahan yang dilakukan secara sistematis, seperti salah omong dalam pembelajaran berbicara; dua, melihat seberapa sering kesalahan dilakukan; tiga, menentukan dan mengklasifikasikan jenis kesalahan; empat, menginterpretasikan penyebab kesalahan; dan terakhir, mengadakan perbaikan terhadap kesalahan itu berdasarkan teori-teori dan prosedurprosedur linguistik. Kecenderungan kedua yang sering dilakukan kelompok yang menganggap keilmiahan identik dengan kerumitan adalah memuat sebanyak mungkin istilah asing. Contoh 6 di bawah ini memperlihatkan fenomena ini dengan cukup baik. Anda dapat memahaminya? Contoh 6 Sekarang, aplikasikan sebuah sistem kalkulus proposional. Akumulasikan pada sistem itu sebuah logika modal yang lemah yang di dalamnya kondisional yang eksisting dan anteseden yang dibutuhkan mengakibatkan konsekuensi yang dibutuhkan (aksioma Godel) dan kebutuhan akan teorema juga merupakan teorema. Jika dikatakan bahwa semua kebenaran dapat diketahui maka hal ini dapat dirumuskan ‘Jika p maka mungkin (‘à’) diketahui p’ dapat diketahui, p_àKp: Harus diakui bahwa sebagai bahasa yang sedang berkembang bahasa Indonesia tidak memiliki padanan yang pas untuk semua istilah teknis yang lazim terdapat dalam karya tulis ilmiah. Permasalahan ini sebenarnya terjadi juga dalam bahasa lain. Tidak ada satu bahasa pun yang memiliki kosa kata lengkap hingga tidak lagi memerlukan ungkapan untuk gagasan, temuan, atau konsep baru. Solusi terhadap permasalahan apakah istilah-istilah asing tersebut harus diterjemahkan, dibiarkan, atau dikombinasikan dengan istilah Indonesia sebenarnya sudah dirumuskan oleh Pusat Bahasa (2007). Jadi, untuk menghasilkan tulisan ilmiah yang baik, menerapkan pedoman pembentukan istilah tersebut merupakan keharusan. Sebagai pedoman praktis, terdapat empat kiat untuk menghasilkan tulisan yang efektif. Pertama, gunakan kata yang pendek dan lazim. Sebagai contoh, kalimat “Tiga ahli di bidang migrasi hadir di seminar itu.” jauh lebih efektif daripada “Tiga tokoh berpengetahuan spesifik dalam bidang perpindahan penduduk hadir di seminar itu”, meskipun keduanya mengungkapkan ide yang sama. Kedua, cegah kata-kata yang berlebihan (redundant). Kalimat “Tono berteriak dengan suara keras” menggunakan kata yang berlebihan, karena suara orang yang berteriak pasti keras. Sebaiknya kalimat itu diganti menjadi ““Tono berteriak” saja. Ketiga, gunakan kalimat yang efektif (pendek dan sederhana). Keempat, urutkan ide secara logis. C. Pengutipan 1. Hakikat Kutipan Dalam penulisan karya ilmiah seringkali digunakan berbagai kutipan—pinjaman pendapat atau ucapan seseorang—untuk mendukung, menjelaskan, membuktikan, atau menegaskan ide-ide tertentu. merupakan suatu hal yang wajar dan bahkan sangat efektif untuk menghemat waktu. Adalah suatu pemborosan waktu bila seorang penulis harus menyelediki kembali suatu kebenaran yang telah diteliti, dibuktikan dan dimuat secara luas dalam sebuah buku, majalah, dan lain-lain, untuk tiba pada kesimpulan yang sama. Jadi, untuk mendukung tulisannya, penulis bisa mengutip pendapat yang sudah teruji dengan menyebutkan sumbernya agar pembaca dapat mencocokkan kutipan itu dengan sumber aslinya. Meskipun penggunaan kutipan pendapat ahli merupakan suatu hal yang wajar, hal itu tidak berarti bawa sebuah tulisan dapat terdiri dari kutipan-kutipan saja. Membuat tulisan dengan menggunakan terlalu banyak kutipan dapat menimbulkan kesan bahwa karya itu hanya suatu koleksi kutipan belaka. Sebagai patokan, panjang kutipan tidak boleh melebihi sepertiga panjang tulisan. Secara ilmiah, ide-ide pokok dan kesimpulan-kesimpulan harus merupakan pendapat penulis. Kutipan-kutipan hanya berfungsi sebagai bukti-bukti pendukung pendapat penulis tersebut. Menuliskan sumber kutipan dalam tulisan dapat dilakukan dengan bermacam cara sesuai dengan standar yang digunakan oleh lembaga atau media tempat tulisan diterbitkan. Karena rumpun ilmu-ilmu sosial biasanya menganut sistem American Psychological Association (APA), sangat disarankan untuk menguasai sistem ini dan menggunakannya secara konsisten. Berikut ini adalah pedoman pokok yang diadaptasi dari Suryana dkk. (2007). Pada dasarnya, kutipan dalam karya ilmiah dibagi atas dua jenis, yaitu kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. Kutipan langsung merupakan pendapat para ahli yang dipinjam secara utuh atau lengkap, baik berupa frase atau kalimat. Kutipan langsung dapat dibedakan pula atas kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dan kutipan langsung yang lebih dari empat baris. Kutipan tidak langsung adalah pendapat para ahli yang dikutip dengan menggunakan parafrase, yaitu menuliskan kembali apa yang dinyatakan oleh sumber rujukan dalam bahasa sendiri. Diantara kedua jenis kutipan itu, yang paling disarankan untuk digunakan adalah kutipan tidak langsung. Teknik kutipan langsung digunakan hanya jika (1) ungkapan yang dikutip memang sudah selaras dengan bagian lain tulisan; (2) ungkapan yang dikutip sudah sangat populer, atau (3) ungkapan yang dikutip sangat sulit diparafrase. 2. Teknik Pengutipan a. Kutipan Langsung Kutipan langsung yang kurang atau sama dengan empat baris dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) kutipan ditulis inklusif dengan teks; (ii) memakai tanda petik dua di awal dan di akhir kutipan; (iii) awal kutipan memakai huruf kapital; (iv) diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau di akhir kutipan. Kutipan langsung yang lebih dari empat baris dapat dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) ditulis eksklusif (terpisah) dari teks 2,5 spasi; (ii) ditulis dalam satu spasi; (iii) memakai tanda petik dua atau pun tidak (opsional); (iv) semua kutipan dimulai dari 7—10 ketukan dari sebelah kiri teks; (v) Awal kutipan memakai hurup kapital; (vi) diikuti nama akhir pengarang (marga), tahun terbit buku, halaman buku; penulisan ini dapat disajikan di awal atau di akhir kutipan. b. Kutipan Tidak Langsung Pengutipan ini dilakukan dengan cara-cara berikut: (i) kutipan disatukan (inklusif) dengan teks; (ii) tidak memakai tanda petik dua; (iii) Menggunakan ungkapan mengatakan bahwa, menyatakan bahwa, mengemukakan bahwa, berpendapat bahwa dll; (iv) Mencantumkan nama akhir pengarang (marga), tahun, dan halaman. 3. Prinsip-Prinsip Dasar Prinsip-prinsip dasar dalam pengutipan adalah sebagai berikut. 1. Dalam kutipan tidak dibenarkan mencantumkan judul buku. 2. Nama orang dan identitas tahun terbit dan halaman buku selalu berdekatan Contoh: Norman (2004: 56) menyatakan bahwa …………………… 3. Kutipan tidak dibenarkan dicetak tebal atau dihitamkan. 4. Penulis tidak diperkenankan untuk mengadakan perubahan (katakata) dalam kutipan. Apabila ingin mengadakan perubahan, harus disertai dengan enjelasan. 5. Apabila ada kesalahan dalam penulisan baik EYD atau pun ketatabahasaan, tidak diperkenankan mengadakan perubahan. Namun penulis boleh memberikan pendapat atau komentarnya mengenai kesalahan atau ketidaksetujuannya dalam tanda kurung segi empat [...]. Jika penulis menemukan kesalahan ejaan pada kata-kata tertentu, dia hanya diperkenankan memberikan catatan terhadap kesalahan tersebut dengan menambahkan kata [sic!] dibelakang kata itu. Kata ini menunjukkan bahwa penulis tidak bertanggungjawab atas kesalahan itu. Dia hanya sekedar mengutip sesuai dengan apa yang ada dalam naskah aslinya. Kemudian, jika penulis memandang perlu untuk memberikan penekanan dengan cara merubah teknik penulisan, seperti menggarisbawahi, mencetak miring, atau mencetak tebal, hal itu harus dijelaskan dalam tanda kurung segi empat [...]. Contoh: Setiawan (2001: 30) menegaskan bahwa: “Semakin dini [huruf miring dari saya, Penulis] seseorang mulai belajar bahasa Inggeris [sic!] akan semakin baik hasilnya dan semakin banyak waktu belajar bahasa Inggeris [sic!] maka taraf penguasaan pembelajar terhadap bahasa itu akan semakin baik.” 6. Kutipan dalam bahasa asing atau bahasa daerah harus dicetak miring. 7. Kutipan langsung selalu memakai tanda petik dua dan diawali dengan huruf kapital. Contoh: Suazo (2001: 30) berpendapat bahwa “Emotional intelligence is …” 8. Kutipan dapat ditempatkan sesuai dengan kebutuhan baik di awal, tengah, atau akhir teks. 9. Jika pengarang ada dua, nama akhir (marga) kedua pengarang itu ditulis. Contoh: Pardede dan Simanjuntak (2007: 34) berpendapat …… 10. Jika pengarang ada tiga atau lebih, nama akhir pengarang pertama yang ditulis dan diikuti dkk. Contoh: Pardede dkk. (2007: 34) menyatakan …… 11. Jika dalam dalam tulisan yang sama digunakan beberapa kutipan dari sumber berbeda yang ditulis orang atau lembaga yang sama dan diterbitkan dalam tahun yang sama juga, data tahun penerbitan diikuti lambang huruf a, b, c, dst. berdasarkan abjad judul buku-buku tersebut. Contoh: Garcia (2009a: 34) menjelaskan …… 12. Jika kutipan diperoleh dari majalah atau koran tanpa identitas penulis, nama majalah atau koran tersebut dituliskan sebagai sumber. Contoh: Kompas (2009: 34) menyatakan …… 13. Jika kutipan diperoleh dari dokumen yang diterbitkan oleh suatu lembaga, nama lembaga tersebut dituliskan sebagai sumber. Contoh: Pusat Bahasa (2007: 25) menjelaskan …… 14. Jika kutipan diperoleh dari dokumen resmi pemerintah yang diterbitkan tanpa identitas penulis, judul atau nama majalah atau koran tersebut dituliskan sebagai sumber Contoh: Undang-Undang Republik Indonesia No 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (2004) menyatakan …… 15. Kutipan dalam bentuk catatan kaki sudah tidak dipakai lagi dalam penulisan karya ilmiah karena dirasakan tidak efektif. 16. Kutipan yang berasal dari ragam bahasa lisan seperti pidato pejabat jarang dipakai sebagai sumber acuan dalam penulisan karya ilmiah karena kebenarannya sulit dipercaya karena harus diketahui oleh orang yang bersangkutan (rawan kesalahan kutipan). Jika terpaksa menggunakannya, kutipan seperti itu harus dibuatkan dulu ke dalam transkrip dan diminta pengesahannya oleh pembicara. 17. Pengutipan pendapat orang lain sebaiknya dilakukan secara variatif (jangan monoton). Padukanlah kutipan langsung dan kutipan tidak langsung. 18. Apabila kutipan itu dirasakan terlalu panjang, penulis boleh mengambil bagian intinya saja dengan teknik memakai tiga tanda titik […], tetapi tidak boleh mengubah atau menggeserkan makna atau pesannya. Contoh: Tylor (1991: 62) menegaskan: “It is, …, not possible to have action without character and character is also defined by plot.” 19. Jika mengutip pendapat ahli yang berasal dari kutipan karya ilmiah orang lain, bentuk penyajiannya adalah. Contoh: Menurut Chomsky (dalam Purba, 2009: 56), makna ujaran adalah … 20. Penulisan kutipan dari artikel dari internet mengikuti aturan yang sama dengan sumber bahan tertulis, bila data tentang nama penulis, judul artikel, dan nomor halaman tersedia. Jika nomor halaman tidak tersedia, sebutkan dari alinea berapa kutipan tersebut diambil. Contoh: Menurut Nazara (2009: alinea 5), sumber kekuatan utama seorang pria adalah … D. Penulisan Daftar Referensi 1. Hakikat Daftar Pustaka Daftar pustaka adalah daftar atau senarai yang ada dalam karya ilmiah (misalnya makalah atau skripsi) yang berisikan identitas buku dan pengarang yang disusun secara alfabetis (setelah nama marga pengarang dikedepankan). Daftar pustaka merupkan suatu elemen yang harus ada (mutlak) dalam penulisan karangan ilmiah. Dengan adanya daftar pustaka, pembaca bisa mengetahui sumber acuan yang menjadi landasan dalam pengkajian. Penulisan daftar pustaka yang berkembang hingga saat ini dibedakan ke dalam dua jenis. Pertama, bibliografi, yakni daftar bacaan yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas, sekalipun tidak dirujuk secara langsung di dalam tulisan. Kedua, daftar rujukan (reference list), yaitu yakni daftar bacaan yang dikutip dalam tulisan. 2. Teknik Penulisan Daftar Pustaka Unsur-unsur yang dituliskan dalam daftar pustaka adalah sebagai berikut: a. Nama pengarang, ditulis dengan urutan: nama belakang, nama depan dan nama tengah tanpa gelar akademik. b. Bila pengarang ada dua, nama yang dibalikkan urutannya hanya nama pengarang pertama. Contoh: Pardede, Parlin dan Kerdit Simbolon. 2008. … c. Jika nama pengarang ada tiga atau lebih, nama pengarang pertamalah yang diputar dan diikuti oleh dkk. atau et. all. Contoh: Tobing, Maruli dkk. 2009. … d. Bila tidak terdapat nama pengarang, nama departeman atau lembagalah yang ditulis; bila tidak ada kedua-duanya, tulislah tanpa pengarang, atau tanpa lembaga. Contoh: Undang-Undang Republik Indonesia No 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2004. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. e. Judul buku harus dicetak miring dalam komputer atau digarisbawahi dalam mesin tik atau tulisan tangan; f. Judul artikel, skripsi, tesis, atau disertasi yang belum dibukukan diapit oleh tanda petik dua; g. Bila ada edisi/cetakan ditulis sesudah judul buku; h. Jika buku tersebut merupakan terjemahan dari buku bahasa asing, penerjemah ditulis sesudah edisi atau judul buku. Jika tahun penerbitan buku asli tidak disebutkan, tuliskan kata ‘Tanpa tahun’. Contoh: Ary, D.C. Tanpa Tahun. Pengantar Penelitian Pendidikan. Terjemahan oleh Arif Furhan. 1992. Surabaya: Usaha Nasional. Segers, Rien T.1980. Evaluasi Teks Sastra. Terjemahan oleh Suminto A. sayuti. 2000. Yogyakarta: Adicita Karya Nusa. i. Spasi dalam daftar pustaka adalah satu spasi; j. Perpindahan dari satu pengarang ke pengarang yang lain adalah dua spasi. k. Bila dalam satu buku diperlukan dua baris atau lebih, baris yang kedua dan selanjutnya diketik lebih menjorok ke kanan antara 5-7 ketuk. l. Jika seorang pengarang menuliskan lebih dari satu buku, nama pengarang ditulis satu kali; nama pengarang itu diganti dengan garis panjang atau tanpa garis panjang dan urutan penulisannya berdasarkan tahun terbit; Contoh: Badudu, J.S. 1985. Cakrawala Bahasa Indonesia 1. Jakarta: PT Gramedia. _______ 1987. Membina Bahasa Indonesia Baku 2, Cet. X, Bandung: Pustaka Prima. m. Bila ada dua atau lebih buku (karya ilmiah) dari seorang pengarang yang ditulis dalam tahun yang sama, urutan penulisannya diikuti nomor urut a, b, c, dsb. Contoh: Djajasudarma, T. Fatimah. 1993a Semantik 2: Pemahaman Ilmu Makna. Bandung: PT Eresco. _______ 1993b. Metode Linguistik: Ancangan Metode Penelitian dan Kajian. Bandung: PT Eresco. n. Bila rujukan merupakan artikel dalam jurnal, nama penulis ditulis paling depan, diikuti dengan tahun, judul artikel (diapit tanda petik ganda), nama jurnal (cetak miring), tahun ke-n jurnal, nomor jurnal dan nomor halaman artikel (dalam kurung, dipisahkan oleh tanda titik dua); Contoh: Pardede, Parlindungan. 2009. “Developing Students Pronunciation Using Drill Technique: An Action Research Report”. Dinamika Pendidikan, 3 (1: 1-17). Jakarta: FKIP-UKI. o. Bila rujukan merupakan artikel yang disajikan dalam seminar, lokakarya, atau penataran, nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh tahun, judul artikel (diapit tanda petik ganda), kemudian dilanjutkan dengan pernyataan “Makalah disajikan dalam …” nama forum, lembaga penyelenggara, tempat, tanggal, bulan dan tahun penyelenggaraan. Contoh: Pardede, Parlindungan. 2009. “Teaching Language Through Songs”. Makalah disajikan dalam Lokakarya Teaching English to Young Learners yang diselenggarakan oleh FKIP-UKI di Jakarta pada tanggal 25 September 2009. p. Bila rujukan merupakan artikel individual yang diakses dari internet, nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh tahun, judul karya, keterangan (Online), alamat sumber rujukan, dan keterangan waktu pengunduhan yang diapit tanda kurung. Contoh: Boon, J. (tanpa tahun). “An Introduction to Anthropology of Religion.” (Online) http://www.joe.org/june33/95.html (Diunduh pada tanggal 17 Juni 2010). q. Bila rujukan merupakan artikel dari jurnal yang diakses dari internet, nama penulis ditulis paling depan, diikuti oleh tahun, judul karya, nama jurnal (cetak miring), keterangan (Online), volume dan nomor, alamat sumber rujukan, dan keterangan waktu pengunduhan yang diapit tanda kurung. Contoh: Griffith, A.I. 1995. “Coordinating Family and School: Mothering for Schooling.” Education policy Analysis Archive. (Online). Vol. 3 No. 1., http://olam.ed.asu.edu/epaa/ (Diunduh pada tanggal 17 February 2007). r. Bila rujukan merupakan artikel dalam jurnal dalam CD-ROM, penulisannya sama dengan rujukan dari artikel cetak, diakhiri dengan penyebutan CD-ROMnya dalam tanda kurung. Contoh: Krashen, S. M. Long, dan R. Scarcella. 1977. “Age, Rate and Eventual Attainment in Second Language Acquisition. TESOL Quarterly, 13: 578-82 (CD-ROM: TESOL Quarterly Digital). s. Jika rujukan merupakan artikel yang diperoleh dari internet berupa e-mail pribadi, penulisannya diawali dengan nama pengirim (jika ada), diikuti oleh alamat e-mail pengirim dalam tanda kurung, tanggal, bulan, tahun, topik berita yang diapit oleh tanda petik ganda, keterangan “E-mail kepada …, dan diakhiri dengan alamat e-mal penerima dalam tanda kurung. Contoh: Pardede, Parlindungan (
[email protected]), 5 Juni 2010. Artikel untuk Jurnal Dinamika Pendidikan. E-mail kepada Situjuh Nazara (SitujuhNazara @uki.ac.id) t. Perhatikan urutan penulisan; Nama keluarga/marga, (dipisahkan koma), nama diri (diakhiri titik), tahun terbit, (diakhiri titik), judul buku, (diakhiri titik atau titik dua bila ada anak judul dan dicetak miring), cetakan (diakhiri titik), nama tempat (diakhiri titik dua), nama penerbit (diakhiri titik). Penutup Berdasarkan uraian tentang empat jenis kesalahan di atas, diharapkan pembaca dapat menerapkan katakata bijak bahwa kesalahan sebenarnya merupakan pedoman untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.dalam penulisan karya ilmiah. Penjelasan dalam makalah ini disarankan untuk dimanfaatkan sebagai pedoman dalam proses pengeditan dan revisi sewaktu menulis. Selamat berkarya. Daftar Pustaka Pusat Bahasa. 2007. Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Suryana, Ase dkk. (Ed.). 2007. Bahasa Indonesia Dalam Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Bagian Perkuliahan Dasar Umum, Universitas Widyatama. Catatan: Makalah ini dipresentasikan Dalam Forum Ilmiah Dwi-Bulanan FKIP-UKI, 17 Juni 2010 Artikel ini bisa diakses di:
September 21, 2013
admin
Agenda, Artikel, Berita, Kemahasiswaan, Penelitian, Pengumuman No comments
SELAMAT DATANG DI TRACER STUDY ONLINE ALUMNI DAN PENGGUNA ALUMNI FMIPA UNESA Kepada Yth. Para Alumni dan Pengguna Alumni FMIPA UNESA, Tracer study ini dilaksanakan untuk menjaring informasi/masukan dari alumni dan pengguna alumni sebagai salah satu dasar yang sangat penting bagi evaluasi dan pengembangan FMIPA Universitas Negeri Surabaya (UNESA), dalam bidang kurikulum, proses pembelajaran, sarana prasarana, dan pelayanan. Data/informasi bersifat rahasia, sehingga tidak akan dipindah tangankan tanpa seijin yang bersangkutan dan semata-mata hanya digunakan untuk pengembangan. Untuk masuk ke sistem kuisioner alumni diperlukan PIN. PIN akan dibagikan oleh tim tracer study masing-masing jurusan/prodi kepada para alumni atau alumni bisa menggunakan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) masing-masing sebagai PIN, tetapi bila menggunakan NIM tidak valid, mohon kesediaan alumni untuk menghubungi Tim Tracer Study FMIPA via sms/telp ke 081230571294 atau kirim email alamat ke
[email protected] (untuk sementara). Untuk selanjutnya akan di-handle oleh tim tracer study masing-masing jurusan/prodi). Kami sangat berharap Anda bisa berpartisipasi dalam mengisi kuisioner tracer study ini. Cara Masuk Borang Tracer Study Alumni adalah masukkan PIN pada kotak yang tersedia dan selanjutnya isi kuisioner yang jawabannya sesuai dengan kondisi Anda atau yang Anda alami. Bagi Pengguna Alumni TIDAK memerlukan PIN untuk mengisi kuesioner. Untuk masuk ke dalam sistem Tracer Study (TS) online bagi Alumni masing-masing jurusan/prodi, silahkan klik link berikut 1. Alumni Jurusan Matematika 2. Alumni Jurusan Fisika 3. Alumni Jurusan Kimia 4. Alumni Jurusan Biologi 5. Alumni Prodi Pendidikan Sains Untuk masuk ke dalam sistem Tracer Study (TS) online bagi Pengguna Alumni masing-masing jurusan/prodi, silahkan klik link berikut 1. Pengguna Alumni Jurusan Matematika 2. Pengguna Alumni Jurusan Fisika 3. Pengguna Alumni Jurusan Kimia 4. Pengguna Alumni Jurusan Biologi 5. Pengguna Alumni Prodi Pendidikan Sains Terima kasih banyak atas partisipasi dari para alumni dan pengguna alumni. Semoga sukses selalu. Surabaya, 21 September 2013 atas nama Dekan FMIPA UNESA, Tim Tracer Study FMIPA UNESA
August 26, 2013
admin
No comments
Berita
Yang saya hormati dan saya muliakan : Rektor, sekaligus sebagai Ketua Senat Universitas Negeri Surabaya. Sekretaris dan Para Anggota Senat serta Dewan Guru Besar Universitas Negeri Surabaya. Ketua dan anggota Dewan Penyantun Universitas Negeri Surabaya. Para Pembantu Rektor, para Dekan dan Pembantu Dekan selingkungan Universitas Negeri Surabaya Direktur dan Asisten Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Surabaya. Para pimpinan Jurusan, Ketua Program Studi selingkungan Universitas Negeri Surabaya. Kepala Badan Meterorologi, Klimatologi dan Geofisika Pusat Jakarta atau yang mewakili Rektor Universitas Islam darul Ulum Lamongan dan Ketua Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al-Anwar Mojokerto. Para Tamu Undangan, Bapak, Ibu hadirin dan hadhirat, serta handai taulan semua.
Assalammu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Selamat siang dan Salam Sejahtera untuk Kita Semua, Kita semua sebagai umat beragama yang meyakini kekuasaan, kemurahan dan kebesaranNya, marilah bersama-sama menyampaikan puji syukur kehadirat-Nya atas limpahan rahmat, hidayah karunia dan berkah dalam kehidupan kita, sehingga kita dapat dipertemukan di ruangan ini dalam suasana yang khidmat dan membahagiakan. Ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya saya sampaikan kepada Rektor yang sekaligus sebagai Ketua Senat Universitas Negeri Surabaya, yang telah memberikan kepercayaan dan kehormatan kepada saya untuk menyampaikan pidato pengukuhan sebagai Guru Besar Bidang Ilmu Fisika Bumi dalam Rapat Senat Terbuka ini. Kesempatan ini juga merupakan pemenuhan kewajiban yang harus saya laksanakan untuk menjadi seorang Guru Besar. Hadirin sekalian yang saya hormati dan saya muliakan, Perkenankanlah saya menyampaikan orasi ilmiah yang berjudul :
“UPAYA PENINGKATAN KINERJA PERINGATAN DINI TSUNAMI MENGGUNAKAN MODEL FAULTING TSUNAMI” Yang akan saya sampaikan dengan bantuan visualisasi dengan urutan metode saintifik; Observing, questioning, associating, experiment dan networking. Pembudayaan metode saintifik telah diamanatkan oleh Kurikulum 2013. Kurikulum 2013 berupaya membantu kita untuk membudayakan metode saintifik dalam menyelesaikan masalah-masalah kontekstual. Kalau pola pikir induktif ini sudah membudaya, saya yakin ke depan anak negeri ini akan mampu menghasil temuan-temuan yang bertaraf internasional. Hadirin sekalian yang saya hormati dan saya muliakan, Kinerja peringatan dini tsunami ditentukan oleh kecepatan dan keakuratan informasi parameter gempa bumi sebagai penyebab tsunami. Sedangkan pemodelan sumber gempa bumi yang merupakan penyebab tsunami menjadi penting karena obyek sumber gempa bumi terletak puluhan bahkan ratusan kilo meter di bawah permukaan air laut. Sampai saat ini belum ada instrumen yang mampu mendeteksi dan sekaligus mengukur parameter sumber gempa bumi secara langsung. Berdasarkan OBSERVASI telah diketahui bahwa sejak tahun 1629 sampai tahun 2012 telah terjadi sekitar 172 tsunami di Indonesia. Potensi tsunami terdapat di 233 kabupaten/kota dengan penduduk sekitar 5 juta jiwa berada pada daerah rawan tsunami di Indonesia. Potensi tsunami di daerah-daerah tersebut pada masa-masa yang akan datang akan terus berpeluang besar untuk terjadi karena sumber gempa bumi yang berupa zona subduksi, intra-plate, erupsi gunung berapi di laut, dan tsunami dari luar wilayah Indonesia masih aktif. Dalam konteks kemandirian bangsa menghadapi potensi bahaya tsunami inilah, maka perlu ditingkatkan kinerja sistem peringatan dini tsunami untuk meminimalkan resiko bencana. Beberapa lembaga dunia yang mengelola peringatan dini tsunami seperti Japan Meteorology Agency, dan West Coast and Alaska, Pasific Tsunami Warning Centres dan the Indonesian Tsunami Early Warning System (Ina-TEWS) mengidentifikasi parameter magnitudo dan lokasi pusat sumber gempa bumi untuk indikator apakah gempa bumi tersebut berpotensi tsunami atau tidak. Ini berarti peringatan dini tsunami tersebut menggunakan Model Faulting Seismik. Berdasarkan sejarah kegempaan di Indonesia setidaknya terdapat 17 gempa bumi dengan magnitudo lebih besar 7 telah menunjukkan bahwa walaupun kriteria tsunami tersebut sudah terpenuhi, tetapi ternyata tidak semua gempa bumi tersebut menimbulkan tsunami. Bahkan beberapa gempa bumi dengan magnitudo kurang dari 7 ternyata bisa menimbulkan tsunami. Peringatan dini tsunami pernah dikeluarkan untuk gempa bumi tanggal 25 Oktober 2010 yang terjadi di Mentawai setelah 5 menit setelah gempa bumi terjadi, tetapi satu jam kemudian peringatan dini tersebut diakhiri. Padahal, sekitar 423 warga Kepulauan Mentawai sebenarnya tengah bergelut dengan maut karena ombak tsunami. Sebelumnya, gempa bumi yang terjadi di dekat pantai Sumatra Utara tanggal 6 April 2010 dengan magnitudo, lolasi dan kedalaman yang hampir sama dengan gempa bumi yang terjadi 25 Oktober 2010 tersebut, tetapi gempa bumi yang satu tidak menimbulkan tsunami, sedangkan gempa bumi lainnya menimbulkan tsunami. Ketidakpastian yang tinggi pada peringatan dini tsunami yang menggunakan Model Faulting Seismik dalam rentang sekitar 5 menit pertama setelah gempa bumi ini harus diupayakan untuk dikurangi, sehingga pengambilan keputusan terjadi tsunami atau tidak, secepatnya bisa diumumkan kepada masyarakat luas dengan keakuratan yang lebih baik. Keakuratan Ina-TEWS masih kurang dari 60%. Dari 14 peringatan dini tsunami yang pernah dikeluarkan sejak tahun 2008, 8 peringatan dini tsunami yang benar-benar terjadi tsunami sebagaimana yang dirilis Majalah nasional, Tempo pada tanggal 3 Maret 2013 dan Koran Tempo pada tanggal 3 Maret 2013. Penerapan Model Faulting Seismik sebagai indikator peringatan dini gempa bumi sudah cukup akurat, tetapi sebagai peringatan dini tsunami masih perlu dievaluasi. Hadirin dan hadirat yang saya hormati dan saya muliakan, Yang menjadi PERTANYAAN adalah 1. Adakah parameter lain yang lebih dominan pengaruhnya terhadap terjadinya tsunami, selain parameter magnitudo?
2. Kalau ada, apa jenis paramater tsb? 3. Bagaimana cara mengukur parameter tsb secara cepat dan akurat? Hadirin dan hadirat yang saya hormati dan saya muliakan, Diperlukan MENALAR untuk menentukan model faulting yang bisa digunakan untuk meningkatkan kinerja peringatan dini gempa bumi dan tsunami. Ada dua model faulting, yaitu Model Faulting Seismik dam Model Faulting Tsunami. Model Faulting Seismik selama ini telah digunakan untuk indikator peringdini tsunami. Untuk Model Faulting Tsunami telah dicetuskan oleh Satake pada tahun 1994. Pada mulanya Satake berpendapat bahwa Model Faulting Tsunami bisa direpresentasikan oleh durasi rupture dan periode dominan. Perkalian antara durasi rupture dan periode dominan bisa digunakan sebagai indikator peringatan dini tsunami. Tetapi dalam implementasinya komputasi durasi rupture dan periode dominan dalam waktu singkat masih menjadi tantangan. Kemudian pada tahun 2011 Lomax dan Michelini mengusulkan konsep durasi exceeds 50 detik dengan kelebihan komputasinya lebih cepat, sehingga sangat mungkin untuk indikator peringatan dini tsunami. Hanya saja konsep ini baru akurat untuk even gempa bumi teleseismik eating with ambien untuk model bumi global. Sedangkan konsep durasi exceeds 50 detik yang berbasis model faulting tsunami hasil penelitian kami ini bisa diterapkan untuk even lokal yang sesuai dengan kondisi di Indonesia. Model Faulting Tsunami untuk even lokal meliputi tiga besaran fisika yang diukur secara simultan, yaitu durasi rupture, periode dominan dan durasi exceeds 50 detik dari gelombang primer. Ketiga besaran ini dapat menggambarkan apakah suatu gempa bumi berpotensi menimbulkan tsunami atau tidak. Hadirin dan hadirat yang saya hormati dan saya muliakan, EKSPERIMEN dalam upaya peningkatan kinerja perinagatan dini tsunami yang berbasis Model Faulting Tsunami ini melalui beberapa tahap. Pertama, mengkonstruksi model kecepatan lokal daerah-daerah di Indonesia yang rawan terhadap ancaman tsunami. Kedua, menuliskan program komputer dengan bahasa C dengan mengimplementasikan algoritma Model Faulting Tsunamike dalam software SeisGram2K60. Ketiga, metode dan program hasil riset tersebut dituangkan dalam program komputer yang berbasis LINUX dan diberi nama software Joko Tingkir versi 1.11. Keempat, menerapkan software Joko Tingkir versi 1.11 menggunakan seismogram gempa bumi lokal di Indonesia untuk mengestimasi parameter durasi rupture, periode dominan dan durasi exceeds 50 detik dari gelombang P dan perkaliannya secara simultan. Selanjutnya, menguji apakah output-nya layak digunakan sebagai indikator untuk pengambilan keputusan apakah suatu gempa bumi menimbulkan tsunami atau tidak. Hasil eksperimen telah membuktikan bahwa kinerja peringatan dini tsunami yang menggunakan Model Faulting Tsunami lebih baik dibandingkan menggunakan Model Faulting Seismik. Hadirin dan hadirat yang saya hormati dan saya muliakan, Salah satu NETWORKING yang sudah dicapai terkait dengan Software Joko Tingkir versi 1.11 ini adalah MOU antara FMIPA UNESA dengan BMKG Pusat Jakarta. Software Joko Tingkir versi 1.11 ini sedang diujicoba untuk diterapkan di Puslitbang Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pusat Jakarta dan rencananya akan diterapkan secara real time di Puslitbang BMKG Pusat Jakarta mulai tahun 2014 untuk mendukung peningkatan kinerjaperingatan dini tsunami di Indonesia sebagaimana yang diinformasikan oleh Majalah nasional, Tempo pada tanggal 3 Maret 2013 dan Koran Tempo pada tanggal 3 Maret 2013. Hadirin yang saya hormati dan saya banggakan, Perkenankan di akhir orasi ilmiah ini, saya menghaturkan ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang telah memberi dukungan dan mengantarkan saya untuk mencapai jenjang tertinggi dalam bidang akademik. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Pemerintah Republik Indonesia melalui Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang telah mengangkat saya menjadi guru besar di bidang Ilmu Fisika Bumi sejak 1 Maret 2013. Terima kasih kepada Rektor Universitas Negeri Surabaya, Bapak Prof. Dr. Muchlas Samani, MPd., selaku Ketua Senat Unesa dan seluruh anggota senat Unesa yang telah memberi kepercayaan kepada saya untuk menjadi guru besar. Ucapan terima kasih saya sampaikan kepada Prof. Dr. Suyono, M.Pd. selaku Dekan FMIPA, Prof.Dr.dr. Tjandra Kirana M.Sjaifullah Noer, MS, Sp.And. selaku Dekan FMIPA periode sebelumnya, dan seluruh anggota Senat FMIPA, Drs. Hainur Rasyid Achmadi, MS. Selaku Ketua Jurusan Fisika, Prof. Dr. Prabowo, M.Pd. dan Prof. Dr. Budi Jatmiko, M.Pd. selaku reviewer internal untuk karya ilmiah usulan guru besar saya serta semua dosen Jurusan Fisika dan karyawan FMIPA yang telah banyak membantu proses pengusulan saya menjadi guru besar. Ucapan terimakasih yang sedalam-dalamnya saya haturkan kepada kedua orang tua saya; ayahanda Kasmolan (Almarhum) dan Ibunda Sukani (Almarhumah) serta paman saya Sujono dan bibi saya Sulamah yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu mendoakan saya. Juga kepada bapak-ibu mertua saya, H. Mustakim HM dan Hj. Zuhrotul Munawaroh atas segala dukungan dan doa yang telah diberikan selama ini. Kepada istriku, Hj. Mariatul Qibtiyah, SH serta anak-anakku Ana Khusnul Faizah, S.Farm., Apt dan Dyah Permata Sari, S.Pd, saya sampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga atas semua kesabaran, pengertian, pengorbanan, dorongan, serta doa yang telah diberikan sehingga saya mampu memperoleh jabatan tertinggi dalam bidang akademik. Ucapan terima kasih juga tidak lupa saya sampaikan kepada semua saudara dan adik-adikku, atas dukungan moral dan material yang telah diberikan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua guru saya di Madrasah Ibtida’iyah Sekaran, semua guru SMP Simanjaya, para ustad dari pesantren Al-Fattah Siman-Sekaran, para ustad dari pesantren Roudlotul Qur;an Tlogo Anyar, semua guru SMAN 1, yang semuanya di wilayah kabupaten Lamongan, semua dosen saya pada jenjang Sarjana di IKIP Negeri Surabaya, jenjang Magister Fisika FMIPA Universitas Gadjah Mada, jenjang Doktor Fisika FMIPA Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya, yang secara tulus telah mendidik dan memberikan bekal ilmu kepada saya. Ucapan terimakasih yang tak terhingga saya sampaikan kepada ahli Seismologi Fisika ITS, Prof. Dr. Bagus Jaya Santosa, S.U., dan Dr. Widya Utama DEA yang telah membimbing saya untuk mengenal dan menekuni Ilmu Fisika Bumi (spesialisasi seismologi) serta membimbing penelitian disertasi saya, dan semua dosen Fisika serta karyawan Fisika FMIPA ITS yang telah membantu kelancaran studi S3 saya. Ucapan terimakasih yang sangat mendalam saya sampaikan kepada Prof. Dr. Bagus Jaya Santosa, S. U. dari Fisika FMIPA ITS dan Prof. Dr. Sri Widyantoro dari ITB atas kesediaannya meluangkan waktu sebagai reviewer eksternal untuk menilai berkas usulan guru besar saya, terima kasih saya sampaikan kepada Dr. Sri Woro B. Harijono selaku Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika Pusat Jakarta yang telah mengangkat saya sebagai tenaga ahli riset pasca gempa bumi dan tsunami serta Dr. Masturyono, M.Sc selaku Kepala PUSLITBANG BMKG yang telah menjalin kerjasama antara FMIPA UNESA dengan BMKG Pusat Jakarta. Kepada semua pihak dan panitia yang telah bekerja keras untuk penyelenggaraan pengukuhan guru besar ini, saya sampaikan banyak terimakasih. Semoga semua amal dan budi baik ibu/ bapak/ saudara mendapatkan berkah dan balasan yang berlimpah dari Allah SWT. Amien. Hadirin yang saya muliakan dan saya banggakan, Saya mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya atas kesabaran, pengorbanan dan perhatiannya untuk mengikuti pengukuhan guru besar ini, semoga berkah dan dicatat oleh Allah SWT sebagai amal ibadah yang baik serta mendapatkan ridlo dariNya. Amien. Yu Kasminten meresi santen. Karo masak jangan koro. Kulo kinten cekap semanten. Sedoyo lepat nyuwon ngapuro. Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakaatuh
August 3, 2013
July 8, 2013
admin
admin
No comments
Berita
No comments
Berita
Oleh: Madlazim Beberapa kali terjadi bencana di daerah-daerah di Indonesia masyarakat mengalami kepanikan yang luar biasa. Banyak kejadian yang mestinya tidak terjadi, tetapi karena masyarakat terlalu panik, maka kejadian yang memilukan itu terjadi. Sebagai contoh kejadian yang pernah terjadi saat gempa di Sumbermanjing, Kabupaten Malang, sang ayah dalam keadaan panik dan bingung dia bermaksud mengevakuasi anaknya yang masih terjebak dalam rumah. Tetapi apa yang terjadi? Ternyata, yang dia gendong adalah guling dan bantal, sementara anaknya masih tertinggal dalam rumah yang tergoncang kuat oleh gempa. Demikian juga, saat akan terjadi tsunami di Aceh tahun 2004 dan di Pangandaran tahun 2007. Sebelum ombak gelombang tsunami menerjang, air laut surut. Pada saat air laut surut itu banyak ikan besar yang menggelepar. Para nelayan berebut untuk mendatangi pantai untuk mengambil ikan bahkan masyarakat berbondong ikut mendatangi pantai hanya sekedar untuk menonton ikan-ikan yang menggelepar. Hal ini merupakan salah satu faktor yang menyebabkan korban tsunami sangat banyak. Ketidaktahuan tentang kebencanaan juga bisa menyebabkan masyarakat mempercayai rumor, bukan ilmu dan teknologi kebencanaan. Rumor akan terjadi tsunami setelah lima menit terjadi gempa di Yogayakarta tahun 2006 dipercaya oleh masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya, sehingga terjadi histeria massa dan chaos yang luar biasa (Jawa Pos, 8 Juli 2013). Kalau kita bandingkan dengan masyarakat Jepang saat terjadi gempa tanggal 11 Maret 2011, masyarat Jepang sungguh luar biasa tenang, tetapi tetap waspada dalam menghadapi gempa yang berkekuatam 9, 1 SR dan telah menyebabkan tsunami yang memporakporandakan sebagian wilayah Jepang. Pada saat masyarakat yang hendak turun dari hotel yang berlantai 6 untuk menyelamatkan diri dari ancaman gempa dan tsunami, mereka berusaha turun dalam keadaan tetap tenang dan antri secara tertib dan teratur. Ketika para korban bencana antri sup, mereka tetap secara teratur dan saling menghormati secara satu persatu mengambil sup. Tidak ada satupun yang berjubel/berdesak-desakan untuk mendahului yang lain, walaupun sesungguhnya mereka sedang lapar. Sup satu mangkok kecil tentu tidak membuat mereka kenyang, tetapi yang mengherankan tidak seorangpun yang sudah dapat jatah satu mangkok kemudian antri lagi untuk tambah lagi atau mengambilkan untuk yang lain, walaupun itu masih dimungkinkan. Mereka memegang teguh kalau itu dilakukan, maka itu tidak adil. Dua keadaan masyarakat yang sangat berbeda dalam menyikapi bencana, padahal mereka sama-sama tinggal di negara yang berpotensi bencana besar. Gambaran di atas menunjukkan bahwa pendidikan kebencanaan masyarakat Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara Jepang. Untuk itu perlu dimulai penerapan kurikulum kebencanaan bagi anak-anak sekolah. Kalau itu dilakukan, berarti kita menanam investasi besar bagi generasi mendatang. Berikut link tentang PENTINGNYA KURIKULUM KEBENCANAAN DI INDONESIA: http://www.balipost.co.id/mediadetail.php?module=detailopiniindex&kid=7&id=4591
June 4, 2013
admin
Berita
No comments
Kepada Bpk, Ibu dosen dan para mahasiwa ysh,
(Email ini dari Dr. Yuni Sri Rahayu, PD I FMIPA UNESA)
Kabar baik bagi rakyat Indonesia yang sekarang sedang menempuh studi terutama di dalam negeri. Perpustakaan nasional RI telah melanggan beberapa database jurnal internasional terkemuka untuk berbagai bidang ilmu, seperti SAGE, Taylor and Francis, Proquest, Gale – Cengage Learning, @My Library, Ulrichs – Periodicals Directory, EBSCO Host, IGI Global, Westlaw, ISEAS dan ALA Publishing. Anda hanya perlu mendaftar jadi anggota perpus secara online dan bisa mengakses (mengunduh) jurnal2 tersebut DI MANAPUN ANDA BERADA. Caranya mudah: daftar dulu online di: keanggotaan.pnri.go.id, nanti dpt username & password, kemudian masuk ke: e-resources.pnri.go.id utk mendaftarkan username dan pasword. Pihak perpusnas akan mengirimkan email aktivasi akun anda, dan VOILA! Mohon bantu menyebarkan ke teman dan kolega yang sedang studi atau jadi peneliti/dosen. Mudah2an bisa dimanfaatkan secara maksimal, karena langganan jurnal ini dibiayai uang rakyat. Mohon di-share seluas-luasnya. Terima kasih! Semoga bermanfaat. Salam. Mega Institut Teknologi Bandung
March 9, 2013
admin
Berita
No comments
Pada SNM PTN tahun 2013 ini jumlah Pendaftar SNM PTN Unesa melampaui UNAIR dan ITS. Tingkat keketatan persainagn di UNESA 1:17. Artinya satu calon mahasiswa diperebutkan oleh sekitar 17 siswa. Tingkat keketatan persaingan di UNAIR 1:15. Tingkat keketatan di ITS 1:14 dan di IAIN 1:2. Berita Jawa Pos 10 Maret 2013 lebih lengkap bisa diakses di link JUMLAH PENDAFTAR PTN SURABAYA
« Older Entries
copyright Fisika (c) 2012
zeeStyle Wordpress Theme